Bab 6 - Berangkat Bareng

580 80 22
                                    

AUTHOR POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


AUTHOR POV

"Morning, semua!" sapa Agatha saat sudah tiba di meja makan sambil mencium kedua pipi Fano dan Meri yang beralih ke Agam dan Gustin.

Gak tau, tiba-tiba aku jadi gini, padahal semalam sedikit kesal sama perkataan Papa.

"Morning, Sayang!" balas Meri dan Fano bersamaan.

"Too, Kak!" timpal Gustin dan Agam hanya mengangguk sambil bergumam.

Sarapan pagi diisi dengan bunyi dentingan sendok yang saling beradu, karena Fano menerapkan saat makan, ya makan. Setelah, selesai baru boleh berbicara.

Sekitar 15 menit, Agatha sudah menyelesaikan sarapannya.

"Ekhem, Agatha! Kalau kamu tidak mau menerima tawaran Om Farel juga gak papa kok, sayang. Nanti Papa kasih pengertian ke Om Farel," ujar Fano tiba-tiba, setelah dia juga sudah menyelesaikan sarapannya.

Agatha hanya mengangguk kecil, ia melihat Fano berdiri dari duduknya yang kemudian berjalan ke arah ruang keluarga.

"Papa tunggu keputusanmu!" ucapnya sebelum benar-benar pergi dari ruang makan.

Agatha melirik Meri dan si empunya hanya tersenyum ke arahnya.

*******

"Atha, Papa tanya sama kamu. Apa kamu punya pacar?" tanya Fano saat semuanya sudah berkumpul di ruang keluarga.

Agatha yang mendengar pertanyaan seperti itu pun segera menggelengkan kepalanya, "Ya, gak lah, Pa! Papa sama Mama 'kan ajarin Agatha gak boleh pacaran?" sanggah Agatha cepat yang dibalas anggukan Meri.

"Oke bagus, jadi bagaimana apakah kamu mau membatalkan perjodohan ini?" tanya Fano sekali lagi untuk memastikan apakah Agatha mau atau tidak.

Fano sudah memikirkan semalaman, ia tidak ingin anaknya terpaksa menikah. Ia ingin anaknya menjalani liku-liku pernikahan penuh dengan kebahagiaan, bukan beban yang membuatnya stres.

Apalagi Fano hanya ingin anaknya menikah sekali dalam seumur hidupnya.

Sebelum menjawab Agatha menarik napasnya dalam-dalam, lalu menjawab. "Oke, Pa. Atha akan menerima perjodohan ini. Atha gak kepaksa kok, ini juga pasti demi kebaikan Atha."

Setelah memikirkan hampir semalaman, Agatha memutuskan untuk menerimanya saja.

Papa sama Mama bukan tanpa alasan jodohkan aku sama Kak Rean. Pasti mereka ingin melihat anaknya mendapatkan laki-laki terbaik, mungkin dengan menerima perjodohan ini. Mereka bisa lebih tenang, apalagi zaman sekarang. Pergaulannya sangat bebas.

Reatha [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang