Jennie

1K 109 4
                                    

H
A
P
P
Y
💕
R
E
A
D
I
N
G
🎉

[▪]

Jika ditanyakan apa yang Jennie rasakan saat ini jawabannya hanya satu, ingin menyudahi semua ini. Rasa bersalah kepada Iris yang semakin besar dengan semakin jauh dan renggangnya hubungan antara Iris dan Nanda. Tapi apa yang bisa dia lakukan sekarang ? Bahkan Nanda juga semakin menghindarinya.

Beberapa kali Jennie berusaha mendekati Nanda hanya ingin sekedar berbicara tentang Iris tapi gadis itu selalu melangkah pergi setiap melihat kehadirannya. Jennie ingin mengembalikan semua seperti awal tapi itu tidak mungkin. Dia bingung harus bagaimana, bahkan menyesal sekarangpun sudah tak berguna lagi.

Dari kejauhan Jennie melihat Nanda sedang berjalan dengan beberapa temannya, tidak ada salahnya mencoba lagi pikir Jennie yang langsung berlari kecil menuju Nanda.

" Nan, gue mohon sebentar aja. Gue mau ngomong. " Jennie berusaha menahan Nanda dengan memegang tangan Nanda.

" Lepasin tangan gue. "

" Sorry. Tapi gue mohon Nan, sebentar aja. "

" Mau ngomong apa loe ?" Tanya Nanda dingin

" Soal Iris, kumohon sekali ini aja. "

" Gue ada kelas sekarang. "

" Oke sebisa loe kapan Nan please. "

" Kalau mau tunggu aja 2 jam lagi selesai kelas gue. "

" Oke gue tunggu di bangku taman kampus. Makasih Nan sebelumnya. "

" Loe ngapain sih Nan masih aja mau ngomong ma dia kita mah ogah ya guys, jijik banget. " celetuk salah satu teman Nanda dijawab dengan anggukan dari teman yang lain.

" Dah aahh yuk cabut daripada telat. "

Jennie masih bisa mendengar dengan jelas pembicaraan itu walaupun sakit tapi inilah konsekuensi dari kesalahan yang dia pilih karena bercerita dengan orang yang salah tentang dirinya.

Jennie melangkahkan kaki kembali duduk di taman kampus, sebenarnya dia ada kelas tapi dia memilih duduk dan menunggu Nanda. Dia tidak mau kehilangan kesempatan untuk bicara dengan Nanda karena entah kapan lagi dia mendapatkan kesempatan ini.

30 menit berlalu, satu jam, satu setengah jam, dua jam sudah berlalu tetap tidak ada tanda kehadiran Nanda. Mungkin dosennya masih belum selesai tunggu aja sebentar lagi pikir Jennie.

Tiga jam sudah Jennie menunggu Nanda tapi tidak ada tanda - tanda Nanda akan datang. Jennie menatap langit yang mulai mendung menandakan sebentar lagi mungkin langit akan ikut menangis dengannya.

Sambil menghela nafas pelan Jennie mengedarkan pandangannya kembali mencari sosok seorang Nanda tapi nihil bahkan kampus sudah mulai sepi.

" Mungkin dia lupa langsung pulang. Aahh ya sudahlah belum rejeki. " Jennie semakin menunduk meratapi nasib.

" Pulang yuks mau hujan lho. "

" Lho Iris kok disini ? Mang ada jam kuliah ?"

" Ngga ada tadi cuma kumpulin revisi skripshit aja terus liat kamu malah bengong disini, kenapa ?"

" Oh, ngga papa lagi malas pulang aja. "

" Ya udah yuk ikut aku aja kalau malas pulang. Jangan disini bentar lagi hujan aku ngga bawa payung. " tangan Iris menarik pelan tangan Jennie untuk berdiri dan berjalan mengikutinya.

Selama perjalanan tidak ada yang memulai pembicaraan hanya ada keheningan dan suara hujan yang mulai turun. Hanya sesekali Jennie melirik ke arah Iris yang sedang menyetir mobilnya entah kemana.

" Kita mampir sebentar ya Jen. Aku mau kasih titipan dosen pembimbing ke Nanda. "

Jennie secara otomatis menatap Iris setelah dia menyebut nama Nanda.

" Kalian udah baikan ?"

" Memang sejak kapan aku ma Nanda jahatan ?"

" Iris, aku serius. "

" Aahh, kan aku udah bilang Jen. Aku ngga ngerasa marahan sama Nanda. Kalau dia diem mau jauhin aku terus aku harus gimana ? Yang bisa aku lakuin ya bersikap biasa sewajarnya. Oke mungkin kamu bakal bilang kenapa aku ngga ada usaha buat deketin dia ajakin ngomong, iya kan ?" Iris melirik Jen yang hanya mengangguk dan kembali fokus kearah jalanan.

" Aku juga ngga tahu kenapa Jen rasanya enggan banget menegur Nanda duluan. Kamu inget aku pernah bilang kasih peer ke Nanda kan ? Saat itu aku nanya ke dia, kalau mang seandainya aku sama kayak kamu, dia masih mau ngga jadi sahabatku ? Tapi dia hanya diam terus pergi gitu aja. "

" Ya ampun Ris, ngapain sih kamu pakai nanya gitu ke Nanda apalagi kamu udah tau dia aja ke aku gimana. Lagian kamu itu beda Ris jangan samain gitu. "

" Haha, memang kamu tahu pasti Jen ? Ngga kan ? Ngga bakal ada yang tau Jen. Lagipula itu aja kan aku masih pakai seandainya belum tentu benar juga kan. "

" Tapi kamu malah rusak persahabatan kamu Ris. Dan itu cuma gara - gara aku, ngga worth it tau Ris. "

" Dah sampai bentar aku kasih ini dulu ke Nanda. Kamu tunggu aja disini ngga bakal lama kok. "

Jennie memandang Iris yang berlari kecil menuju rumah Nanda. Tampak Nanda membukakan pintu dengan wajah terkejut mendapati Iris didepan rumahnya.

" Ternyata mang udah pulang, bodoh banget sih aku. Mana mau dia duduk berdua ngomong sama aku. " guman Jennie.

Masih memandang Iris yang berbicara dengan Nanda menjelaskan beberapa hal yang tentu saja titipan dosen pembimbing mereka. Tanpa sengaja mata Nanda bertemu pandang dengan mata Jennie dan lagi - lagi terlihat dari ekspresi wajah Nanda sedikit terkejut. Iris kembali berlari kearah mobilnya setelah beberapa menit berlalu.

" Ngga lama kan ?" Begitu dia masuk ke mobil dan bertanya pada Jennie

" Ngga kok santai aja. Kenapa ngga sekalian mampir selesain masalah kalian dulu ? Aku bisa pulang kok naik taksi Ris. "

" Jen, jangan kamu kira aku ngga tahu kamu udah beberapa kali coba ngomong sama Nanda tapi selalu dia cuekin. Termasuk hari ini juga kan kamu udah berapa lama nunggu dia di taman ?"

Skak mat Jennie hanya diam menatap Iris seakan lidahnya kelu.

" Aku juga manusia Jen. Bisa ngrasa kesel, marah, dan semua yang kamu dan Nanda rasain. Aku diem bukan berarti aku ngga tahu atau ngga peduli. Jujur aku kecewa dengan Nanda karena dia lakuin ini ke kamu. Kalau memang dia ngga mau ketemu dan bicara sama kamu setidaknya jangan beri harapan palsu nyuruh kamu nunggu dia kayak tadi. "

" Ngga perlu di jawab aku tahu dah berapa lama kamu duduk disana sampai kamu bolos kuliah cuma demi Nanda. "

Iris menjalankan mobilnya terlihat dari wajahnya yang belum pernah Jennie lihat selama ini. Menahan amarah atau lebih tepatnya seperti merasa sedih dan kecewa.

" Kamu jangan marah sama Nanda. Mungkin dia lupa. "

" Hahaha dia ngga lupa Jen. Dia bahkan keluar kelas 30menit lebih awal kamu tahu ngga ?" Jennie hanya menggelengkan kepala

" Aku lihat teman kelasnya menunjuk kearahmu dan dia langsung membuang muka berjalan keluar kampus hahaha aku bahkan udah ngga kenal lagi sama sahabatku sendiri. "

Jelas terdengar rasa kecewa dari nada bicara Iris saat ini. Seakan tidak percaya dengan apa yang telah dia lihat seakan Nanda telah berubah menjadi sosok yang berbeda.

Jennie hanya menatap keluar jendela mobil menikmati suara hujan yang semakin deras turun menguyur bumi. Apa dia harus menghilang agar Nanda dan Iris kembali seperti dulu lagi. Jika Jennie bisa berkata egois, kalian tidak tahu apa yang aku rasakan saat ini. Tapi Jennie juga harus mengerti mereka akan mengatakan hal yang sama karena pada dasarnya semua manusia egois hanya berbeda kadar.



[▪][▪]


Jangan lupa Vomment 💕
😘

When I become Us ( Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang