EPISODE 03

3.5K 402 102
                                    

SELAMAT MEMBACA

Liam mengenakan pakaian biasa untuk menghadiri turnamen kecil yang diselenggarakan pada perkotaan.

"Jangan gunakan belatimu saat pertarungan." Liam menasehati Asyres.

"Kenapa?"

"Belatimu sangat berbahaya. Bibimu selalu menggunakan belati untuk menyerang orang-orang luar biasa kuat di tempat berbahaya bukan di turnamen kecil seperti ini," kata Liam.

Ayres memandang lekat wajah Liam yang bahkan masih terlihat muda walaupun umurnya telah memasuki kepala tiga.

"Paman, sebenarnya bibiku itu seperti apa di mata paman?" Ayres bertanya dengan penasaran.

Liam tersenyum. " Vampir pembunuh yang menawan. Dia sangat cantik dan berani. Kau tahu, dia wanita pertama yang menolak paman."

"Paman.. " Ayres memanggil Liam.

"Ya?"

"Do'a, kan aku dapat kekasih seperti bibi dan tidak ditolak pada pertemuan pertama," ujar Ayres sehingga Liam terkekeh kecil.

"Sudahlah, masuk ke arena sana!" kata Liam.

Ayres mengacungkan jempolnya seraya berlari memasuki arena. Kepala sekolah serta beberapa guru hadir sebagai panitia di sana sedangkan Liam bersembunyi pada kerumunan masyarakat yang datang untuk menonton.

Wush!

Tubuh Liam menegang, kepalanya agak terangkat karena terkejut dengan aura yang ia rasakan dalam hitungan detik barusan. Mata Liam bergerak ke belakang namun, yang ia temukan hanya segerombolan  orang-orang yang berdesakan.

Bahana pecah di sekitarnya ketika di arena terjadi pertarungan sengit. Akan tetapi, Liam tidak bisa fokus karena hatinya merongrong suasana.

"Maaf," kata Liam sembari menerabas kerumunan.

Liam menajamkan penglihatannya, setelahnya ia mengembuskan napas dengan gusar. Padahal Liam yakin bahwa aura yang ia rasakan sama persis dengan milik Auris. Walaupun begitu, ia harus sadar bahwa Auris telah meninggal dan tidak mungkin berada di sini.

"Paman, apa kau baik-baik saja?"

Lamunan Liam buyar ketika seorang gadis seumuran Ayres menyentuh tangannya.

"Ah, ya," jawab Liam kemudian kembali ke kerumunan.

Ariana mengangkat sebelah alisnya kemudian mencibir, " Paman yang aneh."

Ariana menoleh ke belakang kemudian terkejut sebab tidak menemukan gurunya.

"Kemana guru?" tanya Ariana.

"Peserta selanjutnya, urutan tiga!"

Fokus Ariana beralih setelah mendengar seruan dalam arena. Arian tersenyum lebar kemudian melompat dalam satu kali hentakkan. Tentu saja hal itu mengejutkan seluruh orang termasuk Ayres yang telah beradu pandang dengan Ariana.

"Sudah dua pertarungan dan belum ada yang lolos. Aku harap bukan cara masukmu saja yang keren akan tetapi, cara bertarungmu juga." Ayres mencibir dengan raut wajah angkuh.

LIAM OSMOND✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang