17. Tujuan & Hidup

296 82 0
                                    

Happy Reading!

Suri lantas menoleh. Ia mendapati Willy sedang bersandar pada balkon dan menatap dirinya yang berdiri di ambang pintu kelas. Suri mengurungkan niat untuk masuk dan bergabung di samping Willy. Ia menghela napas sekali lagi lalu bersandar di sana. Dia butuh angin untuk menyegarkan pikirannya.

"Sori, sori, gue sama lo memang nggak cukup dekat buat becanda kayak tadi," ujar Willy, saat melihat Suri yang hanya diam.

"Nggak masalah."

"Oh iya, gue udah lihat hasil foto lo sama Pak Dama kemarin. Keren abis. Lokasinya dimana?" tanya Willy, kemudian ia memberikan sebungkus permen karet pada Suri.

"Thank's." Ketika Suri hendak membuka permen karet dari Willy, dia jadi teringat permen pemberian Karen dulu. Saat gadis itu berusaha menyuap-nya dengan sebongkah permen demi laporan.

"Sur," tegur Willy, yang kebingungan melihat Suri mendadak diam sambil memandangi bungkus permen karet.

"Hah? Oh, lokasi foto. Itu ... di dekat tempat PKL Karen," kata Suri. Entah mengapa kini ia kepikiran dengan ajakan Karen tadi, sedikit menyesal karena harus menolak. Suri tidak tahu sejak kapan waktu bersama Karen terasa begitu berharga untuk dilewatkan. Dia ingin bersama selalu gadis itu.

"Gue nggak nyangka lo sedekat itu sama Karen," ucap Willy.

Suri menoleh, mengangkat salah satu alisnya.

"Bukan. Bukan aneh karena dekat sama Karen tapi lebih ke lo. Gue nggak nyangka lo bisa dekat sama seseorang, Sur. Sejak lo ngalahin gue diperingkat umum, gue pengin dekat sama lo sebagai teman tapi pas lihat lo, gue minder duluan. Gue merasa lo jauh banget untuk gue gapai walau cuma sebatas teman belajar," tutur Willy. Dia tidak pernah melihat Suri sebagai musuh sejak melihat laki-laki itu secara langsung, justru Willy mengagumi berbagai prestasi yang pernah Suri dapatkan. Dia ingin tahu bagaimana cara Suri berpikir dan belajar.

"Gue memang nggak punya teman dari awal masuk sekolah. Bukan karena nggak ada yang mau tapi karena gue nggak suka punya teman. So weird, I know." Suri memandang lurus jendela kelasnya.

"Gue jadi pengin tanya Karen, gimana caranya jadi teman lo. Kita banyak berinteraksi di sekolah tapi gue yakin lo merasa kita teman," ujar Willy.

"Bukan Karen yang minta jadi teman gue," sahut Suri.

Willy mengubah posisinya menjadi menghadap Suri. "Jangan-jangan kalian nggak benar-benar teman, ya?"

"Maksud lo?" Suri menoleh.

Laki-laki itu tersenyum penuh arti. Dia maju selangkah lebih dekat pada Suri lalu berbicara dengan setengah berbisik. "Kalian lagi PDKT sebenarnya, iya, kan? Ngaku!"

"Gila." Tidak ada yang berubah dari ekspresi Suri. Wajahnya tetap datar seperti biasa namun tidak dengan jantungnya yang malah mendadak berdetak lebih cepat. Rasanya seperti tertangkap basah melakukan sesuatu.

Willy berdecak. "Biasanya kalau lagi suka sama seseorang, semakin disangkal semakin besar rasa sukanya."

"Sok tahu."

"Benar, Sur. Gue udah pernah ngerasain walau ujung-ujungnya tetap ditikung orang, sih, karena gue nggak gerak cepat. Nah, mumpung Karen jomblo, lo harus bertindak cepat sebelum dia diambil orang," ucap Willy, antusias.

"Dia bukan barang. Nggak bakal diambil siapa pun," balas Suri.

"Iya, deh, terserah lo aja. Saran gue, kalau lo udah benar-benar paham dan yakin sama perasaan lo, udah nggak gambling lebih baik lo ungkapkan secepatnya. Lo selalu ada disisi dia, nggak jamin bikin dia tahu perasaan lo," kata Willy, dengan pandangan tersirat sendu.

Semesta Angkasa | Teenlit ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang