BAGIAN 20

2.5K 292 167
                                    

Selamat membaca

Claude memegang undangan yang baru saja dibagikan untuknya, raut wajahnya tidak terlihat begitu senang sama sekali bahkan matanya tampak berkaca-kaca.

"Ternyata duda jauh lebih menarik di mata Auris," gumamnya.

Padahal hari ini ia telah berniat mengunjungi Auris dengan membawa kedua orang tuanya, tapi ia keduluan. Memang, jika sudah menyukai wanita lebih baik langsung melamarnya sebab bukan hanya dirinya yang menyukai wanita tersebut.

"Tuan, apakah sesuatu melukaimu?" Pelayan pribadi yang baru saja masuk ke kamar Claude sedikit terkejut melihat mata Tuannya berkaca-kaca.

Claude mengangguk.

"Apa saya perlu memanggil tabib?"

"Tidak perlu, luka ini tidak bisa disembuhkan oleh Tabib manapun."

"Kita tidak tahu jika belum mencobanya, Tuan."

"Hatiku tergores melihat undangan ini," katanya sambil memperlihatkan undangan yang ia pegang.

Seketika raut wajah Pelayan tersebut menjadi datar, seperti ada buruk gagak yang melintas di antara mereka.

"Tuan... " panggilnya.

"Ada apa?"

"Apakah anda menyukai Yang Mulia maka dari itu, anda menolak semua wanita yang dikenalkan oleh ayah anda?" tanya Pelayan tersebut.

"Maksudmu, aku menyukai sesama jenis?!"

"Ah, anu... "

"Aku menyukai Auristela Fidelya, kau tahu, aku sedang patah hati dan kau memperburuk suasana hatiku dengan pemikiran bodohmu itu!" ketusnya.

"Ah, pantas saja anda mengatar hadiah ke kediaman Tuan Eliot! Aku pikir anda menyukai Tuan Eliot maka dari itu ke sana, ternyata anda menyukai adiknya."

"Keluar atau bulan ini aku potong setengah gajimu!"

"Maaf Tuan! Lagi-lagi saya salah bicara! Saya pamit undur diri!" sesalnya dengan tubuh membungkuk lalu pergi.

Claude memijat pelipisnya, kalau saja Pelayan pribadinya itu adalah orang baru, sudah ia pecat sejak awal, pelayan itu bodoh namun, orang yang sangat jujur dan setia.

"Ngomong-ngomong, aku harus membawa pasangan ke sana. Padahal aku selalu membayangkan bahwa aku dan Auris menikah sedangkan Liam akan menghadiri pesta tanpa pasangan kemudian aku akan menahan tawa, haaa dari awal sainganku lebih unggul," lirihnya sambil memandang undangan tersebut.

*****

Dua hari kemudian..

Auris meringis saat gaun pernikahan yang ia kenakan terlalu ketat pada tubuhnya, ia melirik Lithia yang tampak tersenyum ke arahnya, kakak iparnya itu, yang membantunya memakai gaun, berdandan bahkan membantunya dalam segala hal saat hari pernikahan saat ini.

Pernikahan ini sangat mewah sebab Liam bahkan mengundang rakyat biasa juga untuk merayakan di luar kerajaan sedangkan dalam kerajaan dipenuhi bangsawan-bangsawan.

"Apa kau sudah siap?" tanya Lithia.

Auris mengangguk kemudian ia keluar dari ruangan tempatnya berada, saat keluar ia menemuka Bridesmaid yang siap menggirngnya saat berjalan di altar. Auris begitu cantik dengan gaun pernikahan yang ia kenakan, kedha tangannya memegang sebuket bunga myrtle.

Ia mulai melangkah menuju altar, para tamu terpesona melihat betapa cantiknya Auris.

Liam tertegun, pria itu tidak mengedipkan matanya sama sekali bahkan memalingkan wajahnya dari Auris, wanita itu seperti menghipnotisnya.

LIAM OSMOND✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang