LIMA

9.3K 370 16
                                    

Sampai aku terus memaki-maki Pak Lek. Aku mencakar-cakar tubuhnya dan memukul-mukul dadanya. Aku emosi. Benar-benar emosi. Tak kusangka Pak Lek yang kuanggap sebagai ayahku sendiri tega melakukannya. Ia telah tega melecehkanku dan merampas harga diriku sebagai seorang lelaki. Aku tak pernah menyangka Pak Lek akan menyetubuhiku. Aku tak mengiranya sama sekali.

"ASU! JARENE PAK LEK SAYANG KARO WENDAR ... TAPI ENDI BUKTINE??? PAK LEK AKU! .... AKU PEGEL KARO PAK LEK!!"

(anjing! katanya pak lek sayang sama wendar ... tapi mana buktinya??? pak lek anjing! .... aku benci sama pak lek!!)

Hingga aku terus meraung-raung sambil mengarahkan kepalan tinjuku ke tubuh Pak Lek, namun sia-sia. Tenagaku tak seberapa baginya, hingga tinjuanku memantul dan malah aku yang roboh. Aku tersungkur sambil terus menangis. Gigiku gemeratak oleh kemarahan.

"Iya, Ndar ... maafin Pak Lek, ya, Ndar.... Pak Lek harusnya bisa menahan nafsu Pak Lek.... Harusnya Pak Lek ndak melakukannya pada kamu.... Maafin Pak Lek, ya, Ndar...."

Dan dia berdiri di hadapanku dengan wajah menunduk. Tubuhnya berguncang, ia sesenggukan.

"Iya, yo ... tolong maafin Pak Lek .... Kamu boleh apain Pak Lek .... Kamu boleh tendang Pak Lek... Kamu juga boleh pukul Pak Lek .... Tapi tolong .... Maafin Pak Lek...."

Nafsunya menghilang. Tiba-tiba tubuhnya roboh. Ia kini bertekuk lutut di hadapanku. Wajahnya merah seakan dipenuhi rasa sesal yang menggunung. Ia mendekatiku dan kemudian memelukku.

"LEPASKAAANN!!!! JANGAN SENTUH WENDAR!!!!!!!"

Segera kulepaskan pelukan Pak Lek dari tubuhku. Aku benar-benar jijik pada Pak Lek. Seakan-akan Pak lek adalah penyebar virus mematikan. Aku tak mau dipeluk atau disentuh oleh Pak Lek lagi. Aku sudah trauma. Kini rasa sayangku padanya telah menguap dan terkikis habis. Menghilang. Hanya ada rasa benci.

Aku lantas bangkit, mengerahkan sisa-sisa tenagaku yang tinggal separuh. Kulangkahkan kakiku pergi meninggalkan Pak Lek. Aku ingin pergi. Tak tahu ke mana. Entahlah. Yang pasti tempat yang jauh dari rumah ini. Aku tak ingin melihat Pak Lek lagi.

"Ndaaaarrr.... Koe arep neng ngendi????" Teriak Pak Lek.

(ndarr... Kamu mau kemana)

Namun tak kuhiraukan sedikitpun.

LANANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang