15

366 18 0
                                    

Meisya berjalan sempoyongan, wajah kusutnya menandakan bahwa ia kelelahan. Dasar Angkasa brengseknya!

Memakai selimut, berjalan terseok-seok berusaha menggapai bajunya yang berserakan dilantai.

"Angkasa—"

"Hm?" menyahut tidak perduli.

Melotot marah, "brengsek, bajingan tengik, biadab."

Angkasa tersenyum menghina, "mulutnya, padahal semalaman kau menjerit-jeritkan namaku."

"BUANG AKU KE RAWA-RAWA!"

Meisya benci mengakuinya, setiap di perkosa Angkasa—

Memang seringkali Meisya menikmati pelecehan yang dilakukan suaminya.

Ulah Meisya juga, sih..

"Ang-ka-sa~" Meisya tersenyum merayu, sedikit membungkuk agar melihat wajah Angkasa.

Angkasa menoleh, sedikit mengintip lalu membuang muka. Baju yang dipakai Meisya sedikit turun, memamerkan belahan dadanya yang menggoda.

"Angkasa." Meisya mendekat, menatap pria itu dari bawah.

Meisya memepetkan tubuh mereka. Angkasa menahan nafas, Meisya mengujinya.

"Ada apa?" Suaranya begitu lembut. Mengundang Angkasa untuk cepat-cepat menerjang.

Menelan ludah saat jantungnya berdegup keras. Sialnya, matanya tidak bisa diajak kompromi. Selalu melirik Meisya yang tersenyum jail.

Sialan.

Wajahnya~

Itu undangan. Sayang jika dilewatkan.

Mandi dan menyiapkan segala kebutuhan suaminya, Meisya mulai belajar satu-persatu kewajiban seorang istri.

Kebetulan hari ini, hari kelulusan nya.

Hanya memakai sebuah gaun pendek setengah betis berwarna peach. High heels berteger manis di kakinya. Sedikit memakai riasan wajah agar terlihat lebih indah.

Angkasa memakai pakaian dengan ogah-ogahan, niatnya tidak ingin datang namun dipaksa dengan rayuan maut sang istri.

Berjalan keluar meninggalkan Meisya yang masih sibuk berdandan.

Perempuan berdandan membutuhkan waktu satu abad, ya?

Meisya memperhatikan penampilannya, ia memutar ke kanan dan ke kiri.

Matanya menyusuri kamar luas milik Angkasa, merasa tidak ada orang. Ia ingin memastikan apa benar dirinya terlalu rata?

Sedikit lagi, sedikit lagi tangannya mencapai bagian atasnya namun suara Angkasa mengagetkan nya.

"Lo itu kaya papan datar."

Meisya melotot, ia meringis. Malu sekali.

Sejak kapan suaminya datang?

"Bahkan kalo dipegang gak kerasa."

"Angkasa!" ia memperingati, ucapan Angkasa sudah termasuk pelecehan.

"Katanya, kalo diremas bisa bikin semakin tumbuh. Mau jajal?" Angkasa menyeringai setan.

"Biar gue praktekin."

"ANGKASA!" teriak Meisya menggila, saat Angkasa benar-benar memegang nya.

*****

Adult content bangettt, dah lah.

Saya udah buat sekitar 4 chapter lagi, saya mau berhenti nulis haha. Abisnya cerita banyak-banyak tapi ga ada yang mau baca.

Pikasebelen ih.

Btw saya kecanduan Drakor juga jadi ga mau nulis hahahahahaha.

Abis sekitar 7gb cuma buat nntn, dan parahnya—

GAK SAMPE 3 JEM DAH ABIS!!!!!!!!!!!!!!!

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang