Bab 22| Klarifikasi Part 2

237 21 1
                                    

Sakitnya sih tidak seberapa, tapi malunya itu loh.

By: Manda yang di rundung pilu.

Happy Reading All:)

_________________________________________


Manda mengacak-ngacak rambutnya frustasi. Tenggelam di sungai Amazon dan berakhir dansa dengan para piranha yang menggemaskan mungkin rasanya akan jauh lebih baik jika di bandingkan harus menahan malu seperti ini. Segala daya upaya sudah di lakukannya guna move on dari kejadian memalukan itu. Mulai dari mukbang bakso mercon, berendam di air dingin, karaoukean tidak jelas, hingga tegak lilin pun juga sudah ia lakukan demi lupa dari kejadian siang lalu. Namun ternyata nihil, tak ada satu pun dari berbagai cara itu yang memberikan hasil efektif, makin gila yang ada!

Mama, masukin lagi Manda ke dalam rahim maaaa, Manda maluuu!

"Lo, bisa diem gak ya Mand? Gue lempar pake ini gosokan baru tau rasa, Lo!" ketus Sabrina kelewat jengah, untung sabar, jika tidak, habis wajah temannya itu terkena cap hampir berbentuk segitiga dari alat tersebut.

Berhubung single bad milik Manda tidak terlalu tinggi, alhasil gadis itu memiringkan tubuhnya, dan tanpa tandeng aling-aling langsung menggelindingkan tubuh rampingnya itu ke bawah, hingga berakhir jatuh di atas lantai.

Sabrina menyenderkan gosokan panas milik Manda pada dinding, lantas menggelengkan kepalanya takjub dengan jemari yang mengelus dada.

"Astagfirullah Mandaaaa! Lo bikin gue jantungan aja ah! Nanggung amat gelindingnya, noh dari kamar Lo ke lantai bawah kayaknya marem juga."

Manda merangkang, bergerak mendekati Sabrina yang tengah duduk anteng di hadapan beberapa lembar baju yang siap di lindas dengan alat panas. Biasanya Manda perhitungan sekali jika sudah bersangkutan dengan masalah listrik, namun biarlah untuk malam ini. Selain gosokan Sabrina yang 'katanya' rusak, toh malam ini juga Manda tengah di rundung pilu, dan tentunya membutuhkan asupan wejangan yang diharapkan mampu membuat batinnya tenang sedikit.

"Gimana Sab? Gue malu. Gue gak mau masuk kampus besok Sab, sumpah gue malu banget. Tau gini kagak-kagak gue mau jadi asistennya pak Arkan sableng," Manda mengguncang bahu Sabrina cukup histeris, lelah dengan kenyataan hidup. Lelah juga mengapa dari sekian banyak orang, ia harus berhadapan dengan dosen semprul macam Arkan.

Sabrina memutarkan bola matanya jengah, lantas kembali menghembuskan nafasnya kasar, "Kenapa harus malu coba? Di cipok pak Arkan aja pake malu segala!" Ketus Sabrina mendelik gemas, "Kalau gue nih ya, sujud syukur Mand bisa ambil kesempatan sama dosen tampan macam pak Arkan. Udahlah anggap aja rezeki buat Lo," gadis itu mengibaskan lengannya, lantas kembali melanjutkan aktivitasnya tadi.

Rezeki? Gundulmu! Jika saja Mars sudah layak di tempati, Manda akan dengan suka relanya berpindah KTP dan beralih menjadi warga negara planet Mars, tidak masalah jika dia orang pertama yang mencetak sejarah sebagai penghuni pertama di Mars. Dengan begitu, siapa tau Manda mendapatkan banyak lahan, lanjut di jual. Satu hectare tanah saja di bumi sudah berapa puluh juta, jika di jual lalu di masukkan ke dalam mata uang Mars, kebayangkan jenis Sultan mana yang tersemat untuk dirinya?

Manda tau ini hanya sekedar halusinasi belaka, tapi Setidaknya dengan cara seperti itu Manda bisa bahagia dengan caranya sendiri, bahkan lebih baik juga bagi kesehatan jiwa serta raganya dengan tidak bertemu Arkan sekalian.

"Bukan dia yang nyipok gue duluan Sabrina! Tapi gue!" Teriak Manda menggeram nyaris frustasi.

"Tapi dia gak nolak, marah aja enggak. Malah makin---"

BlutenblattTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang