07

462 22 1
                                    

"Sakit banget?" Angkasa bertanya sesekali berkedip melihat memar diperut ramping istrinya.

Meisya menggeleng, tersenyum kecil saat Angkasa terus saja bertanya khawatir padanya.

Manis sekali.

Angkasa memalingkan wajahnya malu. "Lain kali hati-hati."

Meisya tertawa saat melihat rona dipipi Angkasa. "Maaf ngerepotin ya."

"Gapapa, walau sedikit ngerepotin tapi gue gak masalah kok." Angkasa berkata jujur.

Meisya meringis, walau terkenal badas Angkasa itu jujur. Sikapnya sering menjurus kearah mesum namun sebenarnya lugu. Angkasa baik asal tidak dipancing kemarahannya, ia tidak jahat hanya saja bersikap kejam untuk melindungi dirinya sendiri. Apa salahnya?

"Sekarang mandi." Angkasa meletakkan tangannya di tungkai dan pundak Meisya, menggendong Meisya membawanya ke kamar mandi.

Meisya diletakkan di bathtub, Angkasa meringis. "Mandi nya gimana?"

"G-gue mandi sendiri aja." Meisya menolak.

Angkasa menelan ludah, dihadapannya ada hidangan enak yang haram untuk dimakan. "Tangan kiri lo ga sakit 'kan?" Angkasa menyerahkan handuk "Tolong tu-tutupin bagian yang de-depan." Ia mengatakan dengan gugup.

Meisya mengangguk, membiarkan tangan besar Angkasa membuka kancing kemeja sekolah milik sang suami.

Mata Angkasa terpejam kuat, tidak boleh menikmati pemandangan yang ada dihadapannya. "Bisa buka sendiri itu nya?" Angkasa bertanya parau, tidak akan sanggup lagi menahan diri untuk tidak menerjang santapan yang ada dihadapannya.

"Bisa." Meisya menjawab meyakinkan, tangannya menggapai ke belakang namun tidak berhasil. Menelan ludah gugup. "Angkasa...gue ga bisa."

Angkasa menyerah, ia membuka mata. Ia terbelalak namun hanya sebentar. Menelan ludah gugup tidak berkedip melihat nya.

Membenturkan kepalanya ke sisi bathtub. Memijit pangkal hidungnya, keringat mulai mengucur dari dahi.

Apa-apaan ini, cewe dengan tubuh datar depan maupun belakang mampu membuat Angkasa hampir tidak bisa menahan diri.

"Ja-jangan ngeliatin." Meisya berusaha menutupi dadanya terus menerus ditatap Angkasa.

Meraup wajahnya, sesak sekali rasanya.

Sisi jahat Angkasa memberi dukungan untuk mengapa-apakan istrinya. Memberi tatapan berbinar.

Tapi—

Angkasa membenturkan kepalanya ke sisi bathtub, lagi. Menangis dalam hati, demi mempertahankan kesadarannya.

Tapi—

Jika terus-terusan begini, bisa-bisa Meisya dibuat trauma jika Angkasa melakukannya dengan tiba-tiba.

Membayangkan wajah lugu Meisya, tatapan sendunya—

"Stop!" Angkasa memekik, membuat Meisya tersentak kaget.

"Gue nyerah Sya, dari pada lo gue tubruk disini. Gue panggil Mama." Angkasa keluar dari kamar mandi dengan muka yang merah padam. Mengatur nafas berusaha menenangkan diri, memenangkan segala gala galanya.

"MAMA." Angkasa berteriak sambil sedikit berlari.

Orang tuanya tersentak kaget, saat mendengar bungsunya memanggil kalimat yang bahkan tidak pernah lagi didengarnya saat ia menginjakkan kaki kembali ke Indonesia.

"Iya?"  Mia menjawab bersemangat.

Angkasa sedikit terengah-engah saat sampai dihadapan orang tuanya tidak mau menatap objek yang ada didepannya, ia cukup gengsi.

"Tolong mandiin Meisya." Ia memalingkan wajahnya.

Mia sedikit kaget, apa-apaan?

"Tadi dia dijailin sama si sampah entah siapa namanya. Bau, tapi badannya memar semua. Aku udah coba buat buka-buka bajunya tapi ga kuat." Adu Angkasa.

Orang tuanya tertegun, menyesal memperlakukan anak selugu Angkasa dengan kejam.

"Ja-jadi?" Mia sedikit gugup, pertama kalinya Angkasa tidak berbuat ketus seperti biasa.

"Tolong mandiin, Ma."

Mia mengangguk, Aldebaran ingin mengikuti namun terhenti saat mendengar suara Angkasa "Pa, papa ga boleh ikut. Ini urusan perempuan."

Aldebaran mengangguk, duduk kembali saat istrinya tersenyum manis menyiratkan kerinduan yang mendalam.

Angkasa mengandeng tangan Mia untuk segera sampai diatas. "Disana, dikamar mandi." Angkasa meninggalkan mamanya berdua dengan Meisya.

Angkasa masuk ke kamar tamu yang ada disebelahnya kamarnya dan menyelesaikan kebutuhannya sendiri. "Tolol." Angkasa menggumam sekaligus meringis.

********

HAHAHAHA.

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang