Ke-Tigabelas

28 9 0
                                    

Hari ini, sama seperti hari sebelumnya. Berangkat sekolah, setelah itu memperhatikan pelajaran dan selanjutnya pulang kerumah. Kegiatan terakhir terhenti, saat Jo dipaksa untuk menemui Ayahnya. Nindy tak ikut dengan Jo, ia memilih untuk pulang bersama Rita. Nindy ingin memberikan Jo waktu berdua dengan Ayahnya. Jo pergi sendiri dan menyelesaikan masalah dengan Ayahnya yang bermula dipemakaman  Ibundanya.

Pak Boby membuka percakapan saat sudah bertemu Jo disalah satu kafe dijakarta. Ia ingin menyelesaikan masalahnya dengan anaknya itu. Berharap hal ini tak terulang kembali.

"Jo juga minta maaf Yah, Jo kurang ngajar sama Ayah" Jo mengucapnya sambil menunduk.

"Ayah juga minta maaf, Ayah mau kamu nerusin usaha Ayah setelah lulus kuliah nanti"

"Jadi Ayah nemuin Jo untuk bahas ini?" tanya Jo.

"Ayah harap kamu mau, Ayah ingin kamu yang nerusin" kata Pak Boby.

"Jo pikir-pikir dulu deh, Yah. Jugaan Jo belum kuliah, lulus SMA aja belum"

"Iya, Ayah paham kok"

Ntah berapa lama mereka berbincang. Sangat jarang kejadian ini terjadi. Karena biasanya Pak Boby lah yang sibuk kerja dan tidak bisa menemui Jo seperti ini.

Pak Boby meninggalkan Jo sendiri setelah ia menerima telepon untuk kembali mengurus pekerjaannya, lagi. Setelah sepeninggalan Pak Boby, Jo masih berdiam dikafe. Ia mengeluarkan buku kecil yang selalu ia bawa untuk sekedar menulis puisi.

Terkadang imajinasi yang apik adalah imajinasi yang pertama kali keluar dari kepala. Buku kecil, hitam, terlihat simpel. Selalu berada didalam kantong celananya terkadang dikantong jaket. Tak pernah lupa ia bawa. Ntah sudah berapa banyak puisi yang ia ciptakan. Dari perjalanan hidup yang mungkin jarang lurus kedepan.

Menulis beberapa kata, Jo kemudian menutupnya dan memasukan kembali kedalam kantongnya. Ia beranjak dari dalam kafe dan segera pulang kerumah.

♤♤♤

Tak langsung pulang kerumah, Jo terlebih dahulu kerumah Nindy. Mungkin rindu, karena beberapa jam tak bertemu dengan pacarnya itu.

Nindy langsung menghampiri Jo disaat ia melihat Jo memasuki rumahnya. Ternyata terdapat Rita disana. Rupanya Rita tak langsung pulang kerumahnya, dia mampir dan menemani Nindy untuk mengobrol.

"Berhubung sang pujaan udah dateng, gw pamit ya" pamit Rita, ia sudah lelah. Rita ingin merebahkan dirinya dikasur yang empuk dikamarnya sendiri.

"Yaudah" jawab Nindy dengan cepat.

"Dih, gak ada akhlak emang sama sahabat sendiri"

Kemudian Rita pergi untuk berpamitan dengan Bu Niken. Dan Jo? ia menyandarkan dirinya pada sofa yang menurutnya sangat nyaman.

Setelah mengantar Rita kedepan, Nindy dengan cepat kembali untuk menemui Jo.

Perempuan itu langsung memeluk Jo dengan manjanya. Padahal hanya beberapa jam saja tidak bertemu.

"Lucu ih kamu" ucap Jo.

"Kenapa?"

"Dulu kamu itu angin badai, tapi sekarang kamu jadi angin pantai" ucap Jo sambil menyenderkan badannya di kursi milik Nindy.

"Masa aku disamain sama angin sih, nyebelin. Oh iya mana puisi yang aku minta waktu itu" Nindy menagih kepada Jo. Ternyata masih ingat, pikir Jo.

Jo&NindyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang