8. Beku Sekaligus Luruh

288 102 4
                                    

Happy Reading!

Suri mulai mengumpulkan beberapa tempat hunting foto yang nantinya akan ia sambangi setelah ujian nasional. Biar pun ujian kelulusan sudah berlangsung namun ia tetap harus mengisi nilai kejuruan dan Pak Dama ingin semua murid mengambil satu tema untuk diabadikan menggunakan kamera digital. Dia sendiri sedikit terkejut dengan tema tahun ini karena pada tahun sebelum-sebelumnya, Pak Dama sudah menetapkan satu tema sendiri dan nantinya murid akan melaksanakan vidio dokumenter sesuai tema tersebut. Mungkin tahun ini Pak Dama bukan ingin mengasah kemampuan pengoperasian Adobe Premiere atau Vegas Pro.

Dia sendiri tidak masalah. Fotografi atau pun vidiografi sama saja baginya, sebab dia memang menggemari dua kegiatan tersebut.

Tangan Suri bergerak menggeser mouse laptop kemudian ketika sudah selesai, dia kembali mengoreksi catatan yang berisi nama-nama tempat hunting. Suri memilih kawasan yang dekat dengan rumah dan bisa ia jangkau menggunakan sepeda motor atau bahkan jalan kaki saja. Terlalu malas keluar jauh-jauh.

"Segini aja, deh. Besok coba datang sekali dulu." Suri bergumam seraya menutup buku catatan dan dilanjut laptopnya.

Dia menyimpan dua benda itu di tas lalu keluar ruangan bisnis senter. Suri mengunci kembali ruangan ternyaman bagi anak multimedia itu. Pak Dama memercayai Suri untuk menyimpan kunci ruangan bisnis senter dan ruangan jaringan karena laki-laki itu memang paling sering datang untuk membantu Pak Dama dan nebeng wifi.

Setelah terdengar dua kali memutar kunci, Suri menaruh benda kecil tersebut di ritsleting paling depan tasnya seraya berjalan meninggalkan lorong lantai dua. Dia berjalan tanpa memerhatikan langkah dengan sedikit menunduk hingga tak sadar sudah ada yang menunggu dirinya di ujung tangga.

"Hai."

Reflek, Suri berhenti dan mundur beberapa senti. Wajahnya sedikit terkejut melihat gadis berkuncir kuda sedang bersedekap seraya menatap dirinya dengan tak senang. Tidak ada intonasi suara ceria atau sikap sok kenal sok dekat dari sang gadis, tak ada sapaan khas yang keluar dari bibir perempuan itu. Hanya tatapan datar yang menyapa Suri.

"Ngapain di situ?" tanya Suri.

"Aku nggak akan pinjam laporan Koh Suri lagi," ujar Karen.

"Baguslah," balas Suri, benar-benar lega.

"Tapi mulai sekarang, tolong ajarin aku gimana cara menulis laporan yang benar. Aku udah nggak punya waktu buat rayu Kokoh, aku benar-benar butuh kamu," terang Karen, menekankan kata tolong dan butuh. Dipikirnya, mungkin Suri muak dengan sikap agresif yang ia lakukan, jadi kini ia ingin bersikap seperti Karen, dirinya sendiri.

Suri mengerjap beberapa kali sambil menatap Karen dengan intens. Dia seperti bukan bertemu dengan Karen si pembuat kimbab. Cepat-cepat ia melenyapkan apa yang sedang pikirkan, alih-alih tentang laporan dia malah memikirkan perubahan sikap Karen.

"Bukannya lo udah dapat dari Willy?"

Kemarin Suri tak sengaja melihat interaksi antara Karen dan Willy yang begitu akrab setelah keluar dari ruang guru. Dia pikir, Karen memang sudah tidak membutuhkannya lagi dan berarti itu bagus. Dia juga tidak perlu mencari alasan untuk menolak.

"Iya, tapi ketahuan Pak Tana. Dia bersikeras pengin aku belajar dari Kokoh. Dia nggak izinkan aku pinjam punya Koh Willy," tutur Karen.

Semesta Angkasa | Teenlit ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang