Hal yang paling dibenci oleh Jo, adalah seseorang yang telah meninggalkannya tanpa sepatah kata. dan hari ini, ia datang.
Tepat pukul tiga pagi tadi ia telah sampai di bandara. Jo tak menyadari bahwa hari ini adalah hari yang mungkin akan buruk.
Rasa jelek itu akan terulang lagi, sakit. Kalau mengingatnya, pasti itu kata yang melintas di benak Jo. Pesan masuk dari dm Instagram Jo. Perempuan itu tak dapat menghubungi nomor Jo karena sudah dihilangkan dari ponsel Jo.
Jam tiga pagi, Jo masih di alam mimpi. Sedang menikmati bumi, bersama hati yang tak salah berpijak lagi.
Wanita itu kini sedang menunggu jemputannya. Ia mungkin tidak akan langsung ke rumahnya. Ia akan menunggu hingga matahari menyemburatkan sinarnya.
"Pak, boleh tunggu sampe mataharinya muncul gak?" tanyanya.
"Boleh, Non"
Ia menunggu dengan memandang sepi yang dibalut hitamnya gelap. Ia akan ke rumah Jo pagi ini. Dan jika ke sana sekarang, mungkin ia akan mengganggu tidur Jo.
♤♤♤
Matahari telah menyumbul. Hangat. Sinarnya telah menembus kaca mobil yang ditumpangi wanita itu.
"Mau berangkat sekarang, Non?"
"Sebentar lagi Pak, tunggu mataharinya sedikit ke atas"
"Tidak mau cari makan dulu, Non?"
"Nanti saja Pak, kalau Bapak mau, Bapak makan dulu saja"
Sopir itu keluar dari mobil dan berjalan menuju warung makan. Beberapa waktu kemudian, ia datang kembali dan siap untuk mengantarkan wanita itu ke rumah Jo.
Mobil melaju di atas jalanan hitam. Tidak ada udara segar, hanya ada udara AC mobil.
♤♤♤
Jo terbangun dari tidurnya. Nyenyak. Mimpinya elok. Ia berharap bahwa mimpi seterusnya akan seperti itu. Bersemoga saja.
Ia membasuh mukanya dan setelahnya turun untuk mengambil air minum.
Rindu angin, ujarnya sambil tersenyum sendiri.
Angin yang sesungguhnya menerpa ia saat membuka pintu menuju taman belakang rumahnya. Tapi bukan angin itu yang ia rindukan.
Mungkin sebentar lagi angin itu membawakan sarapannya seperti biasa.
Saat terdiam, tiba-tiba pintu depan terketuk. Jo tersenyum, pasti ini. Ia menuju pintu depan untuk membukakannya. Dengan langkah yang bersemangat ia menuju pintu itu. Lalu setelah membukakan pintu, bibirnya menghilangkan lengkungan manis itu.
"Jo" ucap wanita itu saat melihat Jo berada di hadapannya.
"Cari siapa ya? maaf mba salah rumah, mungkin yang mba tuju adalah rumah depan" ucap Jo seraya menunjuk ke rumah depan.
"Aku minta maaf"
"Udah kedaluwarsa, wajib dibuang, oh iya itu ada kotak sampah di depan, coba buang aja di situ. Terima kasih"
Jo hendak menutup pintunya, namun ditahan oleh wanita itu.
"Diska, udahlah. Dulu lo yang bilang untuk jangan ganggu lo. Padahal waktu itu gw lagi terpuruk, dan lo pergi gitu aja, gak ada percakapan, gak ada alesan yang lo kasih ke gw. Sadar? kalo sadar silahkan jangan menghindar kalau gw suruh lo keluar."
![](https://img.wattpad.com/cover/228482323-288-k43799.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jo&Nindy
Teen Fictionpagi yang indah dengan suasana hati yang sumringah. Sebelum cowo reseh itu datang dan dengan sengaja menyenggol lengan Nindy yang tengah berjalan menuju kelasnya. "Woy! jalan pake mata dong" ucap Nindy dengan nada keras. "Jalan tuh pake kaki" "Iihhh...