EPISODE 05

2.8K 393 98
                                    

SELAMAT MEMBACA

Liam terdiam dengan wajah menunduk. Perkataan Auris membuatnya sadar diri sedangkan Auris memilih pergi begitu saja meninggalkan Liam.

"Kau mau pergi lagi?" tanya Liam sehingga Auris yang belum jauh pergi harus menghentikan langkahnya.

"Itu bukan urusanmu," setelahnya Auris benar-benar pergi dan Liam masih saja menunduk dengan memandang lekat permukaan tanah.

"Kalau saja kau tahu aku menikah karena terpaksa, akankah kau mau berada di sisiku?"

Liam melangkah dengan gontai untuk meninggalkan tempat itu. Pakaiannya yang basah kuyup mungkin akan mengering selama perjalanan kembali, ah Liam sudah tidak perduli. Seharusnya ia dan Auris melepas rindu, seperti saling membalas pelukan dan menanyakan kabar selama ini. Namun, pertemuan ini membuat jarak diantara mereka makin menjauh.

Sudah selama ini Liam tersiksa dengan perasaannya pada Auris dan setelah bertemu kenapa ia harus merelakan Auris pergi begitu saja? Liam mengeritkan giginya kemudian memutar tubuhnya untuk mengejar Auris kemudian menggapai wanita itu walaupun usahannya akan gagal berkali-kali, Liam tidak akan berhenti hingga Auris benar-benar menjadi miliknya.

Sedangkan Auris terus berjalan untuk mencari jalan keluar dalam hutan. Ia menangis telah mengatakan hal yang kejam pada Liam. Padahal hubungan mereka akan baik-baik saja jika dulu Auris menerima perasaan Liam dan tentunya semua akan baik-baik saja sebab Liam akan melindunginya dari segala marabahaya seperti penyerangan Fregya yang bekerja sama dengan vampir muftin untuk membuatnya tertidur panjang.

"Itu bukan urusanmu."

"Aku benar-benar jahat telah mengatakan hal itu kepada Liam," gumam Auris kemudian melangkah dengan cepat untuk meninggalkan tempatnya.

Perkataan Lian terus saja terlintas dalam benaknya. Pria itu memang benar, apakah orang yang ia tinggalkan selama ini baik-baik saja atau tidak? Raut wajah Eliot menunjukkan betapa rindunya ia kepada dirinya.

"Aku belum punya alasan untuk kembali," tutur Auris.

****

Liona berlari kemudian memeluk Liam.

Suaminya itu baru kembali setelah matahari tenggelam dengan penampilan yang kacau.

"Lepaskan," titah Liam pada Liona.

Liona melepaskan pelukannya.

"Aku mengkhawatirkanmu," ujar Liona.

Liam memandang lekat Liona sebelum akhirnya melewati wanita itu begitu. saja sehingga para pelayan yang mengekori Liona hanya mampu menunduk dan berpura-pura tidak melihat ketidak harmonisan tersebut.

Liam memasuki kamarnya kemudian menyuruh para pelayan menyiapkan kolam pemandiannya. Akan tetapi, ia justru bertemu seorang pria muda yang baru saja masuk bersama Matteo dan menghadap padanya.

"Maaf, Yang Mulia. Saya datang untuk memperkenalkannya kepada Anda," ujar Matteo.

Liam mengangkat sebelah alisnya.

"Siapa?"

"Perkenalkan nama saya Irzel Jreiza. Saya adalah kstaria Yang Mulia Kenzo," ujarnya dengan tubuh membungkuk.

Liam berjalan mendekati sofa dan duduk di sana dengan kaki bertumpu serta kedua tangan yang bersedekap di dada.

"Ada apa?"

Irzel memandang Liam dengan tegas, dia tidak terlihat takut sama sekali dengan tatapan Liam walaupun begitu  ia akui bahwa tatapan itu lebih mengerikan dari pada Kenzo.

LIAM OSMOND✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang