Ke-Sepuluh

31 9 2
                                    

Akhir pekan, pagi-pagi Jo bangun untuk berolah raga. Hanya lari mengelilingi komplek, itu lebih dari cukup, menurutnya.

Seperti biasanya, ia selalu bertemu Nindy yang tengah berolah raga juga. Jika dulu, Nindy akan merasa risih jika didekati Jo, kini malah dia yang mendekat ke Jo. Terkadang cewe memang spesies yang aneh.

Hari ini Jo kembali seperti sifat yang sebelumnya, jahil. Ia sesekali menyentuh pinggang Nindy yang membuatnya menggelinjang karena geli.

"Kok gak marah?" tanya Jo, ia sengaja bertanya seperti itu untuk meledek Nindy.

"Mau gw marah? kenapa sih selalu nanya gitu, kan gw udah bilang, gw gak bisa marah lagi sama lo"

"Karena lo suka sama gw?" tebak Jo.

Nindy terdiam dan ia malah menambah kecepatan berlarinya dan meninggalkan Jo. Jo tak menyerah meledek Nindy, ia mengejarnya dan menanyakan hal itu kembali.

"IYA GW SUKA SAMA LO" teriak Nindy dan ia berlari sekencang-kencangnya agar Jo tak melihat wajah merahnya.

Jo berhenti berlari, ia berpikir, apa ini waktu yang cocok untuk mengungkapkan perasaannya?
Jo melanjutkan olah raganya, kini ia tidak berlari, melainkan hanya jalan santai.

Jo melihat Nindy sedang berhenti untuk sarapan bubur ayam. "Mau juga?" Nindy menawari Jo yang menghampirinya itu. Jo menganggukan kepalanya, bertanda 'iya gw mau'.

Selesai sarapan, Jo mengajak Nindy untuk istirahat sebentar ditaman sebelum mereka pulang kerumah.

"Lo beneran suka sama gw?" Jo memberanikan untuk bertanya. Kali ini ia benar-benar gugup, tidak seperti sebelumnya saat berdekatan dengan Nindy.

"Menurut lo?"

"Pertanyaan itu dijawab, bukan dipertanyakan lagi, paham?"

"Gw udah bilang berapa kali ke elo, tapi lo gak percaya kalo gw suka sama lo"

"Bukan gak percaya tapi gak nyangka" Jo memperjelas.

"Kenapa?" tanya Nindy.
"Karena lo pernah benci banget sama gw, kita gak pernah duduk berdua selama ini. Dulu, pasti lo pergi atau marah-marah kalau gw ngikutin lo" jawab Jo dengan panjang lebar.

"Tapi sekarang beda, gw udah gak benci sama lo, gw juga gak tau kenapa"

"Dasar cewe, memang aneh ya"

Nindy mulai bertanya kenapa Jo sangat sabar, saat dulu selalu ia marahi.

Jantung Jo mulai dag dig dug, gak mungkin kan ia jujur kalau ia sudah sejak lama suka dengan Nindy.

Jo akhirnya memberanikan diri, Lo itu cowo Jo tekannya dalam hati.

"Karena gw suka sama lo"

Nindy diam, apa mungkin hari ini?

"Kenapa kita gak pacaran?" tanya Jo.

"Gak romantis banget sih, kalo mau nembak tuh yang romantis kek" omel Nindy.

"Gw gak bisa romantis, gak mau jadi pacar gw?"

"Siapa bilang? kan gw cuma bilang gak romantis bukan gak mau"

"Jadi?" tanya Jo.

"Jadi apanya?" Nindy pura-pura tak tahu.

"Pacarannya" ucap Jo yang terlihat kesal.

"Iya, kita pacaran"

Jo tetap kalem, padahal didalam hatinya ia sedang loncat-loncat kegirangan. Sama dengan Nindy, wajahnya terlihat merah, ia terlihat malu.

Jo&NindyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang