EPISODE 15

2.7K 356 90
                                    

SELAMAT MEMBACA

Auris terus memperingati dirinya untuk tidak mengurusi masalah Liam, akan tetapi itu gagal sebab sekarang Auris justru membantu Zeline serta Sion saat kesulitan memasuki istana. Seharusnya tidak masalah apalagi Zeline memiliki izin masuk tetapi, dia bukan lagi bangsawan jadi itu sulit. Sion dan Zeline berterima kasih pada Auris berkali-kali sedang Auris tidak memperdulikannya dan segera masuk ke dalam pesta.

Auris melangkah dengan anggun, tidak seperti biasanya. Dia berjalan dengan angkuh sembari menghampiri Lithia yang tampak terdiam saja setelah Eliot pergi untuk berbincang dengan Liam. Auris bisa lihat dari posisinya bahwa Liam yang duduk di singgasanannya tengah berbicang dengan Eliot dan Auris juga bisa lihat Liona yang terus menebar senyum. Jika perkataan Zeline benar, rasanya Auris jadi sedih sebab Liam akan sangat terpukul.

"Kakak tidak mengajak Ayres?" tanya Auris.

Lithia yang melamun langsung tersadar ketika Auris menghampirinya. Ia jadi lebih tenang.

"Dia tidak mau," jawab Lithia.

Auris hanya mengangguk mendengar jawaban Lithia. Pandangan Auris mengedar kemudian jatuh pada segerombolan wanita yang tengah berbincang. Sudut bibir Auris terangkat kemudian dia izin pada Lithia untuk pergi sejenak menyapa beberapa orang.

Batriece serta Persya terkejut tatkala Auris menghampiri mereka.

"Oh, senang bertemu anda, Orthess," kata Persya dengan senyum miring begitu Batriece.

Auris bisa lihat para pasang mata wanita bangsawan memandang rendah ke arah Lithia kemudian jatuh pada dirinya.

Auris mendekati Batriece kemudian berbisik.

"Aku sudah memperingatimu, berhati-hatilah."

Kemudian Auris menjauh dari Batriece kemudian melempar pandang pada Zintia yang baru mendekat sembari membawa segelas minuman. Auris mendekatkan dirinya pada Persya kemudian berbisik.

"Perhatikan apa yang akan terjadi pada temanmu," bisik Auris sembari menatap Zintia yang berjalan mendekat dengan lekat.

Persya menoleh ke arah Auris dengan alis terpaut. " Apa yang coba kau lakukan?"

"Itu," jawab Auris singkat kemudian pergi begitu saja.

Dan setelahnya terdengar jeritan Zintia serta suara pecahan.

Batriece serta Persya terkejut ketika melihat Zintia tiba-tiba terjatuh bersamaan cangkir yang ia pegang sehingga salah satu serpihan pecahan pada cangkir memantul dan menusuk bola mata Zintia. Darah mengalir dari mata kiri wanita itu, Auris tersenyum puas sembari mendekati Lithia yang panik begitu pun tamu undangan lainnya. Zintia segera dibawa pergi agar suasana pesta tidak kacau dan Liam tidak marah. Batriece serta Persya manatap Auris dengan ketakutan. Mereka melihatnya sendiri, pasti Auris yang melakukannya.

Auris ingin menyiksa Batriece, akan tetapi matanya malah menangkap pria yang membuatnya gembira beberapa hari lalu. Auris berlari dengan senyum lebar sehingga Liam yang duduk di singgasananya dan terus memperhatikan Auris dari jauh melebarkan matanya.

"Apa yang membuatnya tersenyum selebar itu?"

"Guru!"

LIAM OSMOND✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang