Rasyid menghela napas berkali-kali, tidak pernah ia sangka bahwa dirinya ada di depan rumah seorang gadis yang telah menghancurkan harapannya. Rumah itu sederhana, namun sekarang rumah itu sudah dihiasi dengan latar belakang pernikahan.
Entah kenapa hati Rasyid sakit rasanya ketika kenyataan yang diterima bahwa gadis itu bukanlah jodohnya. Sudah berulang kali Rasyid menguatkan dirinya, tapi setiap kali ia menatap ke dalam rumah itu, maka saat itu pula Rasyid merasakan hatinya berdenyut nyeri. Seperti sebuah jarum tak kasat mata yang menusuk hatinya. Begini, Rasyid memang masih mencintai perempuan itu. Tapi, Rasyid tahu bahwa gadis itu tidak memilihnya sedari dulu. Hanya Rasyid yang mencintai sebelah pihak.
Buat apa mencintai sebilah pihak, sementara sebelah pihak lainnya tidak pernah mencintai. Maka merelakan dan mengikhlaskan adalah jalan terbaik.
"Rasyid, are you okay?" sudah sejak awal Zaskia memperhatikan wajah sendu dan guratan kesedihan di wajah calon suaminya.
Mendengar ucapan gadis disebelahnya, Rasyid mengerjapkan matanya lalu menoleh ke samping pada Zaskia yang menatapnya heran.
"Saya baik, Kia," jawab Rasyid cepat. Sudah pasti jawaban itu tidak sesuai dengan hatinya.
Zaskia tersenyum tipis, di dalam pikirannya sekarang, mungkin Rasyid sedang tidak berada dalam mood yang baik. Zaskia juga paham bahwa Rasyid memang bersikap pendiam jika bersama dengan seorang perempuan.
"Ayo, masuk," ujak Zaskia.
Rasyid menarik napas, lalu menghembusnya pelan sambil mengangguk dua kali. Mereka berdua berjalan masuk di pelataran rumah Melody. Setiap langkah yang Rasyid ambil, maka setiap itu pula Rasyid berdoa supaya hatinya dikuatkan oleh Allah.
Keduanya duduk dikursi pelastik yang disediakan oleh tuan rumah. Orang-orang tampak ramai berdatangan untuk melihat acara ijab kabulnya. Seandainya, bukan Zaskia yang memaksanya untuk datang kesini sudah dipastikan bahwa Rasyid tidak akan pernah mau menginjakkan kakinya disini.
Rasanya, Rasyid ingin marah sekarang saat tahu bahwa yang menjadi mempelai prianya adalah Diki. Terlihat jika Diki sudah duduk di depan Ayah Melody. Rasyid memang kurang menyukai Diki, karena Diki adalah siswa bajingan di masa SMA nya dulu.
"Kia, saya ke toilet sebentar," ucap Rasyid, membuat Zaskia langsung menoleh dan mengangguk cepat. Senyuman di wajah gadis itu tidak pernah pudar.
Kaki Rasyid mengayun menuju toilet, yang Rasyid sendiri juga tidak tahu dimana letak keberadaan kamar mandi di rumah ini. Karena ini adalah pertama kalinya Rasyid menginjakkan kakinya di sini.
Ketika Rasyid melewati satu kamar, langkah kakinya terhenti begitu saja saat mendengar suara isak tangis seorang perempuan di dalam kamar itu. Ragu-ragu, Rasyid mulai mendekat ke daun pintu kamar dan suara isak tangisnya semakin jelas.
Rasyid kembali dibuat terkejut saat mendengar sebuah gelas kaca yang jatuh ke lantai, terdengar dari suaranya yang nyaring. Tanpa menunggu lama, Rasyid langsung memutar knop pintu dengan cepat, begitu pintu sudah terbuka, di jendela kamar sana sudah ada seorang gadis dengan balutan kebaya putih dan khimar berwarna senada.
Yang Rasyid lihat ditangan gadis itu ada pecahan kaca. Sepertinya, gadis itu ingin melukai tangan kirinya.
"Melody!" Rasyid berteriak, berjalan cepat menuju gadis itu berdiri.
Melody langsung menoleh ke belakang, matanya membulat sempurna saat Rasyid menatapnya tajam dan nyalang.
"Kamu gila?!" sentak Rasyid lalu mengambil alih pecahan kaca dari tangan Melody kemudian membuangnya ke lantai.
Tubuh gadis itu bergetar hebat saat melihat amarah Rasyid yang memuncak. Melody tidak sanggup untuk menatap, ia memilih untuk menundukkan wajahnya. Bahkan make up yang lengket di wajahnya sudah basah oleh airmata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalammualaikum Terakhir
SpiritualKisah tentang seorang seniman muda, pelukis terkenal yang harus terjebak pada dua pilihan. Rasyid mencintai Melody, perempuan di masa lalunya, namun karena sebuah lamaran dari Zaskia yang berstatus sebagai sahabat Melody membuat Rasyid menerima dan...