prolog

1.3K 48 0
                                    

"apa yang salah denganku? kenapa dunia terlalu jahat dengan memberi hukuman yang begitu kejam?"

"Kamu makan sama bibi dulu ya."

"Angkasa papah lagi sibuk, kamu jangan deket deket dulu."

"Kamu anak nakal! mamah ga suka sama anak nakal."

Masa kecilnya menjadi masa kelam untuk dirinya. Ia tidak diperdulikan, diasingkan membuat nya kini tumbuh menjadi pribadi yang keras.

Ia tinggal bersama omahnya, keluarga yang dianggap keluarga olehnya. segala apapun perintah dari omahnya akan Angkasa turuti, termasuk perjodohan gila itu.

Ia tidak punya siapa siapa, ia hidup pun tidak memiliki aturan. Tidak ada yang melarangnya, kalaupun ada Angkasa tidak perduli.

Angkasa mulai membenci keluarga nya, saat ia diasingkan dari rumahnya sendiri. kakaknya- Aksara, menjadi alasan mengapa harus Angkasa yang pergi. Kakaknya sakit-sakitan, ia selalu merasa iri saat melihat sang adik dapat dengan bebas kesan kemari tanpa harus memikirkan penyakit yang hinggap ditubuhnya.

Orang tua nya terlalu memperdulikan si sulung sampai lupa bahwa ada anak lain yang harus juga diperhatikan.

Angkasa kecil mulai terbiasa dengan, banding membandingkan. Hanya karena pintar, kakaknya lah yang dipuji. Hanya karena tidak nakal kakaknya lah yang selalu dibanggakan.

Angkasa tetap tersenyum, ia memaksakan diri untuk tetap berdiri walau sendiri.

Sampai akhirnya sadar, semua yang dilakukan hanya kesia-siaan. Hidup dengan orang tuanya hanya sebuah kesengsaraan.

Angkasa menjadi laki laki yang tidak pernah tersenyum, sekalinya tersenyum itupun hanya senyum mengejek dan menghina. Mata yang dulu selalu menampilkan binar bahagia kini lenyap tergantikan dengan iris mata kosong yang jika diselami akan ada banyak kepedihan.

Angkasa mengaku kalah, ia selalu dipermainkan oleh takdir.

Orang tua nya meminta nya kembali, memohon bantuan lebih banyak agar ia kembali ke jalan yang benar.

Tapi maaf saja Angkasa itu anak nakal sama seperti yang diucapkan mamanya.

Ia kembali menjadi bayangan untuk kakaknya, hanya untuk mengisi ruang kosong orang tua nya. Angkasa membiarkan nya namun~

Ia torehkan luka yang lebih kejam dari yang ia dapatkan nya sewaktu kecil.

Angkasa memberontak, Ia memandang sengit papanya, ia berikan sorot benci untuk mamanya. Tidak ada cinta dan kasih sama seperti masa kecilnya.

Bahkan orang tuanya tidak tau sesakit apa hati nya saat ia dibedakan, saat ia dibandingkan dan saat dia diasingkan. Bahkan rasa nya masih terasa hingga sekarang, membuat Angkasa harus susah berjalan.

"Angkasa~" mamanya memanggil sendu, putra bungsunya bahkan tidak menoleh padanya.

Harusnya sedari dulu ia sadar, tak apa membagi sedikit cinta untuk putra yang lainnya. Jika saja ia berpikiran seperti itu, mungkin hidup putra nya tak akan sesuram sekarang, mungkin ia akan dikasihi cinta sebanyak mungkin oleh putra nya.

"Ampun Tuhan...." Mia menangis terisak, meminta maaf sebanyak mungkin atas kesalahannya.

Terimakasih untuk kalian yang udah baca ini ya, semoga kalian suka.

Vote dan komen ya, see you.

|30 Juni 2020|

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang