020

22.8K 1.9K 601
                                    

Rasulullah SAW berpesan, "Perbanyaklah kalian dalam mengingat penghancur segala kelezatan dunia, yaitu kematian." (HR at-Tirmidzi).

Kematian pada sesungguhnya akan terjadi pada setiap manusia di muka bumi ini. Lantas apa amalan yang harus di bawa nanti? Tentu saja amalan yang kita lakukan selama hidup di dunia.

Suasana haru pemakaman begitu terasa. Orang-orang turut mengantarkan jenazah ustadz Adam ditempat peristirahatan terakhir. Isak tangis mendalam masih terasa pada Melody. Gadis yang kini sebatang kara itu memeluk erat papan nisan ayahnya. Bagi Melody, dunianya sudah tidak berbentuk lagi. Berharap ini mimpi tapi sayangnya ini adalah kenyataan yang harus diterimanya.

Telapak tangan Senja tiada henti mengelus lembut punggung Melody, seolah-olah memberi kekuatan pada gadis itu. Sementara Rasyid dan Papanya berdiri menatap kasihan pada Melody.

Semua orang yang hadir mendoakan ustadz Adam di sana agar di beri tempat terbaik di sisi Allah.

Setiap yang bernyawa tidak akan mati melainkan atas izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan pahala dunia itu kepadanya, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, niscaya Kami berikan pula pahala akhirat itu kepadanya. Dan kami akan memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur.(Q.S Al-Imran 145)

Perlahan orang-orang mulai meninggalkan pemakaman hingga tersisa Rasyid, Senja, Alaska dan Melody. Gadis itu enggan untuk beranjak dari kuburan ayahnya.

"Melody, ayo kita pulang sayang," ucap Senja lembut.

"Melody masih mau di sini, Tante," jawab Melody pelan tanpa harus menoleh pada Senja di sampingnya.

"Kamu harus ikhlasin ayah kamu. Di sana dia pasti sedih lihat kamu kayak gini. Kamu nggak sendiri, masih ada Om Alaska sama Rasyid."

Begitu namanya disebut membuat Rasyid meneguk ludahnya. Perkataan Alaska kemarin berputar kembali di benaknya. Apa mungkin Rasyid bisa memenuhi permintaan terakhir ustadz Adam? Mengingat jika saat ini Rasyid sedang tidak baik-baik saja pasca kepergian Zaskia.

"Ayo Melody." Senja memegang kedua bahu Melody, mengangkat tubuh gadis itu. Lalu senyum Senja terbit saat Melody berdiri dengan memegang tongkatnya. Sejauh ini Melody belum bisa berjalan sempurna, ia masih membutuhkan alat bantu.

Rasyid dan Alaska mengikuti kedua perempuan itu dari belakang menuju mobil. Alaska sudah tahu tentang Zaskia pergi dan jujur itu membuat Alaska marah karena Rasyid menyakiti hati seorang perempuan.

"Pa," panggil Rasyid di sela jalan mereka.

"Hm?"

"Rasyid mau ke Dubai nanti malam," seru Rasyid membuat langkah keduaya terhenti.

Alaska menatap pada putranya. "Kita bicarakan di rumah."

Rasyid mengangguk. Kembali berjalan mendekati Senja dan Melody yang sedang kesusahan membuka pintu mobil.

Setelah di rasa semua masuk ke dalam mobil, Alaska melajukan mobilnya menuju rumah. Untuk beberapa hari ke depan Melody akan tinggal bersama Senja dan Alaska, kecuali Rasyid, pria itu sudah memiliki rumah. Ia juga tidak mau tinggal satu rumah dengan Melody.

***

Selang beberapa waktu mobil Alaska berhenti di depan pekarangan rumahnya. Senja dengan baik hati menuntun Melody turun dari mobil hingga memapah masuk ke dalam rumah.

"Makasih, om, Tante, udah izinin Melody di sini. Melody janji Melody nggak akan lama di sini," ujar Melody menatap pada Alaska dan Senja.

"Nggak apa-apa, Melody. Lagipula ayah kamu sudah menitipkan kamu sama kita untuk jagain kamu," balas Senja dengan senyum tulusnya.

"Kamu istirahat aja," ucap Alaska.

Senja dan Melody mengangguk. Keduanya berjalan menuju kamar di lantai bawah yang kebetulan kosong.

Dan sekarang hanya tinggal Rasyid dan Alaska di ruang tamu. Keduanya duduk berhadapan. Alaska yakin jika Rasyid sedang mempunyai masalah dengan istrinya, terlihat jika pria itu berdiam diri sejak tadi.

"Jadi, kenapa Zaskia pergi?" tanya Alaska menatap lekat pada Rasyid.

"Zaskia pergi karena tahu Rasyid masih cinta sama Melody," jawab Rasyid.

Alaska yang mendengarnya sudah tidak terkejut, karena ia tahu bahwa anak keduanya ini sudah lama mencintai Melody.

"Sekarang kamu masih mencintai Melody?"

Rasyid terdiam. Ia juga tidak tahu bagaimana perasaannya sekarang terhadap Melody. Yang jelas, sekarang Rasyid ingin menyusul Zaskia, memohon pada wanita itu untuk tidak meninggalkannya. Jika boleh jujur, Rasyid membutuhkan Zaskia.

"Rasyid nggak tahu, Pa. Yang jelas Rasyid nggak mau Kia pergi tinggalin Rasyid. Rasyid butuh dia, Rasyid tenang kalau ada dia," jelas Rasyid tentang bagaimana perasaannya sekarang.

Alaska menghela napas panjang. Anaknya sudah menyakiti satu wanita yang benar-benar tulus.

"Itu artinya kamu mulai mencintai dia. Papa mau kamu temui Kia, bawa dia pulang dan Papa nggak mau kamu berpisah dengan Kia."

Rasyid tersenyum mendengarnya. "Gimana sama permintaan almarhum ustadz Adam, pa?

"Nggak apa. Di sana ustadz Adam pasti tahu kalau kamu nggak bisa untuk nikahin Melody, bukan?"

Rasyid mengangguk. Ah senang sekali Rasyid jika papanya mendukung dirinya untuk ke Dubai, menjemput Zaskia dan kembali padanya.

"Rasyid udah pesan tiket ke Dubai, nanti malam Rasyid berangkat, Pa."

"Ingat kalau kamu harus meminta maaf pada keluarga Kia, atas masalah ini."

"Iya, Pa."

***

Tepat pada malam harinya jadwal penerbangan ke Dubai tinggal dua jam lagi, Rasyid tengah bersiap-siap memasukkan beberapa bajunya ke dalam koper. Hatinya senang bukan main, membayangkan dirinya yang akan bertemu dengan Zaskia.

Kira-kira Zaskia sedang apa sekarang? Apa wanita itu memikirkannya? Ah, Rasyid benar-benar tidak sabar.

Ketika Rasyid berdiri, ia baru menyadari bahwa ada buku berwarna biru seperti note book di atas nakas. Tangan Rasyid terulur untuk mengambilnya, ia menatap lamat pada buku itu. Saat Zaskia pergi kemarin, Rasyid sama sekali belum sempat untuk membukanya.

Perlahan tangan Rasyid membuka lembaran yang ada ketika ia sudah duduk di tepi ranjang.

Kamu itu seperti bintang di langit, tinggi dan tak terjangkau olehku.

Kamu itu orang yang sudah lama kudambakan sejak dulu, sayangnya saat itu aku tidak punya keberanian untuk mengakui bahwa aku mencintaimu.

Kamu itu sulit untuk ku genggam karena pada dasarnya hati kamu selalu tertuju pada orang lain.

Rasyid menghentikan aktivitas membacanya saat bunyi ponsel yang ada di saku celananya berdering nyaring. Kedua tangannya segera menutup buku tersebut dan meletakkannya kembali di atas nakas. Ia berdiri, merogoh ponselnya. Ada nama mamanya yang tertera.

"Assalamualaikum, Ma?"

"Waalaikumsalam, nak. Kamu dimana, sayang?" Rasyid mengernyitkan keningnya saat mendengar suara panik dari Senja di sebrang sana.

"Kenapa, Ma? Mama kok panik?"

"Melody pingsan, nak. Dia jatuh dari tangga. Kamu bisa ke rumah sekarang? Papa kamu nggak ada, dia ke Jakarta jemput adik kamu."

Rasyid menghela napas. Melirik pada jam dipergelangan tangannya. Penerbangan ke Dubai tinggal satu setengah jam lagi. Mungkin sekedar untuk mengantarkan Melody ke rumah sakit tidak apa.

"Rasyid ke sana sekarang, Ma."

-----SEE U!----


Assalammualaikum TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang