24. Tujuan

325 270 109
                                    

"Aku yang mulanya tak pernah perduli. Sampai dititik dimana kamu mengusik ketenanganku."
~ Reza

Senja mulai menampakkan keindahannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senja mulai menampakkan keindahannya. Kali ini dengan situasi yang berbeda. Merahnya merona menandakan bahwa ia ada untuk memperkuat segala hal. Angin meliuk-liuk menerbangkan daun yang tak punya arah. Apakah hidupnya kali ini seperti daun yang tak punya arah? Seperti malam yang kehilangan senja?

"Arrgh ada apa dengan semua orang," kesal Reza mengacak-ngacak rambutnya.

"Kenapa semua orang bertingkah seolah-olah ini salah gue," decak Reza frustasi

'Dan sejak kapan lo perduli Reza?'

"Ya benar, sejak kapan gue peduli sama cewek itu."

"Cewek yang sudah jelas-jelas bunuh saudara kembar gue sendiri!"

"Tapi kenapa gue juga gak rela liat Fasya deket sama Gavin," desis Reza.

Batinnya kali ini sedang beradu.

"Ya Tuhan kenapa ini."

***

Fasya baru pulang dari sekolahnya. Ia merebahkan badannya. Rasa lelah menghampirinya. Lelah kenapa semua harus terjadi secara tiba-tiba.
Fasya kembali duduk. Meletakkan tasnya di kursi meja belajarnya. Ada secarik surat yang menarik perhatiannya. Surat yang tadi pagi sempat ia berikan ke Papanya.

Fasya membukannya perlahan. Jantungnya berdegub lebih kencang. Seperti sedang melihat surat pengumuman saja.

Lengkungan sabit terukir di wajah Fasya. Ada seutas bahagia yang ia dapatkan disini. Kalian semua pasti tau maksudnya.

Fasya bergegas turun ke bawah. Kali ini dengan wajah berbinar. Fasya melihat orang tuanya sedang menonton televisi begitupula adiknya yang sedang senyum-senyum sendiri dengan handphone.

"Pa. Fasya sayang Papa," ucap Fasya langsung berhambur memeluk Zyan.
Lili yang melihat itu hanya bisa melongo. Ada apa dengan kakaknya ini? Tadi pagi dingin sekarang hangat kayak hati doi. Eh

"Sayang Mama gak?" Kirana merentangkan tangannya di hadapan Fasya.

"Sayang dong Ma," jawab Fasya kemudian beegantian memeluk Kirana.

"Kak lo masih waras kan?" tanya Lili aneh.

"Kamu kira aku gak waras?" tanya balik Fasya.

Fasya langsung duduk disamping Zyan meletakkan tangan papanya itu agar merangkul Fasya.

"Iya," jawab Lili.

Don't Go AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang