BAGIAN 17

1.9K 309 43
                                    

Selamat membaca

Auris terengah-engah, keringat membasahi tubuhnya begitupun Claude yang ikut terengah-engah namun masih mampu tersenyum dan menyodorkan air minum kepada Auris.

"Kau sangat hebat tapi masih jauh dariku," kekeh Claude.

Auris yang telah meneguk habis minumamnya langsung berdecak mendengar hal itu, ia jadi terbawa suasana hingga lupa bahwa Claude adalah gurunya.

"Aku menganggap hal tadi olahraga bukan petarungan," kata Auris dengan kekehan tertahan.

Claude tergelak lalu menepuk pelan puncak kepala Auris.

"Kau sudah sangat hebat bagiku," tutur Claude dengan senyum tipis.

"Terima kasih," jawab Auris kemudian melempar pandang beberapa pelayan membawa selembaran ke arahnya.

"Ini, Orthess," kata pelayan tersebut sembari memberi selembar pada Auris kemudian izin undur diri.

Auris mendapati dua gambar diri di sana serta berita eksekusi.

"Dari kerajaan?" tanya Claude.

Auris mengangguk kemudian menyodorkan selembaran tersebut pada Claude.

Claude melotot melihat hal yang tertera di sana. Foto Ratu serta pria asing terlukis di sana dengan pemberitahuan waktu eksekusinya.

"Apa yang terjadi?" tanya Claude.

"Liona berselingkuh di belakang Yang Mulia."

"Seorang Raja tampan, kuat dan ditakuti sepertinya saja dikhianati wanita. Ini berita yang menggemparkan," komentar Claude.

"Ah! Eksekusinya hari ini, mau pergi bersama?" tanya Auris pada Claude.

Claude langsung mengangguk.

****

"Bagaimana dengan kedua putra kita?" tanya Liona pada Sion yang berada dalam satu sel dengannya. Isak tangis Liona pecah, sungguh ia tidak berdaya. Apapun harus ia lalukan demi anak-anaknya. Tidak ada ibu yang rela menggugurkan anaknya, maka dari itu Liona lebih baik berbohong kepada Liam.

"Maafkan ketidak berdayaanku," lirih Sion.

Sion telah menceritakan segalanya pada Liona kenapa ia tidak ada saat itu.

"Ini semua salah Ayahku! Seharusnya kita bersama dan hidup bahagia tetapi dia kelewat serakah akan kekuasaan," kata Liona masih dengan tangisnya.

Derap langkah terdengar, mereka berdua menghentikan percakapannya dan memandang ke asal suara. Liona sangat terkejut ketika Liam datang bersamaan dengan ayahnya yang telah diringkus dengan kedua tangan yang diikat oleh cahaya kebiruan agar tidak kabur.

"A-ayah," lirih Liona.

Ayah Liona memandangnya dengan tatapan murka tetapi ada rasa sedih yang terselip pada tatapannya. Ia mengalihkan pandangannya pada Sion yang menatapnya dengan berang.

"Keserakahanmu membuat putri bahkan cucumu menderita!" raung Sion.

Mendengar perkataan tersebut ayah Liona langsung tersentak, tatapan murkanya tergantikan tatapan bersalah, ia jadi teringat kedua cucunya yang sudah besar itu.

"Sebelum eksekusi dimulai, lebih baik kalian berbicara atau saling menyesal sambil menangis," ujar Liam kemudian mendorong ayah Liona masuk ke dalam sel yang dibuka oleh prajurit kemudian ditutup kembali.

LIAM OSMOND✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang