20. Semesta Fest

779 99 34
                                    

Happy Reading!!


Ledakan pengunjung terjadi diatas jam 12 siang. Banyak pelajar dari luar Semesta Angkasa yang berdatangan dengan gelang kertas khusus di tangan mereka. Semakin banyak yang datang, semakin senang sponsor yang bertengger di sisi lapangan. Tak terkecuali stand kecil milik Karen. Ramen instan miliknya ternyata diminati banyak orang hingga ia dan Shafira kewalahan, berkali-kali ia memaksa Aji untuk ikut bergabung dengan tujuan khusus.

"Ren, ramen tanpa telur dua mangkuk!" seru Aji, seraya buru-buru menghitung uang kembalian.

"Oke!"

"Kak, ramen pedas satu sama corn dog dua."

"Kak, mau ramen sama sate baso!"

"Kak, ini 10 tusuk berapa harganya?"

"Guys! Tolong antre, ya." Entah sudah berapa kali Aji mengatakan hal yang sama. Dia melayani satu per satu sementara Shafira mempersiapkan alat makan bersama Karen yang sedang masak.

"Stok ramen aman, Ren? Banyak banget yang minat soalnya," tanya Shafira, ketika melihat catatan pesanan.

"Masih ada 50. Cukup, nggak?" Wajah Karen berubah panik.

"Semoga aja. Sate masih banyak, sih."

"Nona Shafira, lo jangan cuma mondar-mandir doang dong. Bantuin goreng sate kek," celetuk Aji.

"Sabar dong!" Shafira mengambil wadah sate untuk ia goreng.

"Kita mau close order dulu, nggak? Sate masih harus goreng 30 tusuk, ramen masih harus masak 17. Takut nggak kepegang," kata Aji, pada Karen.

"Boleh, deh. Ambil lima orang lagi aja tapi nanti bilangin agak lama nunggunya," ujar Karen.

"Oke, sip!"

Aji mengambil kertas dan menuliskan kata CLOSE ORDER dengan huruf kapital lalu menaruh di meja stand milik Karen dan Shafira. Dia yang hanya memegang peran sebagai kasir saja sudah cukup kewalahan, apalagi banyak pengunjung dari luar yang sedikit sulit mengikuti aturan untuk mengantre.

"Lo jangan goreng, deh. Ngeri gosong gue. Udah lo siapin wadahnya aja, biar gue yang goreng," kata Aji, mengambil mangkuk besar berisi sate yang siap digoreng dari tangan Shafira.

"Idih! Goreng doang gue bisa kali," ujar gadis itu.

"Jaga-jaga, Shaf. Kasian Karen ntar rugi," seloroh Aji, lalu berbalik untuk menggoreng.

Shafira tidak membalas. Dia kembali sibuk menyiapkan wadah untuk makanan yang akan siap dalam beberapa menit. Tanpa ia dan Karen duga, ternyata jajanan yang mereka jual bisa laris sebanyak ini. Dia lelah tetapi senang juga, Shafira bahkan kepikiran untuk menjadikan kegiatan ini sebagai salah satu pengajuan nilai tambahan dibidang Kewirausahaan bersama Karen.

"Good afternoon, everybody! Setelah hampir setahun menunggu, kita kembali lagi pada acara tahunan paling besar se-kota Tangerang! Mana suaranya yang nggak sabar menunggu guest star kita muncul?" Sambutan dari pembawa acara Semesta Fest yang berasal dari unit SMA, mengundang riuh suara penonton dengan semangat.

Teriakan, tepuk tangan, musik pengiring bercampur jadi satu. Tidak ada yang tidak antusias dalam acara kali ini. Lahan di depan panggung utama sudah dipenuhi pengunjung sejak setengah jam lalu.

Shafira memerhatikan si pembawa acara tampak tak kalah antusias bahkan kacamata gaya berwarna kuning terpasang sempurna di wajahnya. Sepertinya tahu ini memang akan lebih seru. Ketika pandangannya ingin kembali pada etalase warung, dia menangkap sesosok pemuda dengan perawakan tak asing baginya tengah berjalan santai. Shafira menyipitkan mata untuk melihat lebih jelas, hanya ada satu orang yang terlintas dibenaknya saat pemuda tersebut kian dekat.

Semesta Angkasa | Teenlit ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang