Warning 21++++
Jika Anda mencoba memplagiat cerita ini berarti anda sangat mengagumi saya
Jika ada nama dan tokoh yang sama dalam cerita ini.. itu berarti pemikiran kita yang sama tapi kalau alurnya sama persis itu yang tidak mungkin!! 😤😠
Sekuel...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Zeta dan Mora sedang duduk di Gazebo taman samping. Sang anak yang kelelahan bermain telah tertidur.
Untuk menemani dirinya yang kesepian dia mengajak Mora untuk berbincang hingga matanya lelah dan mengantuk.
Dari kejauhan terlihat Adrian membawa 1 botol sampyne menuju ke arah mereka.
"Hi, how was your day," sapa Zeta saat kaki Adrian melangkah masuk dalam Gazebo lalu meletakkan botol tinggi yang dipegangnya itu.
"Fantastic ...."
"Wow, sebenarnya aku ingin sekali ikut andil tapi berhubung aku lah sasarannya maka, ya ... i must more be protect my self."
Adrian mengangguk lalu meletakan botol berisi minuman itu ke atas meja yang sudah tersedia seloki tertelungkup sekitar setengah lusin.
"Hey, kau mau apa? Aku tidak mengajakmu untuk minum," cegah cepat Adrian dan menarik botol minuman itu secara paksa dari tangan Zeta yang siap untuk membukanya.
"Sedikit saja Adrian."
"Tidak! Kau akan mengajari anakmu mabuk sejak dini!" Bantah Adrian cepat dan Zeta pasrah merengut.
"Bagaimana dia, apakah benar aman dan tidak bisa melarikan diri lagi. "
"Tidak akan, tangan dan kakinya di rantai besi, hanya seorang mutan yang bisa mempunyai kekuatan untuk melepaskan diri dari bahan baja."
"Kau pikir ini cerita action fantasy, " Zeta terkekeh pelan diikuti oleh gerak tangannya yang berusaha menggapai botol tapi ditepiskan cepat oleh Adrian.
"Ngomong pakai mulut dan tangan jangan ikut serta aktif, " cerca Adrian sembari memeluk botol minumannya yang selalu diintai oleh Zeta.
"Lalu apa hukumannya hukuman mati? Kalau dia mati aku akan lebih tenang."
"Mana bisa seperti itu, mungkin dia akan kena pasal berlapis. Belasan tahun penjara atau seumur hidup dan kau bisa menuntut cerai karena dia tidak bisa menafkahimu," giliran Adrian yang terkekeh karena Zeta tanpa suami masih bisa hidup mewah.
"Ya, aku bahkan sudah merancang tarian apa yang akan aku lakukan saat tubuhnya masuk ke dalam peti nanti," ucap Zeta melenceng dan Adrian hanya geleng-geleng kepala mendengarnya.
"Hmm, baiklah kalau begitu aku pergi saja. Dari pada hanya menonton kau minum," rajuk Zeta mengangkat bokongnya diikuti oleh Mora.
"Hei, kau tetap disini."
Zeta melirik, mata Adrian mengarah pada Mora yang terlihat bingung.
"Ya sudah, kau temani saja dia minum Mora, aku akan ke kamar," ucap Zeta dan segera berlalu meninggalkan Mora yang terpaksa harus duduk kembali.
"Minumlah--" Adrian memberikan segelas air kehadapannya.
"Maaf Tuan, saya tidak minum," tolak Mora secara halus.