2. Suri Si Penguji Kesabaran

728 144 36
                                    

Happy Reading!

Karen membuka pintu ruangan tata usaha setelah mengetuknya lebih dulu, di sana hanya ada Pak Tana dan Pak Odi di meja masing-masing. Setelah mengucap salam pada Pak Odi, Karen langsung duduk di kursi sebelah meja Pak Tana dengan raut wajah masam. Dia tidak ingin basa-basi lagi.

"Koh Suri nggak mau kasih pinjam laporannya ke saya, Pak," kata Karen.

"Masa?"

"Iya. Kemarin saya malah dituduh mau jiplak laporan dia padahal saya udah bilang kalau disuruh Bapak," adu Karen, berharap Pak Tana mau sedikit membantunya.

"Kamu ngomongnya nyolot kali," kata Pak Tana.

"Nggak. Saya ngomong baik-baik," ujar Karen. Dia sudah berusaha bersikap sopan saat menemui Suri kemarin dan respons laki-laki itu sungguh diluar dugaan.

"Coba lagi aja nanti. Saya mau pergi habis ini," kata Pak Tana.

Tuh, kan! Baru saja Karen mengadu, dia sudah lepas tangan. Karen berdecak pelan. Apalagi yang bisa ia lakukan kalau bukan berusaha sendiri? Pak Tana tidak akan mau membantu. Tangannya terlalu berat untuk meringankan beban muridnya sendiri.

"Yaudah, saya masuk kelas lagi. Makasih sarannya, Pak."

Saran yang tidak berguna. Karen melangkah keluar ruang tata usaha dengan wajah lebih kusut. Shafira hanya bisa melongo saat Karen menceritakan pertemuannya dengan Suri kemarin sore di kelas 12-MM2. Mau tidak mau, Karen tetap harus berurusan dengan Suri. Dia akan melakukan segala cara sesuai kemampuannya untuk bisa meraih tujuannya.

Karen mencoba menyingkirkan beban lain soal Pak Tana dan rasa irinya pada teman-teman, kini ia harus fokus pada Suri.

"Berarti waktu gue kurang lebih tiga minggu. Oke! Semangat Karen!"

Saat Karen tiba di persimpangan tangga, dia melihat Suri sedang naik tangga menuju toilet dan secara tidak sadar otaknya menyusun rencana untuk kembali membujuk Suri demi sebuah buku laopran terbaik—yang entah seperti apa bentuknya itu.

Karen bersandar didinding pemisah antara toilet perempuan dan laki-laki. Dia menunggu Suri keluar sambil sesekali mengecek arloji. Pergantian jam pelajaran masih lama dan tugas agamanya sudah selesai, jadi dia aman.

"Ngapain, sih, nih orang lama banget di toilet?"

Karen sesekali curi-curi pandang pada pintu toilet laki-laki. Merasa terlalu lama, akhirnya Karen melangkah dan berdiri di depan pintu toilet lalu mendekatkan kepalanya di kaca buram. Mulutnya komat kamit bergerutu tentang apa yang Suri lakukan di toilet hingga memakan waktu hampir 15 menit.

Saking fokusnya mengintip, Karen tidak sadar kalau kenop pintu sudah bergerak turun lalu dalam hitungan detik, seorang laki-laki muncul dari sana dengan wajah yang basah dan terkejut.

"Lo ngapain di sini?!"

"HUAA!"

Karen berjingat dan melangkah mundur dengan cepat akibat terkejut. Badannya menubruk pegangan besi pada tangga. Dia tidak tahu lagi bagaimana menutupi rasa malu di depan Suri. Jelas-jelas dia baru saja tertangkap basah mengintip toilet laki-laki walaupun tidak ada satu pun yang bisa ia lihat dari kaca buram tadi.

"Koh Suri udah pipisnya?" tanya Karen, kikuk.

Suri mematung dan menatap Karen tak habis pikir. Dia menggeleng pelan lalu melewati Karen dan turun tangga. Gadis itu segera menyusul dan memanggil namanya.

"Koh Suri tunggu!" Karen meraih pergelangan tangan Suri hingga mereka berhenti di balkon seberang tangga.

Angin berembus dari ruang terbuka itu samping kanan mereka. Karen dapat melihat tetesan air yang jatuh dari ujung hidung Suri. Bulu matanya terlihat lentik karena basah. Bibirnya tipis dan warna bola mata Suri hitam pekat, sorot matanya dingin sama seperti tangan yang kini dipegang Karen.

Semesta Angkasa | Teenlit ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang