Beomgyu bingung dimana letak salahnya. Dia lagi-lagi diseret ke ruang kesiswaan. Kali ini oleh Pak Namjoon, guru matematika sekaligus wali kelasnya. Waktu istirahatnya terpotong gara-gara Pak Namjoon tiba-tiba memanggilnya lewat speaker sekolah. Satu kantin langsung menoleh kearahnya semua. Menerka-nerka Choi Beomgyu buat ulah apalagi hari ini.
"Kamu kerjain ulang tapi soalnya beda."
"Loh kenapa, Pak? Saya yakin kok nilai ulangan harian saya pasti seratus."
"Kamu pikir saya gak tau kalau kamu sumber contekan kelas?"
"Bapak jangan bercanda. Masa saya yang apa-apa kena remedial tiba-tiba jadi bandar contekan?"
Beomgyu adalah contoh nyata anak IPS yang sosiologi dan geografi selalu remedial. Akutansi dan ekonomi selalu selisih satu dengan nilai kkm. Apalagi kalau sudah sejarah, bisa sampai ditinggal tidur. Nilainya hanya bagus di olahraga dan matematika. Bahasa juga hancur lebur. Pokoknya dia selalu jadi peringkat terbawah.
"Gak usah sok merendah. Matematika kamu paling tinggi seangkatan ya semester kemarin. Iya kan, Chaeryoung?"
Chaeryoung, siswi peraih peringkat satu paralel di IPS, mengangguk. Beomgyu tersenyum dengan sangat bangga. Bahkan Chaeryoung saja masih kalah nilai matematikanya dengan Beomgyu.
"Pak Seokjin, titip Beomgyu ya. Saya ada urusan."
"Aduh, Pak Namjoon saya bosen banget ngeliat Beomgyu. Tiap minggu pasti masuk ruang kesiswaan."
Beomgyu mau protes tapi tertahan saat dia melihat Taehyun serta Chaeryoung yang berada disebelah Pak Seokjin. Sudah dua minggu dia tak bolak-balik ruang kesiswaan padahal. Citranya jelek kembali di depan Taehyun.
"Pak, kok soalnya begini? Bapak gak ngajarin yang begini loh?"
"Sama aja. Itu lebih diperdalam. Soal bekas anak IPA kemarin."
Pak Namjoon keluar dari ruang kesiswaan setelah berkata demikian. Beomgyu sudah mulai berniat mengerjakan tapi dia lupa kalau tak bawa alat tulis sama sekali. Mau tak mau dia menghampiri Pak Seokjin yang sedang duduk disofa bersama Taehyun dan Chaeryoung.
"Pak, mau minjem pensil."
"Ini pake punya saya aja."
Beomgyu sudah mati-matian agar tidak melirik Taehyun. Fokus langsung meminjam pada Pak Seokjin. Sampai lupa jika dia bisa pinjam pada Chaeryoung juga.
"Gyu, lo cuma punya setengah jam doang ngerjainnya. Abis ini kelas lo ada ulangan geografi kan? Tadi Bu Yerin cerita di kelas gue."
Chaeryoung berkata seperti itu saat pandangannya bertemu dengan Beomgyu yang sedang mengambil tempat pensil yang diberikan Taehyun.
"Nanti bapak yang bilang sama Bu Yerin. Kamu santai aja ngerjainnya. Waktunya disamain kayak tadi kamu ulangan."
"Jangan, Pak. Nanti kalau ikut susulan gak bisa call a friend sama mode tengok kanan kiri. Setengah jam cukup kok."
Beomgyu mulai mengerjakan. Dia mengisi meja bundar yang biasa digunakan untuk konseling. Tak terlalu jauh jaraknya dengan sofa yang ditempati Pak Seokjin dan dua muridnya yang sedang berdiskusi perihal olimpiade tahunan. Itu saja yang Beomgyu dengar karena dia fokus mengerjakan.
"Taehyun doang, Pak. Saya enggak kok."
"Kok saya? Kamu juga ya, Chae."
"Kapan? Gak ya. Gue mana pernah begitu."
"Waktu itu kamu pernah. Masa saya doang yang inget?"
"Aduh anak jaman sekarang suka gak tau tempat kalau pacaran. Udah ya urusan rumah tangganya ditunda dulu."
Beomgyu langsung buyar seketika. Dia sudah sampai nomor sepuluh padahal. Tinggal sedikit lagi dan dia mendadak lupa semua. Konsentrasinya hilang total.
"Pacaran sama Taehyun? Gak lah, Pak. Selera saya bukan kayak dia."
"Udah ganteng, pinter, tajir lagi. Masih kurang apalagi saya, Chae? Masa masih ketolak?"
"Diem ah, Taehyun! Gak lucu ya!"
Sudahlah Beomgyu menyerah. Nomor sepuluh dia biarkan terisi dengan jawaban sedapatnya. Dia memasukkan pensil dan penghapus kedalam tempat pensil milik Taehyun. Dengan langkah gontai dan wajah tertekuk, dia menghampiri sofa.
"Pak, udah nih."
"Loh udah? Masih ada sepuluh menitan lagi. Yakin mau dikumpulin?"
Beomgyu mengangguk cepat. Dia beralih pada Taehyun untuk mengembalikan tempat pensil. Tak ada kata terimakasih ataupun basa basi untuk berpamitan, dia main langsung keluar dari ruang kesiswaan.
"Anak itu kenapa lagi sih? Pusing bapak kalau udah disuruh ngadepin Beomgyu."
Pak Seokjin memijat keningnya. Serius Beomgyu itu benar-benar memusingkan. Kadang seperti anak kucing kadang juga seperti beruang madu yang siap menerkam orang. Hari ini menjadi siswa yang paling penurut, ramah serta sopan. Besoknya dia sudah buat kasus baru lagi. Sampai Pak Seokjin kehabisan kata-kata untuk menasehati.
"Bapak gak tau ini dia beneran ngisi atau cuma asal-asalan. Taehyun mau coba lihat? Sekalian koreksi juga boleh."
Pak Seokjin memberikan kertas ulangan Beomgyu pada Taehyun. Obrolan yang sempat terputus kembali disambung oleh Pak Seokjin. Kali ini hanya berdua dengan Chaeryoung karena Taehyun mulai mengoreksi jawaban Beomgyu.
Sejauh mata memandang, rumus serta cara yang digunakan Beomgyu sudah benar. Taehyun tak tahu apa hasilnya juga benar atau tidak. Sampai akhirnya dia menemukan sebuah tulisan panjang di bawah jawaban nomor sepuluh. Dia menyunggingkan senyum saat membacanya dan buru-buru mengambil pensil.
Kepada
Bpk. Namjoon YthMaaf pak kalau jawaban saya nomor sepuluh salah. Kalau salah, omelin aja Chaeryoung sama Taehyun yang bercanda-canda gemes sama Pak Seokjin. Mau juga dibercandain sama doi. Tapi gak boleh bawa perasaan soalnya perasaan saya ke dia gak sebercanda itu, Pak. Hehehe
ps. solusi dong pak biar dinotice gebetan?
Taehyun menulis balasannya tepat dibawah coretan Beomgyu.
Ini udah dinotice kok.
Sayang sekali kertas ulangannya akan diserahkan pada Pak Namjoon bukan pada Beomgyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Koi No Yokan ; Taegyu
Fanfic(n) the extraordinary sense upon first meeting someone, that you will one day fall in love tentang Choi Beomgyu dan rasa sukanya pada Kang Taehyun yang semakin meletup di kemudian hari.