07 | Restu

1K 222 44
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Sepulang dari mengantar Shinta, Rama kembali ke kedai. Ia kini tengah membantu para pegawainya untuk bersiap-siap tutup. Rama mengunci pintu setelah semua pegawainya keluar. Ketika akan berjalan ke mobilnya, suara Lucas menginstrupsi.

"Bos."

"Kenapa, Cas?" Tanya Rama, memberhentikan langkah lalu menoleh ke arah Lucas.

"Tadi mba Clara kesini."

"Oh ya? Kapan? Pas gue nganter Shinta pulang?"

Lucas malah tertawa. Benar dugaannya, bosnya benar-benar tidak menyadari kehadiran Clara. "Bener ya kata orang, kalo lagi sama pujaan hati, yang lain udah kaya jadi hantu yang ngga kasat mata."

"Apaan sih." Rama terkekeh pelan.

"Tadi mba Clara kesini pas mba Shinta masih di sini. Dia juga liat kalian kok. Mukanya sedih gitu, abis itu dia batalin pesenannya terus pulang."

Rama jelas terkejut. Ia sama sekali tidak tahu. "Lo serius ngga sih?"

"Faedahnya bohong apaan, bos? Dia tadi juga bilang, chatnya ngga lo bales. Kasian, bos."

"Gue juga ngga tau dia ngechat gue, dari tadi gue ngga ngecek hp." Jawab Rama, dengan wajah yang benar-benar clueles.

"Dia pasti sakit hati. Nih ya bos, bukannya mau sok nasehatin apalagi ngajarin, gue kan udah pernah bilang, kalo lo ngga bisa bales perasaanya mba Clara, harusnya lo tegas sama dia dari dulu. Kalo udah begini gimana?"

Lucas memang terlihat seperti seseorang yang tidak pernah bisa serius, tapi Lucas bisa menjadi penasihat yang baik di waktu-waktu tertentu. Tidak jarang juga Rama mengajaknya berdiskusi tentang urusan di kedainya karena tahu sebenarnya Lucas bisa menjadi sangat bijaksana saat sedang dalam pembicaraan serius. Dan Rama sangat menghormati segala hal yang menjadi usulan Lucas.

"Gimana gue mau bilang ke Clara kalo ngga bisa bales perasaan dia sedangkan dia ngga pernah bicara apapun soal perasaannya ke gue? Dikira gue yang kepedan."

Lucas menepuk jidat. "Cewek pakenya kode, bos. Mereka bicara lewat gerak gerik, bukan ucapan secara langsung. Udah jelas banget dari cara dia bicara sama lo, perhatiannya ke elo, dan semua perlakuan dia ke lo selama ini nunjukin kalo dia suka sama lo. Lo sendiri juga keliatan enjoy sama semua itu. Ngga heran dia ngerasa lo juga menyambut perasaan dia."

"Emang gue ngapain?"

Lucas geregetan sendiri. Bosnya selalu nol besar kalau urusan percintaan. "Lo waktu itu ngajak mba Clara buat nemenin lo ke acara nikahan sepupunya mba Shinta kan? Jelas aja dia makin baper sama lo. Cewek kalo udah diajak jadi temen kondangan mikirnya pasti langsung jauh. Tau ah, bos, bingung gue."

"Tapi gue ngga ada maksud apa-apa, kebetulan aja waktu itu gue ngga ada temen."

"Lo mikirnya begitu, dia mikirnya beda. Gini aja deh, bos, lo mending selesaiin sama mba Clara secepatnya. Lo perjelas, daripada nanti malah ngerusak semuanya. Lo mau mba Shinta jadi ikutan salah paham?"

CROSS THE OCEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang