PROLOG

3.7K 296 84
                                    


❝Ocean separates lands,
not souls.❞

ㅡMunia Khan.

•••




Kertas persegi panjang berwarna putih bergambar bunga dengan corak peach dan hijau itu masih berada di genggaman Rama sejak beberapa menit yang lalu. Pikirannya melayang jauh, meninggalkan raganya yang kini tengah duduk di tepi ranjang.

Sesekali, matanya kembali menatap tulisan di kertas itu. Tiga hari lagi, haruskah ia datang?

Satu tahun berlalu dengan begitu lamban. Waktu seolah mengurung Rama pada masa lalu. Membuatnya tidak bisa lupa pada wajah cantik yang hingga kini masih selalu datang ke dalam mimpi-mimpinya. Lalu sekarang, ia punya peluang untuk dapat bertemu lagi dengan perempuan itu.

Namun, ia kembali mempertanyakan perihal kesiapan pada dirinya sendiri. Apakah ia siap dengan segala kemungkinan yang bisa saja semakin menghancurkannya? Apa ia siap berhadapan dengan perubahan besar yang mungkin saja terjadi pada perempuan itu nanti?

Rama menghela napas. Ia menaruh kertas undangan itu ke atas nakas di samping ranjang dan beralih mengambil ponsel. Ada beberapa pesan singkat yang sejak tadi ia abaikan. Termasuk dari Clara, salah seorang teman kuliahnya dulu yang sejak beberapa bulan lalu sering berkirim pesan dengannya.

Rama tidak tahu apakah hubungan mereka bisa dibilang dekat atau lebih dari sekadar biasa. Lucas bilang, Clara secara terang-teranganan menunjukkan ketertarikan padanya. Namun Rama selalu menanggapinya dengan santai. Seluruh hatinya terlanjur ikut terbawa pergi satu tahun yang lalu oleh perempuan yang hingga kini masih bertahta di dalam jiwanya.

Rama dan Clara kembali berhubungan baik setelah perempuan itu sering datang ke kedai miliknya. Darisana, mereka bertukar nomor dan hampir setiap hari Clara menghubunginya. Rama hanya sekadar menanggapi karena merasa tidak enak. Alasannya hanya itu.

Rama kembali menatap layar ponselnya, membuka kolom pesannya dengan Clara yang sudah beberapa menit ia abaikan. Rama berpikir sebentar. Setelah itu, bukannya membalas pesan dari Clara, Rama malah menelepon perempuan itu.

Tidak perlu waktu lama untuk orang di seberang sana bersuara. "Kenapa, Ram? Tumben nelpon duluan."

Rama terkekeh. "Ngga papa, lo lagi apa?"

"Ngga lagi ngapa-ngapain, gabut banget gue, makanya dari tadi gue ngechat lo. Kirain tadi lo sibuk soalnya lama ngga bales."

Rama terdiam selama beberapa saat. Seolah sedang berpikir sekaligus bersiap untuk kalimat yang akan ia ucapkan selanjutnya.

"Ra, sabtu besok lo ada acara?"

Clara tidak langsung menjawab. Mungkin sedang mengingat-ingat. "Engga, Ram. Kenapa?" Tanyanya kemudian.

"Temenin gue, mau ngga?"

"Kemana?"

"Nikahan temen gue."

Ada jeda lagi, seolah yang di seberang sedang menimang. Hingga kemudian, sebuah pertanyaan terlontar. "Pake dress code ngga?"

"Dress codenya terserah, asal bukan warna yang terlalu mencolok sama warna putih."

"Oke deh."

"Thanks ya, Ra. Nanti gue kabarin lagi."

"Sip."

"Yaudah, gue tutup dulu."

Perbincangan singkat itu selesai. Rama kembali termenung memikirkan keputusannya yang tiba-tiba untuk mengajak Clara. Jarinya menggulirkan ratusan foto di galeri ponsel, hingga terhenti pada potret seorang perempuan cantik yang tengah tersenyum menghadap ke arah kamera. Maha karya Tuhan yang begitu ia rindukan.

Di satu sisi, Rama khawatir jika keputusannya untuk mengajak Clara adalah sebuah kesalahan. Namun di sisi lain, ia takut tidak akan sanggup menemui perempuan itu sendirian nantinya.

Rama seolah menjadikan Clara sebagai tameng ketika apa yang terjadi nanti semakin memperdalam luka yang ia simpan satu tahun ini. Rama seperti tidak punya hati, namun ia juga tidak punya pilihan lain.

Perihal hati dan perasaan adalah bukan kapasitasnya. Ia tidak bisa menyuruh hatinya akan beralih jatuh pada siapa.

ㅡCROSS THE OCEANㅡ












ㅡCROSS THE OCEANㅡ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Clara Amandita.

•••




karena ini sequel dari ocean of pain, jadi disarankan untuk membaca buku itu lebih dulu.

aku ga setega itu kok ngebiarin kalian merasa digantung karena kurang puas sama ending di buku pertama.

ngomong-ngomong, buku ini ga akan segloomy ocean of pain. trust me hahaha.

tapi tetep hati hati aja sih hehe.

siap merangkai kembali kepingan hati yang sempat hancur di cerita sebelumnya?

fallforten,
2020.



CROSS THE OCEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang