Ke-Dua

63 8 2
                                    

pagi yang indah dengan suasana hati yang sumringah. Sebelum cowo reseh itu datang dan dengan sengaja menyenggol lengan Nindy yang tengah berjalan menuju kelasnya.

"Woy! jalan pake mata dong" ucap Nindy dengan nada keras.

"Jalan tuh pake kaki"

"Iihhh lo lagi lo lagi, kenapa sih ngikutin gw mulu"

Jo hanya meringis tanpa merasa bersalah. Jo malah berjalan begitu saja meninggalkan Nindy yang tengah menahan amarah kepadanya.

"SETAN LO!" teriak Nindy.

Jo berbalik, "Setan kok ngomong setan"

Nindy mencoba menahan amarahnya, liat aja gw bakal hajar lo suatu hari nanti!!

♤♤♤

"Kenapa lo dateng-dateng mukanya ditekuk gitu" tanya Rita, teman sebangku Nindy sekaligus sahabat Nindy.

"Ya karena cowo itulah siapa lagi"

"Gak damai-damai lorang berdua, awas aja jadi suka"

"Gw? suka sama dia? iihh gak mungkin bangett"

"Impossible is possible"

Nindy tak mau merespon Rita lagi, ia memilih menenggelamkan wajahnya dilengannya yang ia tekuk diatas meja.

Padahal yang Nindy harap hari ini bisa menjadi hari yang sempurna, tapi nyatanya tidak, setelah cowo yang dibencinya selalu ada dimana².

♤♤♤

Saat ini jam istirahat, Jo sedang berada dikantin untuk sekedar makan. Sedari tadi ia menahan laparnya karena ia tak sarapan pagi tadi.

Jo sudah hampir menghabiskan makanannya dan tiba-tiba cewe yang selalu mengganggunya sejak kelas 11 datang menghampirinya.

"Aku boleh duduk ya" ucap Vena sembari memberi senyuman kepada Jo.

"Kalo mau duduk mah duduk aja" jawab Jo tanpa ekspresi.

Saat Vena sudah duduk, ternyata Jo bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Vena yang bingung. Jo sudah tau maksud kedatangan Vena apa, oleh sebab itu Jo memilih untuk menyudahi makannya.
"Kok malah pergi sih, Jo" keluh Vena saat Jo keluar dari kantin.

Ternyata Nindy memperhatikan tingkah Jo dari kejauhan. Ia juga tengah berada dikantin bersama Rita. "Kok gw seneng ya liat Vena didinginin sama Jo, biar mampus tuh cewe" dari dulu Nindy memang sangat tak suka dengan Vena, karena itu perempuan sangat menyebalkan tingkah lakunya.

Vena melihat Nindy yang tengah menertawai dirinya, "Apa lo liat-liat"

"Dih, terserah gw dong" balas Nindy dan diikuti cecikikan bersama Rita.

Vena yang tak bisa berkutik pun memilih ikut pergi menyusul Jo yang telah pergi duluan.

Sedangkan Nindy masih senang berada dikantin, ia masih berbincang dan tertawa dengan sahabatnya itu.

Saat ini Jo sedang duduk sendiri ditaman sekolah. Ia memang tak suka bergaul, ia lebih memilih menyendiri untuk menikmati hidupnya. Dan lagi-lagi Vena datang dan langsung duduk disamping Jo. Jo hanya pasrah, ia tak tau ingin menghindar kemana lagi.

"Kok pergi sih tadi?" keluh Vena dengan nada manjanya. Ini adalah nada yang paling menjijikan bagi Jo.

Jo tetap diam, ia sama sekali tak menjawab pertanyaan Vena. Bahkan saat Vena duduk disampingnya, ia tak menoleh sedikit pun pada perempuan ini.

Kriiinggg.... Kriiinggg.... Kriiingg....

Ya tuhan, terima kasih atas karuniamu. Jo mengucapkan syukur didalam hati, saat ini ia langsung masuk kekelas dan meninggalkan Vena. Tapi bukan Vena namanya, ia tetap masih mengikuti Jo sampai Jo masuk kelas. kemudian Vena juga masuk kekelasnya setelah Bu Nita datang yang hendak mengajar dikelas Jo.

♤♤♤

Sepulang sekolah Jo buru-buru untuk meninggalkan sekolah. Seperti biasa, setelah sepulang sekolah, Jo bekerja disalah satu cafe yang terdapat di Jakarta. Disana ia menjadi pelayan, dan hanya sepulang sekolah ia bekerja disana.

Ntah kebetulan atau memang takdir, Nindy dan Rita ternyata hendak ke cafe tempat Jo bekerja. Mereka berdua tak tahu menahu bahwa Jo bekerja dicafe tersebut.

Sesampainya disana Nindy dan Rita segera mencari tempat duduk dan langsung memesan minuman yang tersedia disana.

"Loh? Kok lo disini?" Nindy terkejut bukan main. Nindy memang jarang mengobrol dengan Jo. Bertemu saja tidak mau, apalagi sampai mengobrol.

"Mau pesen apa?"

"Jawab pertanyaan gw tadi" tegas Nindy.

"Gw kerja disini"

"Terus? Kok bisa? lo kan anaknya orang kaya"

"Yang kaya orang tua gw, bukan gw"

Nindy hendak bertanya sekali lagi tapi Jo segera menanyakan pesanan apa yang mau mereka pesan.

"Milkshake aja 2" jawab Rita segera.

Setelah Jo meninggalkan mereka berdua untuk membuatkan pesanan mereka, kini Nindy masih bertanya-tanya bahkan ia menanyakan hal itu kepada Rita yang sama tak tahunya dengan dirinya.

♤♤♤

Saatnya pulang, Nindy berpisah dengan Rita saat selesai dari cafe.

Kemudian, setelah sampai rumah, Nindy langsung menemui Bundanya. Tanpa ganti baju dan tanpa meletakan tasnya, Nindy mencari-cari keberadaan Bundanya. Ternyata Bu Niken sedang berada dikamarnya, Nindy segera masuk setelah mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Bun, Nindy mau tanya deh"

"Kamu ini bukannya ganti baju dulu naroin tas dulu, ada pertanyaan penting apasih?"

"Gak penting sih mah tapi... agghh gak tau deh. Bunda tau Jo kerja dicafe jadi pelayan?"

"Tau, waktu itu dia minta pendapat ke Bunda"

"Kan dia anaknya orang kaya, Bun"

"Jadi kamu belum tau ceritanya? jadi orang tua Jo udah berpisah dari awal Jo masuk SMA, dia gak mau ikut Mamanya atau Papanya. Makanya dia milih tinggal dirumah lamanya sendiri, sebenernya soal biaya hidup dia selalu dikasih jatah sama Papanya. Tapi uang itu cuma buat hal-hal yang dia anggap penting aja, dan uang dari kerja itu yang ngehidupin dia."

"Hah? yang bener Bun? kok Nindy gak tau"

"Karna kamu jarang ngobrol sama dia"

"Ya habisnya dia nyebelin Bun"

"Kamu belum kenal aja sama dia"

Setelah mendapat jawaban dari sang Bunda, Nindy keluar dari kamar Bu Niken dan masuk kekamarnya sendiri. Jadi?Jo anak broken home dong? Batin Nindy dalam hati.

Jo&NindyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang