52. We Are Official

1.7K 292 40
                                    

Silakan pencet bintang (⭐) di bawah sebelah kiri💚

Jadilah pembaca yang bijak.

Thanks!

Pagi ini berbeda, meskipun kuliah tetap hadir, tapi perasaanmu jauh lebih bahagia dari biasanya. Senyum cerah gak luntur dari bibirmu hari ini.

Dan Hyunjin hanya memperhatikan dalam diamnya. Sejak bangun hingga sarapan dia gak mengajakmu bicara. Kamu mungkin tahu penyebabnya, makanya kamu cuma butuh waktu yang pas buat menjelaskan kalau dia nggak perlu sekhawatir itu.

Karena kamu yakin, marahnya dia kemarin dan diamnya dia sekarang, menunjukkan kalau Hyunjin itu masih belum rela akan lelaki baru yang menempati hatimu setelah yang lalu menyakiti.

Kamu tahu dia takut. Takut kalau perasaanmu kembali menjadi imbasnya. Dan kamu bersyukur punya adik yang peduli sepertinya.

Karena itu kamu makin bahagia sekarang.

"Hyunjin nggak di jemput Jisung?" tanyamu di sela sarapan.

Dia menggeleng, "Enggak. Males ngerepotin."

Kamu hanya mengangguk, kembali mengunyah makananmu. Dalam hati membatin, padahal biasanya selalu ngerepotin sahabatnya.

Ibu udah pergi terlebih dahulu setelah membuat sarapan serta makan lebih awal. Beliau harus memeriksa persediaan restoran soalnya.

Kemudian Hyunjin bangkit dari duduknya dan menaruh piring kotor bekasnya di tempat cuci piring.

"Hyunjin berangkat." ucapnya tanpa salam kecup seperti biasa. Kamu hanya bisa bilang hati-hati dan dia keluar tanpa menyahut.

Kamu menghela napas berat selepas kepergiannya. Menutup matamu dengan kedua telapak tanganmu, menyangganya di atas meja.

"Ah.. dia beneran nggak mau nerima ya?" kamu bergumam frustasi.

Gimana caranya kamu buat Hyunjin percaya ya?

Ting tong!

Kamu mengangkat kepalamu, melihat ke arah pintu utama. Nggak mungkin Jisung teman Hyunjin kan?

"Sebentar!" sahutmu dan berjalan mendekat lalu membuka pintu utamamu itu.

"Loh, Om kok di sini?"

"Om lagi saya cium sekarang. Saya pacar kamu bukan Om."

Jawaban lelaki tinggi dengan parasnya yang maskulin membuatmu bungkam. Meneguk ludahmu gugup, lalu berdeham.

"Iya iya.. jadi ngapain Kakak pacar ke sini, hm?" tolong, kamu hanya ingin menyembunyikan pikiran kotormu.

Johnny dengan setelan jasnya tersenyum, "Kita berangkat yuk, kamu kuliah kan? Mumpung udah resmi, mulai sekarang kamu saya antar dan pulangnya saya yang jemput."

Kamu membuka mulutmu hendak berkomentar, tapi Johnny segera membungkamnya dengan kalimat yang selanjutnya terlontar.

"Hanya ada kata 'Iya' sayang. Udah sarapan belum? Kalau belum saya tungguin."

Apakah hati masih aman?

Jantung apa kabar?

Jangan pindah tempat ya, nanti kalau mati Johnny alone loh:) ehe. Cndg.

Kamu segera tersenyum lalu mengangguk, "Udah kok. Aku ambil tas dulu. Atau Kakak mau sarapan?"

Johnny menggeleng, "Saya udah, makasih. Buru ambil gih, nanti telat lagi."

Kamu memutar bola matamu malas, "Iya Om, iya.." sahutmu seiring langkahmu yang kembali ke meja makan untuk mengambil tas.

Johnny hanya mendesah lelah akan panggilanmu yang masih tersemat. Awas aja kalau nanti panggil lagi, alamat dapat hukuman.

"Udah, yuk!" seruan dengan senyum mengembang buat Johnny usak pucuk kepalamu gemas lantas segera mengambil tangan kananmu untuk dia genggam hingga sampai ke mobil.

Ah.. kamu jadi kesal bercampur senang sekarang.

Bisa-bisanya Johnny Seo mempermainkan perasaan begini:(

"Sabuk pengaman cantik. Saya mau kamu aman."

Wow, bahkan kamu gak sadar akan Johnny yang ternyata berjarak begitu dekat denganmu hanya untuk memasang sabuk pengaman karena kamu yang sibuk melamun.

Kamu mengulum bibirmu canggung, lalu tersenyum menanggapi.

"Mak—"

Cup

"Sama-sama."

Boom! Now your heart is exploding.

---

Tbc.

Tuesday, 2 june 2020

Malah aku yang baper:(
Sial, tengah malem teriak²

Anyway, spill chap besok panjang banget:)

And for you all, thank you, always. Buat yang udah votment dan sebagainya. I really thankful!
Jangan lupa buat selalu votment ya?

고맙데이 💚

Love

🌱

Publish: Monday, 15 june 2020

Om John! | JSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang