16

372 16 0
                                    

Semuanya kumpul untuk sarapan, Angkasa masih terlalu canggung dihadapan orang tuanya. Namun tidak terlalu seperti dulu.

Mia berdiri saat bel berbunyi nyaring, ada yang datang.

Terdiam kaku saat Omah dari anaknya datang, bukan karena Lisa. Tapi gadis disampingnya yang sedang menangis.

"Boleh Mama masuk?" Lisa bertanya, saat sadar menantu nya masih mematung terdiam.

Meringis kecil, "ah masuk, Ma. Maaf."

Lisa mengangguk, membiarkan gadis disebelahnya mengikuti langkahnya.

Angkasa bergeming, menahan nafas saat melihat seseorang yang sangat dirindukan nya.

Kenapa harus sekarang?

Meisya tersenyum canggung saat atmosfer nya kian mendingin. Terdiam sesaat saat sadar ekspresi wajah yang ada disekitarnya pucat pasi.

Angkasa terlalu kentara sekali sedang gelisah.

Ada apa?

Meisya terbelalak saat gadis dihadapannya berlari menubruk sang suami.

Kenapa Angkasa tidak menolak?

Bahkan malah membalas memeluknya erat.

Dadanya sesak, matanya memanas.

"I miss."

"I'm here, Ra."  Angkasa mengatakannya dengan lirih.

Namun mengapa Meisya mendengar nya dengan sangat jelas?

Perasaan apa ini?

Sesaat bahkan jantungnya seperti berhenti berdetak. Berbalik saat air mata mulai lolos melewati pipinya.

Dia tidak boleh lemah.

Menghapus air matanya, menyengir lebar. Berbalik, namun air matanya tetap tidak bisa dihentikan.

Hatinya tidak bisa dibohongi sesakit apa rasanya dikhianati.

Memandang tidak percaya saat mereka tetap berpelukan seolah memberitahukan perasaan rindu yang tidak terhingga sedalam apa.

Meisya tetap bertahan saat Mia memeluk pundaknya erat. Tersenyum kikuk saat pandangannya bertemu dengan netra Angkasa.

Angkasa tertegun, tidak menyadari ada hati yang tersakiti akibat ulahnya. Tapi pelukannya tetap tidak terlepas.

Zahra -gadis yang kehadirannya selalu ditunggu Angkasa- kembali hadir membawa sejuta makna.

Zahra melepaskan pelukannya secara paksa, berlari ke kamar mandi saat mual kembali hadir menghampiri.

"Dia hamil." Lisa langsung berucap to the point.

"Dia korban."

Cukup mengejutkan dan mampu membuat dunia Angkasa hampir runtuh seketika.

"Hari itu, dia belum meninggal."

Angkasa mendongak, memberikan sorot bingung. Bahkan jasadnya ditemukan oleh Angkasa sendiri.

"Kita bakal terus sama-sama." Zahra menyenderkan kepalanya pada pundak sang pacar.

Sudah berteman dari kecil namun terikat perasaan tabu yang melibatkan—

Cinta.

Angkasa mengangguk, tatapannya kini fokus pada sang pacar dan tidak menyadari bahwa ada mobil yang melaju kencang dihadapannya.

Kecelakaan nya tidak bisa dihindari.

Tubuhnya terasa melayang lalu menghantam tanah. Darahnya mengucur deras. Pandangan sedikit mengabur.

Namun tetap memaksakan berdiri melihat sang kekasih.

Tubuhnya kaku, paru-paru terasa terhempit. Zahra-nya mengeluarkan banyak sekali darah, seluruh tubuhnya berwarna merah.

"ARGGGHHHHH." Angkasa jatuh tidak sadarkan diri.

Empat hari setelahnya, Zahra dinyatakan meninggal ditempat kejadian.

"Omah yang bawa dia ke luar negeri."

Lisa menahan nafas, "demi kamu, Aksa."

"Kamu boleh milih, tetap pertahankan Meisya atau pergi bersama Zahra?"

*****

Pilih siapa? saya buat sad ending kayanya atau happy ending, ya? suka-suka saya deh.

Saya gantung juga, suka-suka saya.

Terimakasih ya udah mau baca, dah mau vote, muah. ^.^

Xixixi.

Eh saya serius nanya..

Ada dua pilihan;

"Saya jarang suka, sekalinya suka cuma dijadiin bahan gabut aja." Kasian banget idupnya,bhahahaha.

"Saya mah ga pernah suka sama orang, yang saya deketin paling cuma kalo saya lagi gabut aja." Jahat banget mulutnya.

Kalo disuruh milih, kalian pilih yang mana?

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang