09

420 19 0
                                    

Part ini khusus 15+, umurnya masih cetek atau dibawah 15thn harap minggir. Jauh-jauh deh, nanti kepengen lagi.

*********

Terkadang aku ragu memilih mu, namun hingga kini aku masih tetap bertahan hanya karena perasaan ku tak mampu di dustakan.

"Kakak...."

Angkasa mendongak saat melihat sepasang sepatu dihadapannya. "Ada apa?" ia bertanya kepada anak kecil yang menguncir rambut nya tinggi-tinggi.

"Nama aku Chika." Anak kecil itu memperkenalkan dirinya sendiri, Angkasa menaikan alisnya tidak mengerti.

"Kalo Kakak?" Chika bertanya dengan senyum merekah bahkan ia sampai memamerkan gigi nya yang belum tumbuh.

Angkasa menunjuk dirinya sendiri, Chika mengangguk. "Angkasa." Angkasa memberikan senyum manisnya.

Chika memekik girang, "ganteng. Jadi pacar aku, ya?" Chika menggoyangkan tubuhnya kekanan dan kiri, menyatukan kedua tangannya berharap diterima oleh laki-laki yang ada dihadapannya.

Angkasa tertegun, walau ia sangat mengakui bahwa dirinya tampan namun sedikit tidak menyangka jika ia akan ditembak dengan balita yang diperkirakan sekitar empat tahunan.

"Kamu masih kecil, belum sekolah juga 'kan?" Angkasa bertanya sambil mengelusi rambut hitam legam milik Chika.

Chika memasang ekspresi murung, "kalo udah gede, jadi pengantin aku ,ya?" Chika bertanya semangat.

Angkasa menutupi mulutnya dengan punggung tangan, berusaha agar tidak tertawa, "aku udah punya pengantin, walau dia pendek, jelek, serem, pendek, pendek, pendek dia itu segalanya lhoo." Angkasa tergelak saat melihat wajah Chika yang terlihat kebingungan.

"Aku jelek ya?"

Angkasa ingin tertawa namun tidak tega, "enggak, bahkan kamu lebih cantik dari pengantin Kakak." Angkasa menahan nafas, "tapi kamu terlambat, aku udah pilih dia."

Mata Chika berkaca-kaca, berkedip sesekali agar air matanya keluar dan permintaannya akan dikabulkan seperti ia meminta pada orang tuanya. Apapun yang ia minta jika dengan tangisan pasti akan dituruti, "pilih aku." Chika menarik ujung baju Angkasa.

"Kamu terlalu berharga buat jadi selingkuhan orang lain."

Chika tertegun, tidak mengerti. Ucapan orang dewasa membuat kepalanya pusing.

Senyum Angkasa memudar, ingat bagaimana kondisi dari sang istri. Memejamkan matanya erat dengan hati yang terus berdoa. "Pengantin Kakak lagi sakit." Angkasa menahan nafas, "sedih lhoo."

Chika semakin maju, mengelusi rambut coklat gelap Angkasa, tersenyum manis seolah ia bisa merasakan sakitnya menjadi Angkasa. "Walau aku gak suka sama pengantin Kakak, tapi dia bisa sembuh. Aku bantu doa deh."

Angkasa tersenyum, memeluk tubuh anak kecil dihadapannya. "Kamu pinter banget, lucu."

Chika menepuki pipinya, "Kakak pilih aku?" matanya berbinar-binar, mengharapkan agar ia di pilih dan menjadi pengantin sang pujaan hati.

Angkasa menggeleng lugu.

"Keluarga pasien?" Dokter bertanya. Angkasa dan Arfan kompak berdiri menghadap dokter. Angkasa menggeram, masih tidak terima atas perbuatan sang mertua. "Pasien sudah sadar, boleh dijenguk asal tidak menganggu."

Arfan yang pertama masuk. Angkasa membiarkan, duduk kembali bersama bocah kecil yang mengajaknya untuk berpacaran tadi.

"Mama papa kamu mana?" Angkasa bertanya saat sedari tadi Chika tidak didampingi orang tuanya.

Chika murung, wajahnya tidak terlihat bahagia seperti tadi. "Mereka mati." Air mata menetes dari matanya, "mobil nya jatuh, guling- guling."

Angkasa tertegun, anak sekecil ini harus mendapatkan masalah yang lebih rumit dari apa yang dipikirkan, apa tidak masalah dengan psikis nya?

Hening, Angkasa bahkan tidak bisa membayangkan sakitnya seperti apa.

Arfan keluar dengan mata sembab, wajahnya kacau tidak menyembunyikan kekhawatirannya. Ia terus menangis dan mengumam kata maaf.

Angkasa berdiri, "ma, aku titip Chika." Mia mengangguk menyanggupi.

Menahan nafas, Angkasa mendorong pintu kamar rawat Meisya. Tersenyum getir saat melihat tubuh Meisya yang terbaring lemah.

Cukup parah sehingga harus kehilangan banyak darah.

Angkasa mengecup pelipis Meisya cukup lama, mata Meisya membola saat mendapat perlakuan seperti itu tiba-tiba.

"Jangan kaya gini, lo sakit gue yang mau mati."

Meisya tercenung. Ucapan yang dilontarkan suaminya memang tidak manis namun entah mengapa bisa membuat pipinya panas?

Meisya menggeliat gelisah, "maaf." Angkasa menunduk melihat netra Meisya yang berkaca-kaca.

"Jangan diulang ya."

Meisya menangis sesenggukan. "Maaf, maaf, maaf. Janji gak ngulang." Angkasa tersenyum kecil menggesekkan hidung mereka berdua dan meniup tepat di bibir Meisya.

"Lo buat gue deg-degan."

Mata layu, ekspresi lugu, kalimat yang begitu polos membuat sisi baik dan buruk Angkasa berteriak bersamaan, 'sosor-jangan-sosor-jangan'.

"Kalo gue cium lo sekarang, boleh?"

Meisya tersenyum malu-malu. Dia mengangguk, menengok ke arah pintu. "Asal jangan ketauan."

Sialan.

Wajah malu-malunya justru terlihat manis sekali.

Angkasa mendekatkan wajahnya, menarik sedikit tengkuk Meisya. Bibir mereka menyatu, di detik yang lainnya, mereka terlibat ciuman yang lebih dalam. Meisya membuka mulutnya mengizinkan lidah Angkasa menyusup masuk kedalam mulutnya. Mengabsen setiap deretan gigi Meisya dengan lidahnya.

"Sthopph." Meisya merasakan oksigen yang sudah sangat menipis, Angkasa tidak hiraukan. Terus memperdalam ciuman mereka. "Gehli." Meisya mendorong-dorong dada bidang Angkasa, demi mengingatkan keganasan sang suami ia tidak memperdulikan tangannya yang terluka.

Angkasa melepaskan pangutan nya, saat ada yang membuka pintu. Terengah-engah, keduanya masih sulit bernafas dengan normal.

Orang tua Angkasa yang datang, Aldebaran dan sang istri dibuat melongo. "Ka-ka-ka-kamu?" Aldebaran berbicara terbata-bata.

Meisya menutup erat matanya, wajahnya sudah pasti merah padam. "Papa kebanyakan ka-ka-ka nya." Angkasa mengatakannya dengan wajah lempeng.

Mia menutup wajahnya, mengintip lewat sela-sela jarinya. Memukuli sang suami saat berbicara tidak pantas.

"Kalo kamu ngelakuin hal macam-macam seenggaknya biarin Meisya sembuh dulu."

******

HOHOHOHOHO.

Adegan tadi cuma untuk yang udah halal aja, tapi kalo ngelakuin sama pacar juga gapapa. Asal gak ketauan #plak.

Aku abis liat tweet aneh punya orang-orang, jadi gini isinya. “Temen ku perutnya melendung, katanya udah gak pup 3 bulan eh ternyata pas di USG lagi hamil.“ HAHAHAHAHAHA. GA TAU KENAPA INI NGAKAK BANGETTTT.

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang