8.[Sebuah Luka]

107 43 9
                                    

"BANG RIKO!" teriak Erisa dan Risna bersamaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"BANG RIKO!" teriak Erisa dan Risna bersamaan.

Riko memegang kerah baju lelaki itu,tatapannya seolah ingin membunuh siapapun lalu ia menghempas tubuh lelaki tersebut.
"Ngapain lo kesini hah?!"

Lelaki itu memegang sudut bibirnya yang berdarah,Erisa yang melihatnya merasa tidak tega dan berlari pelan menghampiri dia.

Saat Riko ingin melayangkan satu pukulan lagi tiba-tiba Erisa membentangkan kedua tangannya sambil memejamkan matanya didepan Riko.

"Jangan Bang!" Riko menggeram dan menurunkan tangannya lagi lalu pergi ke kamarnya dengan amarah yang bergejolak.

Risna menghampiri mereka dan menyuruh mereka untuk duduk disofa lalu Risna pergi untuk mengambil P3K dan minum,Riko tidak tau apa-apa tapi langsung memukul lelaki itu sehingga rasa khawatir Risna makin membesar takut terjadi sesuatu yang tidak ia inginkan.

Selepas perginya Risna,keduanya tidak ada yang bicara satu sama lain,Erisa masih sesegukan selepas menangis sedangkan lelaki itu tidak tau harus berbuat apa.

"Sa," ucap lelaki itu memecahkan keheningan.

Karna tidak ada sautan dari Erisa,lelaki itu memegang kedua bahu Erisa yang bergetar.

"Maafin gue,Sa,gue dateng kesini cuma pengen ngejelasin semuanya,gue terima apa yang barusan Bang Riko kasih ke gue." masih tidak ada balas dari Erisa terpaksa ia berdiri lalu tersenyum masam.

"Mungkin lo belum bisa maafin gue,lo butuh waktu kan buat maafin gue,Sa?Ya udah gue pulang,tadi gue udah ngejelasin semuanya ke tante." saat lelaki itu ingin pergi Erisa memegang baju belakangnya dan menatap ia sendu.

"Dimas" ucap Erisa lemah.Ya dia Dimas,dia datang ke rumah Erisa karna ingin menjelaskan semuanya biar mereka tidak salah paham atas kepergiannya.

Risna yang ingin menuju mereka lalu berhenti dan menaruh nampan yang berisi P3K dan minum di meja makan setelahnya pergi kekamarnya membiarkan Erisa mendengar semua penjelasan dari Dimas.

Dimas berbalik dan menatap Erisa lalu tersenyum tipis.

"Iya."

Erisa menundukan kepalanya."Jangan pergi."

Dimas tersenyum dan mengusap kepala Erisa. "kenapa?"

Erisa mendongak melihat Dimas. "Gue mau denger penjelasan lo."

Dimas mengangguk dan duduk kembali di samping Erisa.

"Tunggu di sini dulu gue mau ambil P3K." Erisa bangun dan menuju dapur lalu dia berhenti saat melihat nampan yang tadi di bawa oleh Risna kemudian dia ambil dan dibawa ke ruang tengah.

Saat Erisa ingin mengobatinya tiba-tiba dimas memegang pergelangan tangannya.

Erisa berdiam kaku. "Pelan-pelan ya, sakit banget ini." Ujar Dimas pelan.

Love In SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang