Happy Reading!
"Hunting foto?"
Pertanyaan itu meluncur dari bibir Karen tadi ada anak kelas 12 yang menghampiri Suri untuk mengambil kunci bisnis senter dengan tujuan meminjam kamera dan kartu memori milik sekolah. Salah satu kelebihan yang diberi SMK Semesta Angkasa, para murid bebas menggunakan fasilitas sekolah tanpa batas.
Suri mengangguk sambil mengecek ulang hasil cetakkan laporan Karen setelah ia pastikan tidak ada typo atau bahasa yang ambigu. Karena kesalahan pada laporan Karen tidak rumit maka memperbaikinya tidak butuh waktu lama. Kini mereka sedang duduk di dekat tukang fotocopy sekolah, yang masih dalam lingkungan kantin seraya menunggu giliran masuk.
"Dimana? Lo bukannya mau try out?" tanya Karen heran. Entah sejak kapan panggil aku-kamu berubah menjadi lo-gue, yang jelas Karen lebih nyaman dengan panggilan yang sekarang. Terasa jauh lebih seperti teman betulan.
"Justru sebelum try out gue mau selesaikan dulu. Lokasinya kalau nggak di taman, paling alun-alun kota," ujar Suri.
"Mainstream banget, Koh. Lagian pasti ramai tahu di sana. Lo juga cuma punya waktu weekend, bakalan ada CFD dan lain-lain. Yang ada bukannya motret, lo malah jajan," seru Karen.
"Itu mah lo!" sahut Suri, seraya meletakkan laporan tersebut di meja.
"Gue ada rekomendasi tempat yang bagus. Ini juga mainstream tapi sepi, lo bisa leluasa motret sampai malam pun masih kelihatan bagus," kata Karen, dengan nada persuasif.
"Dimana?" Suri melipat salah satunya kakinya di kursi dan menopang kepala dengan tangan di meja.
"Dekat tempat PKL gue dulu. Ada bangunan ruko bernuansa Eropa gitu, suasananya ala-ala vintage tahun 70-an dan di daerah belakang ada lapangan luas buat main anak-anak karena ada apartemen di sana. Cuma masih satu lingkungan sama ruko itu," terang Karen, berusaha mengingat detail lokasi PKL-nya.
"Berarti gue motretin toko orang dong," sahut Suri, bingung.
"Nggak. Rukonya mati, cuma ada beberapa tempat yang diisi termasuk kantor gue dulu. Kalau weekend sepi, nggak ada yang kerja. Asli deh! Cakep-cakep banget bangunannya, lokasinya juga rindang karena banyak pohon. Terus rukonya warna-warni tapi nggak norak," tutur Karen.
"Yaudah, share location ke gue. Nanti coba gue lihat-lihat dulu sekali. Kalau emang sebagus itu, gue pindah ke sana," putus Suri. Dia menutup mulutnya saat menguap. Dari jam pelajaran ke sembilan, dia sudah tak tahan menahan kantuk hingga berakhir tidur di kelas. Untung saat itu sedang jam pelajaran favorit semua siswa, yaitu jam kosong!
"Gue ikut dong," pinta Karen.
Suri melirik gadis itu. "Repot."
Karen berdecak. "Emangnya gue bayi apa?"
"Apa bedanya? Jalan aja masih suka nyunsep," ujar Suri.
"IH! Suka darimana? Kemarin nggak sengaja kali," sungut Karen, tak terima. Dia menarik ujung roknya untuk memperlihatkan lutut. "Tuh lihat! Bekasnya aja belum hilang."
"Yaudah, nggak usah ikut ntar nyungsep lagi bikin gue repot. Yang ada gue malah ngurusin lo doang," ucap Suri, seolah-olah memang benar Karen adalah balita.
Gadis itu mendengus. "Katanya teman."
"Tapi lo bukan pocia gue yang harus ikut kemana-mana," ujar Suri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Angkasa | Teenlit ✔
Novela Juvenil"Setiap gue suka sama orang, gue nggak pernah sadar atau lebih tepatnya memilih untuk nggak menyadari kalau gue punya perasaan suka ke orang tersebut. Karena gue tahu, nggak ada ujung yang baik dari perasaan yang gue punya. Gue sering kali jatuh cin...