02

558 30 0
                                    

Happy reading.
Taburi bintangnya ya....

"Hua." kaget Meisya saat pintu kamar dibuka dengan keras.

Angkasa masuk dengan tergesa, mulutnya berkomat kamit menyumpah serapah seseorang yang membuat mood nya rusak seperti ini.

"Kenapa?" Meisya bertanya bingung.

"Diem lo jelek."

Meisya memandang Angkasa sengit, si brengsek ini~

"Lo nantang gue buat ribut ya!" Meisya menggeram marah.

Angkasa menjatuhkan tubuhnya disamping Meisya, ia meletakkan tangannya diperut ramping istrinya.

"Minggir brengsek!" ia memukul mukul kepala Angkasa.

"Sakit!" Angkasa mendengus kesal.

Meisya mengalah, ia membiarkan tangan kekar itu memeluk tubuh nya. Ia memekik tertahan saat Angkasa membalikkan tubuhnya.

Angkasa menaikinya, jahilnya sedang kumat.

"Gue gabut kayanya."

"Minggir setan!." Meisya berteriak, sesak. Angkasa itu tidak sadar diri, badan yang penuh dengan otot itu sama besarnya dengan gorlila.

"Dugong!"

"Amoeba!"

"ANGKASA!"

"Pinggang sama perut gue sakit dong!" sungut Meisya, Angkasa tetap tidak mau bergeser bahkan ia semakin menyebalkan dengan mengangkat kedua kaki nya ke atas sehingga berat badannya kini menopang sepenuhnya dipunggung Meisya

"Badan gue bisa kempes!" teriaknya marah.

Angkasa tetap pada posisinya.

"Jangan salahin gue kalo gue ga bisa hamil dan ngasih lo anak!" ancam Meisya, Angkasa meringis segera berguling ke arah samping.

Meisya duduk, ia mengatur nafas. Angkasa memang keterlaluan.

"Laper." keluh Angkasa.

"Bodoamat!" sentak Meisya.

Angkasa memeluknya dari belakang, ia menaruh dagu nya dibahu Meisya "Jangan marah, lo itu cewe jelek ga pantes buat marah."

Meisya tak memperdulikan hinaan itu, sekarang ia hanya fokus pada degup jantungnya. Perlakuan Angkasa tidak pernah ada dipikirannya, bahkan tanpa sadar ia menggigit bibirnya.

"Makan... gue laper."

Meisya mengangguk, tidak kuat mendengar nada merengek itu. Andai ia memegang handphone pasti suara Angkasa akan direkam nya, Angkasa si murid nakal bisa merengek juga ternyata.

Meisya menggulung rambutnya keatas asal, ia bangkit meninggalkan Angkasa yang sedang bermain game di ponselnya.

*******

"Si brengsek itu emang nyusahin!" ia mendumel jengkel, harusnya saat ini ia sedang rebahan, bermesraan dengan kasur, bermain dengan ponselnya tapi Angkasa menghancurkan nya.

Angkasa menghampirinya, ia menepuk pucuk kepala Meisya pelan "Push push push anak baik."

Meisya menepis nya dengan kasar, mimpi apa ia sehingga mendapatkan suami macam Angkasa?

Walau Angkasa itu tampan dan banyak di idamkan kaum hawa namun tutur kata menyebalkan selalu bisa membuat Meisya naik pitam.

"Lo mau makan?" Angkasa menawarkan dengan wajah serius.

Meisya tercenung, tumben sekali. Tapi sebelum ia mengangguk Angkasa sudah mengeluarkan suara yang Meisya anggap amat sangat menjijikkan.

"Ayo sini, gue suapin pake mulut gue." Angkasa menjilat bibir bawahnya.

"Najis!"

Angkasa tergelak saat Meisya mengucapkan dengan wajah datar.

"Aksa.." panggil seseorang dengan nada sendu.

"Apa?!" Angkasa mendengus kasar, ia melanjutkan makannya berusaha tidak memperdulikan kedatangan sang mama.

"Mama bawa bento kesukaan kamu." Mia menawarkan dengan antusias, jarang sekali Angkasa mau membalas ucapannya, jika pun membalas itu hanya untuk sebuah perdebatan.

"Mama ga liat aku lagi makan? lagian aku ga butuh!" ia berujar kejam, tidak ingin mendapatkan perhatian yang terlambat.

"Buat nanti–"

"Mama ga usah perhatian! dari dulu kemana aja?" Semprot Angkasa, ia muak jika harus terus menerus seperti ini.

Mia berusaha menahan air mata yang mengenang di pelupuk matanya "Maafin mama."

Meisya tersenyum, mengelusi punggung mertua nya yang sedang menahan tangis. Ia ijin mengambil bento dari plastik.

Meisya mengambil satu suapan, tangan kirinya ia gunakan untuk mencengkeram rahang Angkasa.

"Gue benci orang yang ga tau terimakasih kaya lo!"

"BUKAN CUMA ORANG TUA LO YANG SAKIT, TAPI LO JUGA PASTI NGERASA SAKIT YANG AMAT LUAR BIASA KALO LO BERSIFAT KAYA GINI!"

Angkasa tersedak, ia mengambil minum dari tangan mamanya.

Meisya menyerahkan satu box bento, ia memelototi Angkasa "Makan!" ia memberi perintah.

Angkasa balas menatap Meisya tajam "Jangan macem-macem cewe bego!"

Meisya menendang tulang kering Angkasa, ia merintih kesakitan tendangan Meisya tidak main main.

Meisya meninggalkan mereka berdua dalam keadaan canggung.

Angkasa mengembuskan napas panjang "Lain kali ga usah bersikap kaya gini, aku muak." ia menendang kursi kayu, meninggalkan mamanya menangis terisak sendiri.

"Maafin mama Aksa, maaf." ia menangis tersedu sendu.

putra bungsunya seperti ini adalah karena salahnya, ia sadar bahwa ia orang tua yang buruk.

Ini adalah karma nya.

*****

Kasih liat punggungnya aja lah, nanti pada naksir berabe lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kasih liat punggungnya aja lah, nanti pada naksir berabe lagi.....

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang