022

22.4K 2K 494
                                    

Nick menghela napas kasar, masih menatap tajam pada Rasyid sampai pada akhirnya berpindah pada Alaska. "Anak om ini udah nyakitin adik saya! Seharusnya dia bilang kalau tidak mencintai Kia!" sergah Nick.

Kemudian Nick mengambil satu berkas dalam amplop coklat dari tangan kanannya yang ikut bersamanya.

"Ini surat perceraian Kia dan kamu. Kamu tanda tangan setelah itu kamu dan Kia resmi bercerai!" Nick melempar kasar berkas itu ke dada Rasyid membuat pria itu dengan cepat menangkapnya.

"Tidak perlu kamu cari adik saya. Karena sampai kapanpun kamu tidak akan pernah bisa bertemu Kia! Adik saya tidak butuh pria banci seperti kamu!"

Setelahnya Nick berbalik badan, melihat itu Rasyid berdiri. Ia berlari mengejar Nick.

"Sampai kapan pun, saya nggak akan pernah mau pisah atau cerai sama Kia!" sergah Rasyid menatap tajam pada Nick. Rasyid tahu bahwa ia memang menyakiti hati Zaskia tapi apa tidak boleh Rasyid meminta kesempatan satu kali lagi?

Nick menghela napas kasar. "Kesempatan?" ulang Nick. "Adik saya udah terlalu sering kasih kamu kesempatan dan kamu bodoh nggak gunain kesempatan itu dengan baik!"

Rasyid terdiam membuat Nick kembali melanjutkan langkah kakinya. Meninggalkan Rasyid yang terduduk lemas di tanah. Hingga ia merasakan usapan lembut dari punggung tangannya.

"Kalau Kia memang tercipta untuk kamu, sejauh apapun Kia pergi, dia akan tetap kembali sama kamu. Percaya sama papa."

***

Terhitung sudah dua minggu semenjak kepergian Zaskia. Namun, Rasyid masih saja tidak menerima kepergian gadis itu. Pria itu kini lebih cendrung pendiam. Setiap hari Rasyid berusaha menelepon nomor Zaskia yang selalu disambut oleh operator. Berharap Zaskia akan menerima panggilannya.

Hingga hari ini pun Rasyid masih berusaha untuk menelfon Zaskia. Kali ini tidak ada suara operator lagi melainkan nada sambungan. Rasyid berharap ini kesempatannya untuk berbicara pada gadis itu meski tidak bertatap muka.

"Assalamualaikum, Kia," ucap Rasyid begitu sambungan terhubung.

Diam. Hening. Tidak ada suara di sebrang sana. Dan itu sukses membuat Rasyid panik.

"Kia, ini saya Rasyid. Kia, saya mohon kita bicarakan ini baik-baik. Saya gak mau cerai dari kamu, Kia. Saya merasa kehilangan kamu. Kia, tolong bicara sama saya," kata Rasyid menggebu-gebu. Tidak dapat lagi menahan hatinya untuk tidak bicara dengan Zaskia.

Dia merindukan istrinya.

"..."

Tetap diam. Rasyid tidak mendengar suara apapun, selain suara deru napas yang sepertinya terengah-engah. Mengingat napas Zaskia yang seperti ini, membuat Rasyid berpikir jika asma gadis itu kambuh.

"Kia, asma kamu kambuh?"

"Ini siapa?"

"Rasyid, Kia. Suami kamu."

"..."

"Kia, saya akan kesana jemput kamu," seru Rasyid.

Tut!
Panggilan terputus secara sepihak. Membuat Rasyid menatap lemah pada ponselnya. Zaskia memutuskan panggilannya tanpa berbicara lebih banyak.

Satu telapak tangan Rasyid mengusap wajahnya gusar seraya menghempaskan bokongnya ke kursi teras rumah orang tuanya. Tidak ada pilihan lain secara menyusul Zaskia ke Dubai.

"Dulu Papa pernah ngerasain yang kamu alami sekarang," kata Alaska yang baru saja datang dan langsung duduk di kursi samping Rasyid.

Rasyid menoleh, menatap Alaska yang juga menatapnya. "Sama Mama?" tanyanya.

Assalammualaikum TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang