EPISODE 08

2.3K 336 37
                                    

SELAMAT MEMBACA

Auris terkekeh ketika mendapati kakaknya di lantai dasar tengah kewalahan dengan hadiah-hadiah yang berdatangan ke mansionnya. Seakan menyadari bahwa seseorang menertawainya saat ini, Eliot memutar tubuhnya dan mendapati Auris yang telah mengubah tingkah lakunya dengan berpura-pura tidak melihat apapun sambil bersiul-siul meninggalkan posisinya.

"Anak itu benar-benar!" kesal Eliot.

Sekitar jam 09.00 pagi, utusan para bangsawan datang ke mansion dengan maksud memberi hadiah untuk Auris dengan seluruh alasannya yang sama. Mereka mengatakan bahwa itu adalah hadiah yang diberikan sebab indahnya tarian yang dipersembahkan Auris. Kemudian, berita juga mulai tersebar mengenai Auris yang ternyata masih hidup dan tidak menggunakan topeng, hal yang cukup mengejutkan sebab Liam telah mengumumkan kematian Auris secara terhormat kepada seluruh rakyat akan tetapi, tiba-tiba dia muncul dan langsung terkenal di kalangan para bangsawan dan tentunya hal itu telah memicu keirian para wanita bangsawan pula.

Dan dari sekian banyaknya hadiah, hanya ada satu yang paling berbeda dan tidak berlebihan. Seorang pria yang mengaku ksatria milik seorang saudagar kaya raya datang paling terakhir dan memberikan sebuah kota kayu dengan ukiran kuno namun, ia enggan memberikannya pada Eliot sebab tuannya menyuruh bahwa pemegang pertama hadiah tersebut adalah Auris.

"Siapa tuanmu?" tanya Eliot.

Ksatria tersebut membungkukkan tubuhnya dengan rendah kemudian kembali tegak. " Maaf, saya tidak bisa memberitahukan identitas beliau," ujarnya.

Eliot hanya mengangguk-angguk dengan ekspresi lelah kemudian meninggalkan kstaria tersebut kepada kepala pelayan agar segera dilayani sedangkan dirinya memanggil Auris.

Tidak lama setelahnya Auris menghampiri ksatria tersebut sedangkan Eliot tidak ikut bersamanya. Auris duduk di sofa yang berhadapan dengan ksatria tersebut.

Ia langsung berdiri dan menundukkan kepalanya pada Auris.

"Maaf telah menganggu waktu anda, Nona," tuturnya dengan sopan.

Auris mengangguk kemudian menyuruh ksatria tersebut kembali duduk.

"Apa yang hendak kau sampaikan?" tanya Auris.

Ksatria itu menyodorkan dengan sopan sebuah kotak kayu dengan ukiran kuno di atas meja kaca.

"Tuan saya sangat tertarik dengan Nona. Dia mengatakan bahwa ini bukan hadiah melainkan sebuah lamaran pertemanan," paparnya.

Auris menahan tawa mendengarnya. Sungguh unik sekali pengirim hadiah ini.

"Siapa tuanmu?" tanya Auris.

"Saya tidak bisa memberi tahukannya, Nona. Tetapi, beliau bilang akan segera menyapa anda saat perjamuan besar di kerajaan nanti."

"Selain itu anda bisa membukanya," sambungnya sembari melirik kotak kayu itu.

Auris meraih kotak itu dan membukannya. Dari sebrang sana, si ksatria mengamati ekspresi apa yang akan ditunjukkan oleh Auris setelah melihat benda itu sebab ia tidak tahu barang apa yang tuannya berikan pada Auris akan tetapi, tuannya berpesan agar dia memperhatikan raut wajah Auris ketika telah membuka kotak.

Auris tidak menujukkan ekspresi senang atau semacamnya kecuali raut datar yang memikat. Namun, tidak lama setelahnya wanita itu tersenyum lebar hingga matanya yang besar itu menyipit seperti bulan sabit.

Auris mengangkat kepalanya untuk menatap ksatria yang telah terbuai dengan ekspresinya.

"Katakan pada tuanmu bahwa aku sangat menantikan sapaannya," tutur Auris.

LIAM OSMOND✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang