021

21.9K 2K 548
                                    

Jangan lupa vote ya!

**

Begitu Rasyid tiba di rumah orang tuanya, pria itu cepat berjalan masuk. kemudian berlari menuju Mamanya yang panik dan Melody yang masih pingsang.

"Melody kok bisa pingsan, Ma?" tanya Rasyid. Tanpa aba-aba, Rasyid langsung mengangkat tubuh Melody.

Senja berdiri. "Mama nggak tahu, kenapa dia naik tangga padahal kamarnya itu di bawah," jawab Senja. Wanita itu sempat terkejut melihat Melody jatuh berguling di tangga. Entah alasan apa gadis itu sampai naik ke lantai atas.

Rasyid langsung memasukkan tubuh Melody ke dalam mobil dengan Senja yang menemani Melody di belakang.

***

Beberapa perawat sigap menyambut Melody, membawa ke ruang IGD. Memberi perawatan intensif. Sementara Senja dan Rasyid hanya bisa menunggu di luar ruangan.

"Sayang, kenapa masih di sini? Kamu nggak ke bandara?" tanya Senja pada Rasyid yang duduk di sampingnya.

Rasyid menoleh. "Mama nggak apa-apa Rasyid tinggal sendiri?" Rasyid berbalik bertanya. Pasalnya Rasyid sangat tidak tega meninggalkan Mamanya sendiri di rumah sakit.

"Nggak apa-apa kok. Lagian Papa kamu subuh nanti pulang."

Rasyid menghela napas, hatinya seakan menyuruhnya untuk di sini menemani Senja. Tapi, di sisi lainnya Rasyid sangat ingin menyusul Zaskia ke Dubai. Ia tidak mau semuanya terlambat.

"Satu jam lagi Rasyid bakal ke bandara. Rasyid mau temanin Mama sama tahu keadaan Melody dulu," balas Rasyid.

Senja mengangguk. Ia memperhatikan dengan lamat wajah Rasyid yang gelisah. Dan Senja tidak tahu anaknya sedang memikirkan siapa.

Tidak sampai setengah jam dokter segera keluar dari ruangan IGD membuat Senja dan Rasyid langsung berdiri, menghampiri dokter yang baru saja menutup pintu.

"Gimana keadaan Melody?" tanya Senja.

"Pasien belum sadarkan diri. Kami sudah melakukan pemeriksaan pada pasien. Untuk sementara pasien tidak boleh berjalan menggunakan tongkat, akibat jatuh itu kakinya belum bisa di gerakkan."

Senja menutup mulutnya, tidak sanggup mendengar keadaan Melody sekarang. Sedangkan Rasyid mengucap istigfar. Entahlah, rasanya Rasyid tidak terlalu terkejut mendengar keadaan Melody. Seolah-olah Melody sudah tidak penting baginya.

"Dok, apa dokter sudah selesai?" seorang perawat datang dari arah belakang, menghampiri dokter Rahman.

"Sudah," jawab dokter Rahman.

"Mari ke ruangan dokter Malik. Beliau kritis."

Mendengar itu dokter Rahman terkesiap. "Kalau begitu saya permisi dulu," katanya pada Senja dan Rasyid.

Keduanya mengangguk. Membiarkan dokter dan perawat tersebut berlalu dari hadapan mereka. Yang dilakukan keduanya hanyalah berdoa pada sang maha kuasa agar diberi kesembuhan dan kekuatan pada Melody.

"Nak, sekarang kamu berangkat sekarang aja, nanti kamu telat," ucap Senja.

Rasyid mengangguk, namun sebelum pria itu bersuara, ponsel yang ada di saku celananya bergetar, membuat Rasyid dengan lekas merogoh lalu melihat nama Andre tertera di sana.

"Assalamualaikum, Rasyid."

"Waalaikumsalam, Andre. Ada apa?"

"Rasyid, penerbangan ke Dubai malam ini di undur besok pagi karena cuaca yang tidak mendukung."

Assalammualaikum TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang