003

18.4K 1.7K 73
                                    

Sudah sedari tadi Rasyid hanya diam, memandang jendela kamarnya yang memperlihatkan taman depan rumahnya. Disebelahnya ada Senja yang setia mengelus lembut bahu putra kesayangannya. Melihat Rasyid seperti ini, membuat hati Senja berdenyut nyeri, sekelebat bayangan masa lalu Senja bersama suaminya melintas indah. Alaska pernah hancur seperti ini, dan persis seperti Rasyid lakukan.

Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.

Ya. Rasyid mewarisi sifat buruk Alaska. Dulu, Senja pernah memergoki anaknya tengah menghempaskan lukisan hasil buatan tangan sendiri di kamar Rasyid. Ekpresi marah, kecewa, benci semuanya sangat kentara di wajah Rasyid pada waktu dulu.

Senja tahu semua itu karena gadis tersebut.

Mata Rasyid masih merah, tatapannya kosong ke depan. Senja tidak tega melihat anaknya seperti ini. Rasyid yang selalu berceloteh ria kini mendadak diam dengan amarahnya.

"Mama tahu gimana hati kamu, nak." Senja memecahkan kehingan diantara mereka. "Mama gak marah kalo kamu masih mencintai Meldoy," lanjut Senja. Tangannya mengelus bahu Rasyid.

Sejenak Rasyid masih terdiam. Hingga perlahan kepalanya menoleh menatap Senja di sampingnya. Matanya menatap lekat wajah sendu dan teduh mamanya. Rasyid yakin, Papanya adalah orang paling beruntung mendapatkan Mamanya. Lihatlah, meskipun Rasyid tidak menjawab, Senja malah memeluk Rasyid erat. Membuat badan Rasyid sedikit merunduk. Membalas pelukan hangat Mamanya.

"Kamu tahu? Mama pernah seperti kamu. Pernah mencintai Papa kamu dalam diam. Dulu, Mama gak yakin bisa dapetin Papa kamu, karena apa? Karena saat itu Papa nggak bisa terima Mama. Sampai dimana, Mama bisa disatukan sama Papa kamu. Itu berkat Mama yang selalu berdoa sama Allah. Nak, kekuatan doa itu besar. Kamu hanya perlu usaha dan doa untuk mencapai keinginan kamu," kata Senja lembut, menasehati agar anaknya selalu kuat dalam masalah seperti ini.

Rasyid menumpukan dagunya di atas bahu Senja, kedua tangannya masih erat memeluk mamanya. Karena hanya wanita ini yang tidak pernah menyakitinya barang sedikit pun. Wanita ini yang selalu mendahulukannya, wanita ini yang selalu ada disaat ia rapuh dan terpuruk. Bagi Rasyid, Senja adalah wanita pertama yang ada dihatinya dan tidak akan ada yang bisa menggantikan Mamanya.

"Rasyid gak cinta sama dia lagi, Ma." Akhirnya Rasyid bersuara. Dan ucapan barusan itu membuat Senja sedikit terkejut.

"Jangan bohong, sayang." Perlahan Senja melonggarkan pelukannya. Membuat keduanya saling menatap satu sama lain. "Dari mata kamu, Mama tahu kamu masih suka mencintai Melody dalam diam," ujar Senja saat menemukan ketulusan Rasyid yang mencintai Melody dalam diam dari mata anaknya

Rasyid memang tidak bisa berbohong kepada Senja apalagi dengan Alaska. Sedikit saja Rasyid menyembunyikan sesuatu maka dengan cepat Alaska mengetahuinya. Kedua orang tuanya sangat memperhatikan dirinya. Rasyid bersyukur atas itu. Bersyukur dikaruniai orang tua seperti mereka.

"Ma." Rasyid menundukkan kepalanya. Tidak berani menatap mata teduh Senja dan senyuman hangat wanita itu. "Apa dia bukan takdir Rasyid?" tanya Rasyid sambil mengangkat wajahnya untuk menatap Senja kembali.

Senja mengusung senyum, kedua tangannya merapikan surai rambut anaknya yang terlihat acak-acakan. "Semua udah ada yang mengaturnya, sayang. Allah selalu tahu rencana apa yang terbaik untuk hambanya. Kita sebagai makhluk ciptaannya hanya bisa menjalani skenario dari Allah dengan ikhlas dan sebaik-baiknya. Kalo dia memang bukan takdir Rasyid, maka Rasyid harus terima itu karena Allah pasti sudah menyiapkan yang terbaik untuk Rasyid."

Senyuman tipis terukir diwajah Rasyid mendengar perkataan lebar Mamanya yang sukses menyentuh hatinya.

"Kamu udah relakan kalo dia menikah dengan orang lain?" tanya Senja was-was. Takut jika pertanyaan itu kembali membuat Rasyid terluka. Tadi, Senja tidak sengaja menemukan undangan di meja depan rumahnya. Awalnya memang membuat Senja terkejut saat melihat nama Melody yang tertera.

Rasyid menarik panjang napasnya lalu menghembusnya pelan sambil menggenggam erat tangan Senja diatas pahanya.

"Insha Allah, Rasyid ikhlas, Ma," ucap Rasyid. Namun, terdengar keraguan pada nada suaranya yang membuat Senja sendiri tidak yakin jika anaknya bisa merelakan dan mengikhlaskan.

"Tadi, Zaskia telfon Mama katanya pernikahan kalian di adakan di Indonesia aja, soalnya Zaskia akan menetap disini."

Perkataan Senja tersebut membuat hati Rasyid nyeri. Ia melupakan jika masih ada Zaskia yang harus Rasyid pentingkan daripada gadis itu. Dan kenapa seperti ada sesuatu tidak enak di hati Rasyid saat mendengar pernikahannya dengan Zaskia? Namun, secepat mungkin Rasyid berusaha menepis segala pikiran buruknya.

Ia akan bahagia menikah dengan Zaskia.

"Kamu siapkan nikah sama Zaskia?" tanya Senja.

"Siap, Ma." Entahlah Rasyid tidak yakin dengan jawaban itu. Pasalnya sebagian dari hatinya masih menginginkan Melody untuk dinikahi sementara sebagian lagi seperti menyuruh Rasyid untuk menikah dengan Zaskia.

"Mama yakin kalo kamu pasti bisa laluin ini semua dan berdamai dengan masa lalu." Senja mengelus lagi kepala Rasyid membuat pria itu tersenyum lebar lalu mendaratkan kecupan singkat di kening Senja.

"Ma, apa Papa marah sama Rasyid lagi? Kenapa Papa seakan gak suka sama Rasyid yang marah-marah tadi?" tanya Rasyid yang membuat Senja gelagapan. Pasalnya Senja dan Alaska tidak pernah menceritakan masa lalu terburuk keduanya. Karena yang tahu secara keseluruhannya adalah kakak sulungnya.

"Papa gak marah kok, Papa cuman kasi waktu buat kamu sama Mama bicara karena Papa tahu yang bisa nenangin kamu itu Mama," jawab Senja mantap sambil tersenyum meyakinkan. "Jangan mikir kalo Papa marah sama kamu. Papa itu sayang banget sama kamu."

Mendengar itu Rasyid merasa lega. Ia hanya berharap jika ucapan Senja adalah benar.

"Kamu istirahat aja, ya, biar Mama yang beresin semuanya," ujar Senja sambil berdiri berniat untuk membereskan kamar anaknya.

"Gak usah, Ma. Rasyid bisa suruh Andre untuk beresin ini semua," sela Rasyid dan membuat Senja mengangguk setuju. Lagipula, Senja harus cepat menemui Alaska. Senja hanya tidak mau bayi besarnya sendiri dan merenung akan masa lalu.

"Kalo begitu Mama ke kamar dulu, ya."

"Iya, Ma."

***

"Udah lama datangnya?" tanya Rasyid yang baru saja tiba dari dalam rumah. Ia mengambil duduk di samping Zaskia.

Zaskia yang tadinya menatap ke depan rumah, menoleh pada Rasyid. "Baru aja. Oh, ya, maaf kalau aku tadi dijemput Andre," ucap Zaskia sambil menatap pada Andre yang sedang berjongkok di pinggir kolam renang ikan.

"Nggak apa. Kamu bisa suruh dia apapun karena kamu calon istri saya."

Jawaban itu lantas membuat Zaskia tersenyum. "Sekali lagi terimakasih, Rasyid."

"Untuk apa?"

"Untuk semuanya."

Rasyid yang paham maksud dari Zaskia, menganggukkan kepalanya, kembali memalingkan tatapannya dari Zaskia ke arah depan.

"Kamu kenal Melody 'kan?" tanya Zaskia, dimana Rasyid langsung menoleh kaget.

"Kenal," jawab Rasyid.

"Besok ke acara nikahannya, aku boleh pergi sama kamu nggak? Kata orang tuamu, kamu di undang juga."

Untuk sejenak ada jeda diantara mereka hanya terdengar suara Andre yang berbicara dengan ikan yang tengah dikasih makan. Zaskia sengaja menyuruh Andre ke rumah Rasyid, agar tidak ada setan yang menggoda. Tak lama itu Rasyid membuka suara.

"Iya, saya akan pergi sama kamu."

Senyum Zaskia terbit. "Habis Melody nikah, kita juga bakal nikah."

Rasyid mengangguk. Dari tatapannya yang terus menatap Zaskia, ia bisa melihat sebuah pengharapan besar dari Zaskia. Gadis itu terlihat sangat bahagia ketika bisa menikah bersamanya.

"Kia," panggil Rasyid membuat Zaskia langsung menoleh.

"Iya?"

"Satu hal hal yang harus kamu tahu bahwa saya sedang belajar menerima kamu."

-----SEE U!------

Assalammualaikum TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang