Ke-Satu

147 15 10
                                    

Gadis cantik dengan kulit kuning langsat dan rambut kuncir kudanya. Namanya Nindy Arumnika, katanya sih nama belakangnya artinya matahari terbit dari kata arunika, itu menurut bahasa sansekerta. Kini ia sedang berlari pagi memutari komplek rumahnya.

Ditengah perjalanan, ntah mimpi apa Nindy semalam. Nindy bertemu dengan Frederick Jonathan, biasanya dipanggil Jo. Cowo reseh yg selalu membuat Nindy kesal.

"Lo kenapa sih ngikutin gw terus, dimana-mana selalu ada lo" ucap Nindy yang sangat geram karena Jo selalu bertemu dengan Jo dimana pun ia berada.

"Eh peaakk, rumah kita kan satu komplek. Ya ketemulah, kalo lo gak mau ketemu gw, pindah rumah aja sana" balas Jo tak mau kalah.

"Gw tuh bosen ketemu lo terus sampe sekolah pun selalu sama, dari SD, SMP, sampe SMA sekarang. lo gak bosen apa ngikutin gw mulu? HAH??" Nindy mengeluarkan unek-uneknya kepada cowo reseh satu ini.

"Gak perduli, mau lo satu sekolah kek sama gw, mau satu rumah kek sama gw, mau jungkir balik kek didepan gw. Gw mah gak perduli" ucap Jo enteng.

Nindy sangat gemas kepada cowo yg sedang berada didepannya ini. Ingin sekali Nindy tonjok hidung mancungnya itu.

"Awas gw mau pulang!" bentak Nindy.

"Dih, kalo mau pulang mah pulang aja. Apa perlu gw gendong ala bridal style gitu?" ucap Jo dengan wajah yg terlihat mengejek.

"Jijik, gak bakal gw mau digendong sama lo"

"Siapa juga yg mau gendong lo, berat" balas Jo tak mau Kalah.

"Liat aja kalo gw punya pacar, yg pertama kali gw pamerin yaitu LO!" Nindy menekankan nadanya pada kata 'Lo'.

"Kayak ada yg mau aja sama cewe yang naik darah mulu"

Wajah Nindy terlihat merah padam, ia sudah tak bisa berpikir lagi untuk membuat cowo didepannya ini jera.

"Kenapa diem? katanya mau pulang? owh lo masih kangen ya sama gw?" kata Jo sembari membuat senyuman yg terlihat tak begitu manis bagi Nindy.

Nindy tak mau membalas perkataan Jo, jika dia membalas tetap saja ia akan kalah dengan Jo. Lantas ia langsung pergi begitu saja dengan menabrak pundak Jo, dan Nindy tertawa senang saat Jo kesakitan saat ditabraknya.

♤♤♤


Jo menyapa Bu Niken, yang tak lain dan tak bukan adalah Ibu dari Nindy. Jo berkunjung kerumah Nindy untuk bermain playstation bersama kakak kandung Nindy.

"Bunda, Bang Aldo ada,?" tanya Jo kepada Bu Niken.

"Eh kamu Jo, ada masuk aja" jawa Bu Niken.

Jo kemudian melangkahkan kakinya masuk kerumah cewe yang sangat tidak suka dengan dirinya ini.

Benar saja, baru saja Jo melangkah masuk dan langsung saja disambut dengan cewe yang tempramen itu.

"NGAPAIN LO KESINI???" ucap Nindy dengan nada tak suka.

"Terserah gw dong, emang lo siapa berani larang gw?"

"Gw pemilik rumah ini, kenapa?" tantang Nindy yang tak mau kalah dengan cowo reseh ini.

Tanpa menjawab lagi, Jo langsung naik kelantai dua rumah Nindy dan tak menghiraukan teriakan Nindy yang begitu melengking kesegala penjuru rumah.

♤♤♤

Nindy menghampiri Bundanya yang sedang berada didepan rumah.

"Bunda kok ngebolehin cowo reseh itu masuk sih"

Bu Niken yang sedang bersantai pun terkejut saat putrinya secara langsung mengeluh kepadanya.

"Cowo siapa yang kamu maksud? Jo?"

"Iyalah Bun, siapa lagi"

Bu Niken hanya tersenyum menanggapi putrinya ini. "Ya biarin aja"
"Jangan terlalu benci sama dia nanti jadi suka loh"

"Ihh, Bunda sama ngeselinnya kayak dia"

Nindy kemudian masuk menuju kamarnya yang terletak disamping kamar kakaknya itu. Ia berniat ingin masuk kekamar kakaknya itu, tetapi setelah teringat bahwa didalam ada cowo reseh itu, ia mengurungkan niatnya.

Sekarang Nindy berada dikamarnya, ia tengah memikirkan tentang perkataan Bundanya tadi. Amit-amit, gak bakal gw suka sama cowo yang resehnya minta ampun. mau nyebutin namanya aja males. Nindy berbicara didalam dirinya sendiri. Nindy sudah terlalu kesal dengan cowo yang bernama 'Jo' itu.
Mana mungkin ia akan suka dengan cowo yang selalu membuatnya naik darah terus. Yang ada ia akan benci dengan cowo itu.

Tak lama, Nindy dipanggil oleh Bundanya untuk memberi camilan kekamar kakaknya itu. Dengan berat hati ia melakukan hal itu, padahal ia sangat tak ingin masuk kekamar kakaknya itu karena ada Jo. Tapi ia tak mungkin menolak permintaan Bundanya sendiri.

Dengan membawa senampan kue kering dan juga minuman dingin, Nindy langsung masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu.

"Eh, makasih " ucap Jo yang menyadari bahwa Nindy masuk membawa camilan untuknya dan kakaknya.

"Gak usah sok terima kasih deh" ucap Nindy

Aldo yang melihat tingkah kedua insan ini hanya menggelengkan kepalanya dan kembali fokus dengan permainannya.

Setelah itu Nindy keluar dari kamar kakaknya itu dan memilih untuk merehatkan badannya.

Sehabis membaca tinggalin jejak atuh...

Jo&NindyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang