10 | Luapan Rasa

1K 225 113
                                    

You might not have been my first lovebut you were the love that madeall the other lovesirrelevant

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You might not have been my first love
but you were the love that made
all the other loves
irrelevant

- Rupi Kaur -

•••







"Kok lo ngga bilang sih kalo lagi sakit?" Clara duduk di tepi ranjang Rama, menatap laki-laki itu penuh kekhawatiran.

"Cuma demam, Ra."

"Lo suka pudding kan? Gue suapin ya?"

"Ngga usah, Ra. Tadi gue udah makan. Lagian mulut gue masih ngga bisa ngerasain apa-apa."

Clara tampak kecewa, namun Rama tidak menyadarinya. Fokus Rama tidak di sini. Pikirannya hanya terus tertuju pada Shinta yang kini entah kemana. Bahkan sejak tadi, Rama tidak mengalihkan pandangan dari pintu. Ia benar-benar khawatir. Pikiran-pikiran buruk mulai memenuhi otaknya.

"Lo kenapa sih sekarang jadi lama banget kalo bales chat gue?"

Pertanyaan Clara itu berhasil membuat Rama menaruh atensi. "Gue jarang buka hp."

"Sibuk sama Shinta ya?" Clara tertawa hambar. "Gue ada di sini, Ram. Gue selalu ada buat lo sebelum Shinta datang. Gue yang selalu nemenin lo. Kenapa lo bisa semudah itu ngalihin seluruh atensi lo ke Shinta?"

Rama tertegun mendengar ucapan Clara mengenai perasaannya yang tiba-tiba. Lucas benar, hanya ia yang tidak peka sama sekali.

"Shinta udah ada di hati gue sejak lama. Gue nunggu dia satu tahun ini. Sorry kalo gue ngga pernah bilang apa-apa soal Shinta, gue ngga pernah mikir kalo lo punya perasaan ke gue, Ra."

"Gue udah suka sama lo sejak kuliah. Tapi gue ngga pernah punya kesempatan buat deket sama lo. Dan sekarang, setelah gue bisa deket sama lo, ternyata gue cuma salah ngartiin kedekatan kita. Gue terlalu yakin lo juga punya perasaan yang sama."

"Gue minta maaf, Ra, gue ngga bisa bales perasaan lo. Maaf kalo gue terkesan ngasih harapan buat lo. Gue ngga bermaksud buat jadiin lo pelampiasan selama gue nunggu Shinta."

Clara tertunduk dalam. Ia mencoba menahan air mata yang terus mendesak ingin keluar. Rama merasa bersalah. Hal yang paling tidak ingin ia lakukan adalah membuat perempuan menangis. Dan sekarang ia malah melakukannya.

Tangan Rama terulur menepuk pelan pundak Clara. "Ra, ada banyak laki-laki yang jauh lebih baik dari gue di luar sana. Lo cantik, punya banyak kelebihan, banyak yang suka sama lo. Berhenti gantungin harapan lo ke gue, gue ngga mau lo makin kecewa."

CROSS THE OCEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang