Ke-Empatbelas

29 9 0
                                    

Sebelum membuka puisi yang diberi oleh Jo kepadanya, Nindy membersihkan badannya terlebih dahulu. Setelah ia selesai mandi, Nindy duduk dikursi dekat jendela kamarnya dan membaca puisi yang ditulis Jo.

Satu kata dibacanya sampai dengan yang terakhir. Nindy membaca ulang untuk memahami sejenak, ia tersenyum. Nindy paham sedikit-sedikit tentang diksi dipuisi. Ia tersenyum lebar, dan selanjutnya ia menempelkan puisi tadi di samping puisi yang telah ia dapatkan dari kantong jaket Jo waktu itu.

Hari menjelang temaram, sudah waktunya istirahat dan menikmati bintang dilangit malam. Malam ini Jo maupun Nindy tak bertemu. Mereka mungkin mau istirahat dan besok juga bakal ketemu pikir mereka.

Dikamar, Jo sedang berbaring menatap langit-langit kamarnya. Tak ada hal menarik untuk ditulisnya malam ini. Sebenarnya langit sedang bagus-bagusnya ditambah lagi dengan taburan bintang dan sang luna yang bersinar terang dilangit hitam. Membuat kelam seakan menghilang.

Sudah sekitar 2 jam ia berbaring dikamarnya, ia sama sekali tak ingin tidur. Ingatannya kembali menyerang, kelam yang semula menghilang kini datang menerjang. Bayang-bayang akan keluarga utuhnya terbawa lagi. Agghh Jo mengerang didalam kamarnya, ia mengacak-acak rambutnya.

Jo memaksakan matanya untuk tidur, besok ia harus sekolah. Jo tak mau jika besok bangun kesiangan dan terlambat kesekolah.

♤♤♤

Pagi hari, dengan matahari yang sudah mulai muncul sedikit. Jo segera bergegas mandi dan menyiapkan bukunya. Sepertinya hari ini Nindy tidak kerumah, pikir Jo sambil memasukan bukunya kedalam tas. Kemudian ia segera mengambil kunci motornya dan segera pergi kerumah Nindy.

Siapa tahu, ada makanan yang bisa dimakan untuk sarapan. Setelah sampai Jo kemudian masuk dengan memberikan salam kepada Bu Niken yang berada diruang makan.

"Baru aja aku mau kerumah kamu" ucap Nindy yang sedang membawa kotak makan untuk Jo.

"Yaudah makan disekolah aja, biar kalian enggak telat" kata Bu Niken.

Mereka berdua mengiyakan dan kemudian berangkat menuju sekolah.
Nindy segera memakai helm dan langsung naik kemotor Jo.

Bu Niken melambaikan tangannya, "hati-hati, jangan ngebut ya Jonathan" ucap Bu Niken.

"Iya bunda" jawab Jo.

Dan kemudian mereka melaju menuju sekolah. Diperjalanan Nindy memeluk Jo tanpa melepaskannya.

"Ternyata enak ya meluk kamu" kata Nindy sambil tersenyum.

"Iyalah, dulu kan kamu gak mau deket saya, selalu jadi angin badai dan sekarang....."

"Jadi angin pantai" ucap mereka bersamaan

"Gak kreatif banget, masa kata-katanya itu mulu. Katanya penulis puisi"

"Sebenernya ada banyak kata-kata yang indah, tapi untuk puisi yang nanti bakal saya kasih ke cewe yang ada dibelakang saya ini" jawab Jo.

Penumpang yang berada dibelakang Jo hanya tersipu malu. Nindy menutup kaca helmnya agar Jo tak dapat melihat wajah merahnya. Nindy selalu melakukan hal seperti itu jika Jo berhasil membuat dirinya tersipu malu.

Jalanan terlihat agak lenggang. Jo semakin menancapkan gas nya. Tak butuh waktu lama mereka pun sampai disekolah.

Nindy turun lebih dulu dan memberikan helm yang dikenakannya kepada Jo. Nindy bertanya, sarapannya mau dimakan dikelasnya atau dikelas Jo saja. Jo hanya menjawab, kelas kamu aja.

Jo&NindyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang