005

16.3K 1.6K 162
                                    

Bibir Rasyid terasa kelu untuk membalas ucapan Adam. Pernikahan ini terasa mendadak bagi Rasyid. Dan Rasyid tidak ingin menikah dengan orang yang tidak mencintainya.

Adam, pria tua yang berbaring di depan Rasyid menunggu Rasyid mengucapkan ijab kabulnya. Namun, bukannya mengucapkan Rasyid malah melepaskan jabatan tangannya dengan Adam, membuat semua orang yang berada di dalam kamar itu menatap terkejut pada Rasyid, bahkan Melody pun menatap Rasyid bingung. Jujur saja, Melody sedikit berharap bahwa Rasyid akan menikahinya.

Pandangan Rasyid kini menatap Adam di depannya. "Maaf, Ustadz, saya tidak bisa," ucap Rasyid. Lalu berdiri dan menghadap pada Alaska di belakangnya. Hanya tatapan yang sulit diartikan yang Rasyid beri. Bibirnya terkatup rapat untuk menyampaikan isi hatinya.

"Kenapa?" tanya Alaska, pertanyaannya mewakili banyak orang.

"Maaf, Pa," balas Rasyid.

Pria itu langsung berjalan keluar kamar tanpa menjawab pertanyaan Alaska. Dan kepergian Rasyid menimbulkan banyak tanya dibenak semua orang.

Alaska, pria itu mengusap wajahnya gusar. Ia tidak tahu bagaimana cara menghilangkan sifat kasar Rasyid. Ia pikir dengan menikahkan Rasyid dengan Melody, maka sifat itu hilang. Nyatanya pernikahan yang diinginkan tidak pernah terjadi. Rasyid pergi dan tidak menerima Melody.

"Maafkan anak saya, Ustadz," kata Alaska merasa bersalah.

Adam tersenyum getir. "Tidak apa-apa, mungkin dia bukan jodoh anak saya."

Alaska mengangguk sopan. Sementara Melody terus menggenggam erat jemari Ayahnya. Melody ingin menangis lagi saat merasakan hidupnya terus berdatangan masalah. Semesta begitu hebat mempermainkannya.

***

Mata Rasyid menemukan Zaskia yang duduk di trotoar jalan. Gadis itu menunduk seperti menahan kesakitan. Sementara tangannya terus mencari sesuatu di dalam tasnya.

Entahlah, Rasyid tidak tahu ada apa dengan perasaannya saat ini. Yang jelas Rasyid mengkhawatirkan Zaskia sekarang. Tanpa menunggu lama, Rasyid keluar dari mobil dan berlari pada Zaskia.

"Kia, kamu kenapa?" tanya Rasyid ketika dirinya sudah ada di depan Zaskia.

Perlahan Zaskia mendongak, dan saat itu pula Rasyid melihat wajah pucat Zaskia dengan napas yang tidak teratur. Seketika membuat jantung Rasyid terasa berhenti berdetak, saat melihat Zaskia mengeluarkan inhaler dari dalam tasnya lalu menghirupnya dalam-dalam.

"Kia, kamu asma?" Rasyid bertanya dengan suara beratnya sarat akan kekhawatiran juga keterkejutan.

Gadis itu menarik napas panjang lalu menghembusnya kuat, setelah merasa napasnya mulai teratur, matanya kini kembali mendongak menatap Rasyid yang berjongkok di depannya.

"Kenapa disini?" bukannya menjawab, Zaskia malah berbalik bertanya.

Rasyid tidak menjawab. Pria itu memilih untuk menatap inhaler di tangan Zaskia. Rasyid sekarang tahu, jika gadis di depannya ini mempunyai penyakit.

"Kamu mencintai saya, Kia?" tanya Rasyid menatap lekat manik mata Zaskia yang begitu teduh. Tanpa dijawab pun Rasyid sudah tahu jawabannya. Hanya saja pria itu ingin mendengar sekali lagi jika Zaskia memang mencintainya.

"Sangat. Sejak dulu aku selalu mencintai kamu, Rasyid. Cuma kamu yang tidak pernah tahu itu," balas Zaskia pelan, kepalanya menunduk, membiarkan airmatanya jatuh kembali. Saat bayangan Rasyid yang sudah menikah dengan Melody kembali membuat dadanya sesak. "Tapi sekarang, aku gak bakal mencintai kamu lagi, karena kamu udah jadi milik orang lain," lanjutnya dengan suara parau. isak tangisnya tertahan.

Pria itu tersenyum tipis. Seharusnya Rasyid sadar dari dulu jika ada seorang perempuan yang sangat mencintainya. Tapi, tetap saja Melodylah yang Rasyid inginkan. Dua sisi hatinya berbeda keinginan. Satu memaksa untuk memilih Melody dan satu lagi memaksa untuk memilih Zaskia. Rasyid bingung dengan perasaannya.

"Saya tidak jadi menikah dengan Melody, Kia," kata Rasyid jujur.

Mendengar ucapannya itu membuat Zaskia langsung mengangkat wajahnya lalu bertemu dengan mata Rasyid yang menatapnya sendu.

"Kenapa?" tanya Zaskia pelan. Sejujurnya Zaskia bahagia mendengar itu, sudah cukup sesak yang dideritanya jangan ditambah lagi dengan sesak menerima kenyataan.

"Karena saya akan tetap menikah sama kamu."

Mulut Zaskia terbuka begitu saja. Matanya memancarkan binar bahagia. Bahkan airmatanya kembali menggenang di pelupuk matanya. Namun, detik berikutnya wajah Zaskia kembali menunduk, menatap tas yang dipegang erat olehnya. Binar bahagia itu hilang seketika.

"Tapi kamu tidak mencintaiku, Rasyid."

Benar, Rasyid memang tidak mencintai Zaskia. Alasan untuk menikah dengan Zaskia hanya semata-mata untuk melupakan Melody saja. Berharap Zaskialah yang akan Rasyid cintai nantinya.

"Kia, saya akan belajar mencintai kamu."

***

Kedua tangan Rasyid mengepal kuat disisi tubuhnya. Matanya menatap lukisan yang ada di depan matanya. Lukisan Melody. Sangat berdosa jika Rasyid mengharapkan gadis itu sementara ia akan menikah dengan gadis lain. Melody tidak pernah mempunyai perasaan apapun kepadanya, hal itu membuat Rasyid mundur.

"Saya gak tau, Melody. Saya mencintai kamu, tapi hati saya seakan memihak pada Kia," lirih Rasyid sarat akan perasaannya yang pedih. Sungguh ini adalah hal tersulit yang pernah Rasyid alami. Lebih baik Rasyid melukis ribuan gambar daripada harus mengurus hatinya yang seperti ini.

Mencintai dua hati itu tidak mudah, harus ada salah satu hati yang patut ditinggalkan, agar terciptanya sebuah cinta.

"Jujur, sebenarnya saya mau menikahi kamu tadi. Tapi, melihat Kia hancur, saya merasa seperti orang jahat. Terlebih lagi Kia sangat membutuhkan saya." Kali ini lirihan Rasyid semakin pedih.

Detik berikutnya, mata Rasyid kian menajam pada lukisan di depannya yang menggantung ditembok.

Bugh!

Lagi-lagi lukisan dengan gadis yang sama harus hancur dan berakhir dilantai kamarnya. Entahlah, mengingat ketika Melody yang tidak pernah menunjukkan rasa suka padanya seakan membuat Rasyid emosi. Seandainya saja Melody mencintainya, sudah dipastikan jika Rasyid akan menikah dengan gadis itu.

"Kenapa saya masih mencintai kamu, Melody?" tanya Rasyid entah kepada siapa, namun matanya tetap mengarah pada lukisan yang hancur dilantai.

Hatinya terasa sesak saat mengingat wajah Kia yang hancur. Apalagi tadi Zaskia menggunakan inhaler ketika asmanya kambuh dan Rasyid yakin semua itu karena dirinya.

"Kia, saya akan mencintai kamu dan akan menjaga kamu selamanya."

Rasyid merasa yang tidak tenang dengan hatinya memilih melakukan shalat malam, berharap di shalatnya ini ia mendapatkan petunjuk serta ketenangan hati.

***

Gadis dengan balutan gamis hitam itu menatap lekat pada sebuah foto yang telah usang ditangannya. Angin malam yang masuk melalui jendela kamarnya membuat Melody memejamkan matanya. Menikmati udara malam yang dingin.

Sekelebat bayangan Rasyid yang akan menikahinya membuat Melody langsung membuka matanya, lalu menatap pada foto ditangannya. Foto itu berisi dirinya dan Rasyid ketika berumur lima tahun. Di foto itu Rasyid tersenyum lebar dengan giginya yang ompong di depan. Sementara Melody tersenyum sambil menatap Rasyid ke samping. Sungguh, Melody ingin menangis rasanya kala mengingat hubungannya dengan Rasyid sudah tidak sedekat dulu.

Semenjak kejadian tragis itu. Rasyid membenci dirinya, padahal Melody sangat mencintai Rasyid. Ia sengaja tidak menunjukkan rasa cinta itu karena Melody hanya mencintai Rasyid melalui cara yang paling syahdu yaitu mendoakan.

Rasyid hanya salah menerima fakta yang sebenarnya.

"Ya, Allah, kuatkan hatiku. Aku harap rasa cinta ini hanya kepadamu bukan kepada umatmu yang belum pasti untukku." harap Melody. Lalu kembali meletakkan figura foto itu di laci nakasnya paling bawah.

-----SEE U!-----

Assalammualaikum TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang