EPISODE 06.

2.8K 390 55
                                    

SELAMAT MEMBACA

Eliot sangat bahagia ketika Auris datang dengan sendirinya ke mansion dan meminta maaf atas tindakannya yang meninggalkannnya selama belasan tahun. Eliot tidak tahu kenapa tiba-tiba Auris datang padahal beberapa hari yang lalu terus kabur jika bertemu dengannya.

Auris kembali menempati kamarnya yang dulu. Kondisi kamar masih sama akan tetapi, suasannya yang sangat berbeda. Rasanya hampa sebab ayah dan ibunya tidak ada, sedangkan Eliot telah berkeluarga. Dari awal, Auris sangat berharap untuk hidup bahagia akan tetapi, ia merasa tak layak sebab sudah banyak nyawa yang hilang karena dirinya.

"Aku ingin hidup dengan bahagia. Memakai gaun yang indah, menghadiri acara-acara para wanita bangsawan kelas atas lalu memiliki kekasih. Tapi, aku tidak merasakannya. Hanya pertarungan, harum darah serta perdebatan yang selalu mengitari," gumam Auris.

Auris menghampiri jendelanya kemudian memandang keluar mansion. Perkotaan masih saja sama hanya wajah-wajah baru yang ia dapati sejak meninggalkan kota. Namun, saat ia melempar pandang ke depan mansion, tatapannya bertabrakan dengan pria iris merah dengan tatapan tajam. Pri itu tengah menunggangi kuda dan berhenti sembari menatapnya dengan lekat dari kejauhan.

Auris cepat-cepat menjauh dan menutup pintu akan tetapi, pria dengan iris merah tadi sudah lebih dulu masuk ke dalam kamarnya, benar-benar pergerakan cepat sehingga Auris tidak mampu berkelit. Pria itu telah berada di belakang Auris yang menutup jendela kamarnya.

"Kenapa selalu menghindariku?" tanya pria itu.

"Anda melewati batas," ujar Auris.

Pria itu bukannya mundur dan menjauh justru memeluk Auris dari belakang sembari menempelkan dahinya pada bahu Auris.

"Auris, kumohon kembalilah padaku," lirihnya.

Auris berusaha melepaskan tangan kekar yang melingkar pada perutnya namun, cukup sulit sedangkan pria itu melonggarkan tangannya dan langsung memutar tubuh Auris menghadapnya.

"Jangan seperti ini, kumohon," pinta Auris dengan wajah menunduk. Ia sungguh tidak mampu menahan sesak di dadanya ketika pria itu menatapnya begitu dalam dan penuh kehangatan.

Pria itu adalah Liam. Pagi ini ia datang untuk mengawasi Irzel akan tetapi, ia justru merasakan aura Auris yang berada di sekitar kediaman para bangsawan. Akhirnya Liam memutuskan untuk ke mansion Eliot untuk memastikan dugaannya dan ketika sampai ia justru melihat Auris yang memandang lekat perkotaan dari dalam kamarnya melalui jendela.

"Auris aku mencintaimu," ujar Liam akhirnya.

"Apakah anda tidak bosan mengatakan hal itu?" tanya Auris.

"Dan kau, apakah tidak bosan menolakku?" tanya Liam.

Auris mendecih dan memalingkan wajahnya sedangkan Liam mencegahnya dengan cepat menggunakan kedua tangannya yang langsung menangkup wajah Auris dan terus menatapnya.

"Aku tidak akan melepaskanmu untuk pria lain," tutur Liam kemudian melepaskan tangkupannya dan melompat keluar jendela.

Auris hanya memandang kekosongan di hadapannya setelah kepergian liam yang meninggalkan kalimat tadi dalam pikirannya.

Tapi, dugaannya kembali salah. Pria itu bukannya kembali menunggangi kudanya. Justru menuntutnya semakin dalam halaman mansion.

Tidak lama kemudian pintu kamarnya diketuk dan di sana ada Lithia.

"Ada apa kak?" tanya Auris.

"Yang Mulia tiba, kau mau menyapanya?" tanya Lithia.

Auris terdiam. Tidak mungkin ia mengatakan bahwa sebelum bertamu melalui pintu depan, pria itu telah lebih dulu menyelinap melalui jendela kamarnya.

LIAM OSMOND✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang