Chapies #13

11K 2.4K 571
                                    

Beomgyu pusing. Seriusan pusing saat keluar kelas dan langsung disuguhi pemandangan Taehyun yang tersenyum padanya. Dia sampai berhenti dulu di ambang pintu kemudian lanjut jalan kembali karena terlalu sadar diri. Katanya mana mungkin Taehyun datang jauh-jauh ke gedung IPS hanya untuk bertemu Choi Beomgyu.

"Kok saya ditinggal, Beomgyu?"

Nyatanya memang mencari Choi Beomgyu kok.

"Ngapain? Jauh-jauh kesini pasti ada maksud, kan?"

To the point saja. Beomgyu malas berurusan dengan manusia yang suka memporak-porandakan hati.

"Saya pernah janji mau pergi bergi berdua sama kamu waktu itu. Jadi, ayo?"

Taehyun mengulurkan tangannya. Beomgyu  memandang uluran tangan Taehyun selama beberapa detik. Otak dan hatinya berperang hebat antara menerima atau mengabaikan.

Kapan lagi bisa begini? Ayo, Choi Beomgyu jangan disia-siakan! ─ kata hati

Katanya mau move on? ─ kata otak.

"Kemana? Kalo gak jelas tujuannya, gue gak mau."

Beomgyu mengabaikan uluran tangan Taehyun dan memilih melipat kedua tangannya di depan dada, tatapannya dia ubah seangkuh mungkin. Mau jual mahal ceritanya.

"Kamu maunya kemana?"

"Terserah. Kan lo yang ngajak."

"Bakso depan aja yuk?"

Beomgyu menimang-nimang. Bakso depan sekolah itu enak. Enak banget malah. Favoritnya dan Haechan ya disitu. Tapi kalau cuma depan sekolah, paling hanya butuh kurang dari lima menit buat sampai lalu setengah jam untuk makan dan antri. Terlalu sebentar. Dia ingin berlama-lama dengan Taehyun.

"Mau seblak deket rumah Jisung aja."

"Yuk, tapi nanti kasih tau jalannya ya."

Seblak dekat rumah Jisung itu yang terenak. Menunya lengkap juga. Poin pentingnya adalah rumah Jisung itu jauh dan warung seblaknya selalu ngantri panjang. Beli sekarang bisa datang satu jam kemudian.

"Bentar, ini lo mau bayarin kan?"

"Iya, Beomgyu. Berapaan sih harga seblak? Kamu mau bungkus buat orang rumah juga saya masih mampu bayarin."

"Kalau buat satu sekolahan masih mampu gak?"

"Saya nyerah kalo itu. Yuk, keburu kesorean nanti."

Taehyun berjalan lebih dulu. Beomgyu mengekori dengan raut wajah sebal serta mendumel sendiri. Memprotes mengapa Taehyun tak mengulurkan tangannya lagi kemudian mereka akan saling bergandengan tangan menuju parkiran. Menyesal dia tadi menolak uluran tangan Taehyun.

#####

Acara makan seblak berdua dengan Taehyun gagal karena Hyunjin mencegatnya dan berbisik akan ada tawuran besar-besaran. Taehyun memang prioritas tapi solidaritas tetap yang utama. Beomgyu sekarang sudah siap bertempur walau bukan dibaris terdepan kali ini.

Yang depan siapa? Choi Yeonjun, kakaknya sendiri. Dengan mengalungkan gir di leher serta tongkat baseball di tangan, Yeonjun sudah siap mempertaruhkan nyawa demi mengharumkan nama sekolah.

Beomgyu tak tahu asal mula tawuran ini berlangsung. Apalagi ini empat sekolahan yang berpartisipasi. Sampai pensiunan macam Yeonjun dan antek-anteknya yang sudah kelas dua belas turun tangan berarti perkaranya bukan main-main.

"Beomgyu, ayo pulang."

Tawuran baru setengah jalan dan Beomgyu dikejutkan dengan Taehyun yang tiba-tiba menarik tangannya.

"Lo ngapain disini?"

"Mau ngajak kamu pulang."

"Anjir, Taehyun lo bisa bonyok kalo disini. Mending lo yang pulang."

"Saya gak akan pulang kalo gak sama kamu."

"Bangsat, kalo mau pacaran jangan disini woy."

Hyunjin mengomel dan Beomgyu cukup peka kawannya itu sedang menyindir. Dia makin bingung saja. Melihat Hyunjin yang tak suka dan Taehyun yang tetap teguh pada perkatannya.

Beomgyu baru bisa berpikir jernih saat melihat darah di lengan Taehyun yang merembes dari seragam putihnya. Taehyun sempat terkena sabetan celurit saat menerobos untuk mencari Beomgyu tadi. Dia bahkan menerobos sampai jalur terdepan dan sempat adu jotos juga dengan siswa sekolah tetangga.

"Taehyun, lo berdarah..."

Beomgyu langsung menggulung lengan seragam Taehyun hingga menampilkan luka panjang segaris yang terus menerus mengeluarkan darah. Taehyun memang tadi menggulung seragamnya sampai siku kemudian merapikannya lagi saat tangannya terluka. Berniat mencoba menutupi lukanya.

"Ayo ke UKS. Bu Eunha selalu stay di UKS kalau mau ada tawuran."

Beomgyu mengalah. Dia meninggalkan medan perang dengan menarik Taehyun. Luka Taehyun yang terus menerus mengeluarkan darah tidak bisa dianggap remeh. Walaupun itu hanya sebuah garis panjang.

"Lima menit lagi polisi bakalan kemari."

"Lo ngadu ke polisi?!"

"Abang kamu yang nyuruh. Dia juga yang minta saya buat jemput kamu. Katanya Choi Beomgyu bakalan nurut kalau saya yang nyuruh pulang."

"Gue mau pulang karena keadaan lo berdarah-darah gini ya."

"Saya inget pelakunya. Satu sekolah sama Hitomi. Nanti saya tanyain ke Hitomi."

"Ngapain ke Hitomi? Gue juga hapal kok biang-biangnya tawuran di sekolah tetangga."

"Sekalian nanya kabarnya Hitomi."

"Basi banget lo nanyain kabar. Kalau Hitomi masih hidup, berarti dia masih baik-baik aja."

"Jadi, saya harus nanya ke kamu aja?"

"Iya ke gue aja. Entar gue bales orangnya terus gue pap ke lo."

"Gimana caranya? Kamu sama saya aja gak punya nomor masing-masing."

"Ohh jadi ini lo mau modus minta nomor gue? Kasih gak ya?"

"Saya bisa minta ke abang kamu. Ke Renjun juga bisa. Minjoo juga bisa. Gak perlu langsung dari kamu."

"Dih cupu gak berani minta langsung."

Mereka lupa diri. Asik mengobrol sampai suara sirene mobil polisi dianggap angin lalu. Mereka tetap jalan berdampingan kembali menuju sekolah sambil saling bertukar candaan dan tertawa bersama.

Tuhan, Beomgyu mau Taehyun. Cuma mau Taehyun. Sungguh Taehyun saja sudah cukup. Kalau Taehyun tidak mau, paksa saja agar mau. Buat Taehyun agar tidak bisa hidup tanpa Beomgyu. Janji nanti Beomgyu akan jadi anak baik.

Koi No Yokan ; TaegyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang