EPISODE 02

3.6K 434 78
                                    

SELAMAT MEMBACA

"Yang Mulia, apakah malam ini anda ingin menginap di kamar saya?" tanya Liona.

Liam yang tengah menyandarkan tubuhnya pada sofa dengan mata terpejam hanya diam saja.

Pada malam pertama Liam bangun dengan tubuh telanjang bersama Liona di kasurnya. Ia tidak ingat apapun  kecuali kondisi  kasur  telah berantakan, pakaian mereka berserakan serta tanda kemerahan pada sekitar area tubuh Liona. Dan tidak lama setelahnya kabar kehamilan Liona ia dapati. Setelah itu Liam tidak pernah menyentuh Liona sama sekali dan lebih memperhatikan anak-anaknya.

"Yang Mulia..."   Liona kembali bersuara.

"Bukankah sudah ku katakan sebelumnya bahwa aku tidak akan sekamar denganmu?" tanya Liam dengan raut wajah datar.

"Aku hanya bertanya," jawab Liona.

"Liona, haruskah aku mengatakan hal ini?" tanya Liam sembari menegakkan tubuhnya yang menyandar lelah pada sofa.

"Katakan saja, Yang Mulia."

"Sebenarnya aku masih ragu tentang malam pertama kita, walaupun sudah belasan tahun berlalu," ujar Liam.

Liona tampak berpikir keras untuk membalas ucapan Liam.

"Kalau begitu Yang Mulia juga ragu dengan anak-anak yang telah lahir dari rahim saya?"

Seketika Liam diam. Pria itu memalingkan wajahnya.

Liona harus bermain kotor jika Liam sudah curiga. Ia sungguh takut jika perkataan ayahnya benar. Bagaimana jika Liam mengetahuinya? Apakah ia dan kedua anaknya akan dihukum mati? Liona sangat takut!

Liona mendekati Liam, memangkas jarang di antara mereka akan tetapi, Liam langsung menahan tubuh Liona dengan sebelah tangannya. Tatapan Liam menajam serta penuh kemarahan ketika menghujam netra Liona.

"Jangan lancang! Bukannya sudah ku katakan bahwa aku tidak mencintaimu? Aku tegaskan ini, agar kau tahu diri. Aku menikahimu dengan terpaksa demi lahirnya seorang pewaris kerajaan."

Liona menarik dirinya menjauh kemudian menunduk pada Liam.

"Maaf jika saya lancang, Yang Mulia."

"Kau mulai melakukan cara kotor setelah bertemu ayahmu. Aku tidak tahu apa yang dikatakannya, tapi jangan pernah bawa ajaran ayahmu kemari!" tutur Liam kemudian meninggalkan Liona di kamarnya.

Liam sungguh benci wanita seperti itu, padahal ia sedang tenang-tenangnya beristirahat. Liam melangkahkan kakinya menuju tenpat dimana Alexis, Ansei serta Aiden berkumpul sembari menikmati makanan dan beberapa cangkir minuman di saat jam luang kerjanya.

"Yang Mulia, datang," Ansei menyikut Alexis serta Aiden secara bersamaan.

Mereka langsung membungkuk hormat kepada Liam dan menarik kursi untuk Liam duduk. Pria itu memakai piama bewarna putih dengan V kneck yang lebar dan terbuka sehingga memperlihatkan sebagian otot perutnya. Dia terlihat begitu lelah setelah duduk menyandar pada kursi.

"Tuangkan teh," titah Liam pada  salah satu pengawalnya.

Alexis menuangkan teh pada Liam dengan telaten kemudian mereka bertiga duduk sejajar.

LIAM OSMOND✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang