Malam ini, Rama sengaja mengundang Lea dan Bimo untuk datang ke kedai miliknya. Ia ingin membicarakan hal penting sekaligus meminta tolong pada pasangan yang baru menikah belum ada 2 minggu itu.
"Sorry nih kalo gue jadi ganggu waktu kalian." Ujar Rama, membuka pembicaraan.
"Ngga ganggu kok, Bang, malam pertama udah lewat. Santai aja."
Lea langsung mencubit perut Bimo dengan sangat kuat hingga laki-laki itu meringis kesakitan. Sementara Rama hanya bisa geleng-geleng kepala sembari terkekeh. Bimo dan mulut yang suka seenaknya memang tidak pernah bisa berubah.
"Ngga usah didengerin, Kak. Anggep aja si Bimo ngga ada. Jadi ada apa, Kak?"
Lagi-lagi Rama hanya bisa tertawa pelan. Sedangkan Bimo cemberut, namun Lea terlihat tidak peduli. Pasangan di hadapannya ini memang sering sekali bertengkar. Dan hal yang sering menjadi alasan pertengkaran mereka benar-benar hanya hal sepele. Bimo bilang, pertengkaran-pertengkaran kecil itu lah yang menjadi salah satu faktor kuat hubungan mereka bisa langgeng.
"Sebenernya gue mau minta bantuan lo, Le. Tapi ngga enak kalo lo doang yang gue ajak ketemu. Takutnya Bimo salah paham."
"Bantuan apa, Kak?"
Rama berdehem. "Besok lo ada acara ngga? Kalo ngga gue mau minta tolong."
"Lea doang, Bang?" Tanya Bimo, terdengar sedikit cemburu.
Rama kembali tertawa. "Aduh, maaf ya, Bim, gue ngga maksud apa-apa kok. Kalo lo mau ikut ngga papa juga sih, tapi nanti kasian Shinta malah jadi obat nyamuk kalian berdua."
Lea menatap Rama dengan wajah clueless. Sama sekali tidak mengerti dengan ucapannya barusan. "Bentar deh, maksudnya gimana, Kak? Kok bawa-bawa kak Shinta?"
Rama sedikit tertunduk dengan senyum samar. Lea dan Bimo memang belum tahu perihal hubungannya dengan Shinta, mereka bahkan belum tahu kalau ia sudah bertemu dengan Shinta. "Setelah dari acara nikahan kalian, gue ngga sengaja ketemu Shinta di panti. Setelah itu kita jadi deket lagi--"
"Lo serius, Kak? Lo ngga lagi bercanda kan?" Potong Lea, dengan suara menggebu-gebu, sampai membuat Bimo menoleh.
"Ya kali gue bercanda, Le. Permintaan tolong gue juga berhubungan sama Shinta. Besok, gue niatnya mau ke rumah Shinta, mau ketemu sama orang tuanya. Kalo bisa sih Shinta jangan tau dulu, makanya gue mau minta tolong Lea buat ajakin Shinta pergi. Kalo Lea bisa."
"Lo mau ngelamar Kak Shinta? Jahat banget kak Shinta ngga ada bilang apa-apa." Sekali lagi, perkataan Rama benar-benar seperti rolercoaster untuk Lea. Mata perempuan itu membulat sempurna karena terlalu terkejut.
"Ngga usah pake teriak, sayang." Tegur Bimo.
Rama tersenyum tipis, tangannya bergerak ke belakang mengusap tengkuk. "Gue baru mau kasih tau mereka soal hubungan gue sama Shinta, sekalian mau minta restu juga sih. Ngejar waktu, gue pengen orang tuanya Shinta tau dulu hubungan gue sama Shinta sebelum mereka balik ke Kanada. Soal lamaran, gue udah nyiapin juga, tapi bukan besok. Setelah gue dapet restu dari orang tuanya Shinta, baru gue ngelamar Shinta secara langsung."
KAMU SEDANG MEMBACA
CROSS THE OCEAN
Fanfiction❝ocean separates lands, not souls.❞ [SEQUEL] read OCEAN OF PAIN first. © fallforten, 2020