BAGIAN 19

1.6K 287 121
                                    

Selamat membaca

Dua bulan kemudian...

"Seandainya mereka berdua bukan orang yang kuhormati, lebih baik kakak kunci saja rumah jika mereka datang."

"Kau terlalu galak pada semua pria. Maka dari itu kau masih lajang! Memangnya kau tidak mau menikah?"

Auris mendengus dan memandang hadiah-hadiah yang terus berdatangan dari istama serta kediaman Claude. Dua pria itu tidak henti-hentinya mengirim hadiah belum lagi hadiah dari pria lain juga ada.

"Mereka berusaha mencuri perhatianmu, kau tahu."

"Aku tidak suka hadiah-hadiah seperti ini."

Eliot serta Lithia mengembuskan napas mereka. Auris sudah berumur 30-an dan belum menikah juga.

"Yang Mulia akan datang kemari besok pagi untuk melamarmu sebagai menantunya jadi persiapkan dirimu," ucap Eliot.

Seasang mata Auris melebar.

"Jangan mengada-ngada!"

"Yang dikatakan Eliot, benar adanya, Auris," timpal Lithia.

Auris menyentuh kepalanya dengan kedua tangan lalu berjalan mondar-mandir.

"Bagaimana bisa aku menghadapinya."

"Auris, posisi ratu telah kosong selama dua bulan. Kami membutuhkan seorang Ratu selain itu, para bangsawan telah mengakui kemampuanmu."

"Ratu dan Raja menginginkan wanita yang cocok untuk memimpin kerajaan ini serta Liam," imbuh Lithia.

"Apa kau tidak ingat keinginan ayah dan ibu?" tanya Lithia.

Seketika mata Auris mendelik lebar lalu berujar lirih, " Menjadi Ratu."

Eliot tersenyum, "Pikirkanlah baik-baik keputusanmu."

*****

Paginya, di kediaman Eliot telah kedatangan Kenzo, Kiera serta Liam. Kedatangan mereka cukup menyuri perhatian beberapa bangsawan yang berada di sekitar rumah Auris sebab pedati mewah berisi hadiah berdatangan dalam jumlah banyak.

Saat ini, mereka semua telah duduk di sofa pada ruang tamu. Kenzo dan Kiera memunggu jawaban Auris, mereka telah mengatakan maksud kedatangannya kemari. Biasanya pihak kerajaan akan mengadakan pemilihan calon Ratu di istana dan akan diseleksi, tapi kali ini mereka justru datang langsung ke rumah calon Ratu.

"Uhm, kalau kau tidak bersedia, kami akan pulang dengan harga diri yang hancur, beberapa bangsawan telah mengetahui niatan kami kemari." Kenzo berujar pelan.

"Ayah," desis Liam.

"Aku menerima lamaran ini," jawab Auris.

Seketika Liam melotot dengan tangan kanan menyentuh dada lalu berujar, "Bisa kau ulangi sekali lagi?" pinta Liam.

"Aku bersedia menikah denganmu," tegas Auris lagi.

Mendengar hal yan lebih menyenangkan membuat Liam langsung menutup wajahnya dengan kedua tangan, jantungnya berdebar tak karuan.

LIAM OSMOND✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang