Part 11 : Pernyataan

311 77 9
                                    

B e n a n g  L a y a n g







Awalnya aku mengira bahwa aku sekedar kagum pada sosok kak Jaehyun yang rupawan. Namun ternyata semua yang kurasakan ternyata melebihi hal itu, aku benar-benar sedang mabuk cinta.

Akhir-akhir ini kak Jaehyun juga semakin menunjukkan perhatiannya di depan anak-anak saat ada rapat. Sampai aku merasa malu sendiri karena perhatiannya.

"Day pulangnya aku anter ya? Sekalian minta izin soal tawaranku kemarin lusa," Ujarnya yang langsung menggenggam tanganku, dan menyuruhku untuk duduk di jok belakang motornya.

"Sebenernya nggak usah repot-repot kak, aku sendiri nggak berekspektasi tinggi sama respon yang bakal dikasih mama sama papa," Jawabku, yang membuatnya menolehkan diri ke belakang.

"Untuk itu aku mau pamit sendiri ke mereka Daday." Kak Jaehyun mengacak rambutku pelan, yang mana membuat pipi ku jadi semerah tomat akibat ulahnya.

Angin sepoi-sepoi menerpa rambut hitamku yang panjang, berboncengan dengannya membuatku tersenyum sendiri. Rasa halunasi ku muncul terlalu besar. Langsung ku usik tatkala motor kak Jaehyun sudah berhenti di depan rumah. Detak jantungku menjadi lebih cepat karena  harus membawanya masuk kerumah.

"Selamat malam om tante," Sapanya pada mama dan papa yang sedang menonton TV diruang keluarga.

"Masuk-masuk Jae." Papa mempersilahkannya untuk duduk. Aku pun ikut mendudukkan diri disebelah mama. Fikiranku kosong, aku tidak tahu mau menerka apa yang akan jadi jawaban orang tua ku, karena jujur aku terlalu takut. Selama ini aku tidak pernah pergi berkencan, bahkan dengan Wooseok pun. Mama mengetahuinya hanya sebagai teman tidak untuk pacar dan mantan pacar.

"Mau minum apa Jae? Tumben kesini malem-malem." Mama sudah menghilangkan sisi penuh senyumnya, hal inilah yang cukup membuatku khawatir.

"Nggak usah tante, saya cuma sebentar kok."

"Mau bicara soal sumbangan atau gimana Jae?" Tanya papa. Sumbangan yang dimaksud adalah sumbangan dari perkumpulan pekerja satu komplek, dan kebetulan papa adalah ketua perkumpulan itu, dan tiap tahun kartar selalu mendapat jatah sumbangan tersebut.

"Oh bukan om. Jadi begini, saya berencana mengajak Dahyun pergi saat tahun baru, sehingga saya kesini mau minta izin." Suasana cukup tegang, bahkan aku sendiri sampai sulit menelan saliva.

"Memangnya kalian siapa? Udah pacaran?" Tanya mama dengan tatapan penuh menyelidiknya.

"Iya tante, maaf sebelumnya saya belum pamit soal berpacaran dengan Dahyun," Aku sampai tidak tahu akan berbicara apa pada mama. Diriku sendiri cukup terkejut.

"Gimana pa?" Aku hanya berdoa dalam hati, semoga semuanya tidak berujung penolakan.

"Boleh Jae, lagian si Daday juga nggak pernah keluar kalo tahun baru. Tapi ingat jaga baik-baik anak om satu ini." Nafas lega keluar begitu saja dari sistem pernafasanku, aju juga mampu melihat senyum kak Jaehyun mengembang.

Setelah mengucap terima kasih dan berpamit, aku mengantarkan kak Jaehyun ke depan. Sekalian menutup gerbang, karena sudah malam.

"Kak Jae tunggu." Aku menahan tangannya agar kak Jaehyun tak langsung pulang.

"Kenapa Day?"

"Mmm, so-soal yang tadi. Kenapa kak Jaehyun bohong?"

"Biar kita bisa keluar bareng Day hehe."

"Oh yaudah kak." Aku menghela nafas pelan dan berbalik hendak masuk kerumah.

"Day, kamu mau nggak jadi pacarku? Benaran bukan bohongan," Tanya kak Jaehyun tiba-tiba yang membuatku menghentikan langkah.

Benang Layang ; Dahyun X Jaehyun NctTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang