Ke-Limabelas

20 6 0
                                    

Tiga hari sebelum Ujian kelulusan dilaksanakan.

Tiga orang tengah berkumpul diruangan rumah Bu Niken tinggal. Nindy, Rita dan juga Jo. Mereka sedang membahas soal-soal yang mungkin akan keluar juga pada Ujian nanti. Pikir mereka.

Ketiga manusia itu sangat fokus memperhatikan soal yang mereka bahas. Sebenarnya Jo sangat tidak suka belajar pelaharan sekolah. Ia lebih memilih belajar dari pengalaman atau pun hal yang dia suka saja.

Baginya, dia sangat suka akan kebebasan. Karena belajar disekolah itu seperti dikekang oleh peraturan yang sangat tidak masuk akal. Bayangkan saja, guru mengajar satu mata pelajaran. Sedangkan kita? para siswa, harus mempelajari semua mata pelajaran dan dituntut harus bisa semua.

Itu sebabnya Jo menyukai puisi. Menurutnya puisi itu buas. Puisi itu liar. Dan puisi itu bebas.

Balik lagi ke mereka yang tengah asyik belajar. Sekitar 2 jam setengah mereka fokus belajar. Dan dipertengahan, Jo angkat tangan dan memilih keluar untuk mengobrol dengan Bunda.

Ia duduk disamping Bu Niken yang tengah bermain ponselnya ditaman depan. Jo hanya ingin menanyakan pendapat kepada Bu Niken. Ia selalu bertanya pendapat kepada Bu Niken sebelum melakukan hal yang mungkin akan ia jalani.

Jo bertanya bagaimana jika dirinya kembali bekerja dikafe. Dijawabnya oleh Bu Niken, Sebaiknya Jo berfokus kepada Ujian ini. Jika sudah lulus, kamu boleh melakukan apapun yang kamu mau. Jo hanya mengangguk menimpalinya.

Pikiran Jo bimbang. Ia ingin ke Jogja dan membangun kafe disana. Tapi pacarnya berada diJakarta. Jo sangat tidak percaya dengan yang namanya LDR. Sangat jarang sekali bahwa LDR itu dapat berhasil. Pasti diujung akan ada hal yang menyakitkan terjadi.

Setelah dari luar ia kembali masuk kedalam. Didalam Rita dan Nindy sedang asyik mengobrol dan memakan makanan ringan yang disediakan Bu Niken tadi. Mereka berdua diam saat Jo masuk kedalam, lalu ditatapnya Jo.

Lantas, Jo yang mendapatkan perhatian seperti itu merasa risih. Ada apa dengan kalian? tanya Jo.

Mereka berdua masih menatap Jo, sampai mereka tak tahan untuk tertawa karena melihat ekspresi muka Jo yang sangat lucu.

"Dasar gelo!" ketus Jo.

"Gila-gila gini pacar kamu, bang" jawab Nindy dengan cepat.

"Bang? eww menjijikan dengernya" sahut Rita yang tengah asyik mengunyah.

"Iri aja, jomblo abadi satu ini" balas Nindy.

Terdiam sambil duduk dan memakan camilan. Jo tak menghiraukan dua orang yang telah bersahabat itu. Sebenarnya Jo ingin bermain playstation dengan Aldo. Tapi berhubung Aldo sedang keluar, ia mengurungkan niatnya dan memilih berdiam diri dengan mata memandang televisi dan mulut yang terus mengunyah camilan.

Sekitar pukul 4 petang. Rita memilih untuk pamit pulang. Ia sudah lama disini, sampai lupa waktu. Nindy mengantarnya kedepan sampai menunggu Taksi untuk Rita pulang.

Setelah Rita mendapatkan Taksinya dan melambaikan tangan pertanda sampai jumpa, Nindy masuk kembali kedalam rumah. Kakinya terhenti saat melihat Jo yang sudah pulas tertidur disofa ruang TV.

Lantas ia mengambil langkah pelan agar tak membangunkan Jo. Ia memandangi wajah Jo cukup lama. Sampai Bu Niken memergokinya dan menertawakannya.

Bu Niken menggelengkan kepalanya dan tersenyum. Sudah besar anak saya sekarang, ucapnya dan berjalan kearah dapur.

♤♤♤

Udara sejuk, pepohonannya juga rindang. Jo berjalan menyusuri Kota sejuk itu. Ia melihat seseorang yang sangat ia kenali. Wajahnya persis sekali. Ia sampai tak percaya bahwa bisa bertemu dengannya. Jo melihat Ibunya yang sedang duduk ditaman ditemani oleh seorang lelaki yang menggunakan seragam tentara lengkap.

Jo&NindyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang