"Loh Shinta ketiduran." Ujar Diana, ketika melihat Shinta tertidur dengan posisi duduk di sofa.
Rama yang baru saja menuruni tangga ikut mendekat. "Bunda ngajarin bikin kuenya lama banget tadi, kecapekan tuh Shintanya."
Sejak sore tadi, Shinta memang berada di rumah Rama. Bermula dari tawaran Diana kemarin untuk mengajarinya membuat kue. Shinta malah berakhir di rumah Rama hingga malam tiba.
Seharusnya Rama mengantar Shinta pulang setelah makan malam tadi, namun karena Rama meninggalkannya sebentar untuk mandi, Shinta malah ketiduran. Dan sekarang melihat Shinta yang sudah terlanjur pulas seperti ini, ia jadi tidak tega membangunkannya.
"Kamu kalo mandinya ngga lama, tadi Shinta juga ngga akan sampai ketiduran nunggunya." Diana malah gantian menyalahkan Rama.
"Jangan keras-keras, Bun, nanti Shinta bangun. Terus sekarang mau gimana? Aku ngga tega banguninnya."
"Yaudah kamu pindahin ke kamar kamu aja sana." Melihat wajah sumringah sang putra, Diana buru-buru melanjutkan ucapannya. "Kamu nanti tidur di kamar tamu. Bunda tau ya apa yang ada di otak kamu."
Rama meringis. "Ngga boleh suudzon, Bunda."
Diana sedikit mendengus mendengar jawaban putranya. "Kamu punya nomer telpon mamanya Shinta?" Tanyanya kemudian.
"Punya. Kenapa, Bun?" Kebetulan Rama baru menyimpannya ketika ia berkunjung ke rumah Shinta 3 hari yang lalu.
"Kamu telepon mamanya Shinta sekarang, biar Bunda yang bicara. Mereka pasti khawatir anaknya belum pulang."
"Iya, Bun."
Rama merogoh saku celananya. Setelah menemukan ponselnya, ia buru-buru menelepon nomor yang tersimpan sebagai Tante Dian di sana.
"Malam, Tante. Maaf malam malam begini ganggu, saya mau ngasih tau kalau Shinta ada di rumah saya, Tan." Ucap Rama, setelah panggilan telepon itu tersambung.
"Tante pikir Shinta kemana, tadi pamit mau ke rumah kamu tapi Tante WA ngga dibales. Tadinya Tante juga kepikiran mau nelpon kamu, eh kamu udah nelpon duluan."
"Shintanya ketiduran, Tan, saya ngga tega mau bangunin. Oh iya, Tan, ini Bunda mau bicara."
"Bunda kamu? Mana?"
Rama menyerahkan ponselnya pada bundanya. Soal menginap, biar bundanya yang berbicara. Rama takut dikira modus atau yang lebih parah, orang tua Shinta malah berpikir yang tidak-tidak mengenai dirinya.
"Bun, aku tinggal ya."
Rama yang sudah rapi mengenakan jaket dan celana jeans pada akhirnya tidak jadi mengantar Shinta pulang. Laki-laki itu mengangkat tubuh Shinta perlahan dan membawanya ke kamarnya yang berada di lantai atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
CROSS THE OCEAN
Fanfic❝ocean separates lands, not souls.❞ [SEQUEL] read OCEAN OF PAIN first. © fallforten, 2020