Bab 19| Good Morning Mr. Lucifer

219 17 0
                                    

Menurut Manda, Arkan itu Lucifer. Tapi bagi Arkan, Manda itu mahasiswi bar-bar yang suka sekali membuat otaknya mendidih.

Happy reading all:)

____________________________________________

Manda mengucek matanya, awalnya ingin menguliat lengkap dengan suara menyeramkan yang biasa ia keluarkan jika di pagi hari. Namun, untung saja ingatannya masih bagus hingga membuat Manda mengurungkan niatnya itu. Bisa lari terbirit-birit Arkan jika mendengar teriakan menyeramkan dari dalam kamarnya.

Manda menggaruk-garuk rambutnya yang sudah semaput, melirik kanan dan kiri untuk memastikan jika benar ia masih berada di dalam kamar milik dosennya tersebut. Menyingkapkan selimut tebal Arkan jika saja hal-hal yang tidak di inginkan terjadi. Terlalu banyak drama, mana mungkin manusia macam Arkan yang kalemnya jangan di tanya sampai berbuat asusila terhadap anak didiknya sendiri.

Manda meraih ponsel yang masih tertancap pada charger, menilik jam yang menunjukkan pukul enam tiga puluh. Sadar jika Manda tengah berada di rumah orang, Manda pun segera bangkit dari kasur king size milik laki-laki itu. Kebiasaannya yang terkadang malas membereskan kasur, ia tendang jauh-jauh khusus hari ini, mau di taruh di mana mukanya jika sang dosen mengecapnya sebagai gadis perawan yang pemalas.

Hampir sepuluh menit menghabiskan waktu di dalam kamar mandi, Manda pun segera bergegas ke luar kamar dengan jemari yang sibuk mengikat rambut basahnya tinggi-tinggi. 

Manda mengerutkan dahinya heran ketika menangkap sosok Arkan yang berdiri memunggunginya di dalam dapur, pergerakannya nampak lincah memotong aneka rempah di sana.

"Pak Arkan, gak berangkat ke kampus?" Manda menarik bangku pantry yang berkelang tiga langkah dari meja dapur.

Tanpa menoleh, Arkan sedikit menggelengkan kepalanya, lantas segera menjawab, "Saya kesiangan bangun," jawabnya santai.

See? Setelah bertindak semena-mena dengan menyuruh anak didiknya stay jam setengah enam memulai mata kuliah, dengan tanpa perasaan jam segini Arkan masih asik di dapur mengenakan pakaian yang sama dengan yang dini hari ia kenakan.

"Pak, kan bapak kemarin bilang setengah enam bapak udah mulai kelas. Kasian teman-teman saya dong yang udah bela-belain datang pagi-pagi buta begini," Manda melayangkan protesannya, melancarkan aspirasi mewakilkan teman-temannya yang lain.

Arkan membalikkan tubuhnya, memasukkan kulit bawang dan tangkai cabai ke dalam kotak sampah yang tak jauh darinya, "Saya gantikan kelas di hari sabtu. Jadi tidak ada alasan untuk kamu bolos pada mata kuliah saya," balas Arkan kalem yang sontak membuat Manda memelototkan matanya tak percaya.

Sudah di katakan, jalan fikiran Arkan yang jauh dari kata bernalar itu tak mampu di tembus oleh akal sehat manusia, jadi jangan kebanyakan gaya sok-soakan ingin menandingi jalan fikiran ruwet yang Arkan miliki, mampus duluan yang ada!

Manda mengatupkan bibirnya rapat-rapat, mengelus dada mencoba menahan diri agar tak nekat mementung Arkan dari belakang.

Jemarinya tergerak untuk menjauhkan kotak sendok yang ada di atas meja pantry, takut jika kebablasan kotak tersebut malah melayang ke arah Arkan tanpa sadar, "Saya emang gak bolos di mata kuliah bapak, tapi saya bolos di mata kuliah lain pak hari ini."

BlutenblattTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang